Kamis, 22 Desember 2011
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Acara 4 Kultivasi dan Isolasi
Do you like this story?
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
Acara 4
Kultivasi dan Isolasi
Kelompok 1
Disusun Oleh :
Muhammad Ali Alfi
E1J010089
Shift 3 : 14.00-15.40
Dosen Pembimbing : Dra.
Misnawati, M.S
Coach: Jonses Ferdianto
Laboratorium Proteksi
Tanaman
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Dasar
Teori
Untuk mempelajari suatu
jenis mikroorganisme dalam laboratorium, mikroorganisme yang bersangkutan perlu
dipisahkan (diisolasi) dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain di alam.
Kegiatan isolasi biasanya diikuti dengan kegiatan pemurnian dan perbanyakan.
Mikroorganisme yang bersifat saprofit benar, saprofit fakultatif, dan parasit
fakultatif dapat diisolasi dengan kultivasi pada medium kultur buatan. Pada
mikroorganisme parasit obligat, medium kultur yang digunakan berupa sel hidup,
jaringan hidup atau organism inangnya.
Salah satu factor yang
perlu diperhatikan dalam kultivasi mikroorganisme adalah factor kebutuhan
nutrient, disamping factor-faktor lain yang diperlukan untuk kehidupannya. Cara
isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang satu dengan lainnya terkadang sangat
berbeda dan mengikuti cara-cara tertentu agar mikroorganisme yang diisolasi
memang benar-benar terpisah dari keberadaannya dengan mikroorganisme lain dan
pertumbuhannya seperti yang diharapkan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam isolasi dan kultivasi yaitu sebagai berikut :
1.
Semua
peralatan dan sarana dalam keadaan steril (bebas mikroorganisme hidup) atau bebeas
kontaminan (mikrooganisme yang tidak dikehendaki).
2.
Dilakukan
secara aseptic (tidak memberikesempatan untuk terjadinya kontaminasi), misalnya
:
a.
Dilakukan
didalam ruangan yang steril.
b.
Pembukaan
medium kultur seminimum mungkin.
c.
Arah
pembukaan medium tidak berlawanan dengan arah sirkulasi udara/angin.
d.
Setiap
langkah selalu memperhatikan tingkat sterilitasnya.
Salah satu tindakan
isolasi bakteri dapat dilakukan dengan metode gores. Penggoresnya berupa jarum
ose yang ujungnya membawa isolat bakteri. Goresan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga medium kultur tidak tergores dan bagian tersentuh dari goresan
menimbulkan koloni bakteri yang benar-benar terpisah antar koloni satu dengan
lainnya. Arah goresan dapat merupakan pembagian sektoral atau horizontal.
Metode kultivasi untuk
isolasi bakteri yang paling popular adalah metode bentang rata (spreadplate
method) dan metode tuang rata (pour-plate method). Perbedaan utama dari kedua
metode ini yaitu bahwa metode bentang mengkultivasi sampel merata pada
permukaan medium padat, sedangkan metode tuang mengkultivasi sampel merata ke
seluruh medium. Metode bentang akan menuangkan medium lebih dahulu kemudian
setelah medium memadat ditetesi suspense sampel (biasanya tidak lebih dari 0,1
mL) dan diratakan pada permukaan medium menggunakan batang gelas steril bentuk
huruf L.
Metode tuang akan
menaruh sampel (biasanya 0,1 mL suspense atau 0,1 g padatan) lebih dahulu
kemudian dituangi medium yang sedang mencair. Hasil kultivasi dari kedua metode
tersebut biasanya juga berbeda. Metode bentang akan tumbuh koloni di permukaan
medium saja, sedangkan metode tuang akan tumbuh koloni baik di permukaan maupun
di bawah permukaan medium.
Dari hasil isolasi dan
kultivasi akan dihasilkan biakan koloni. Biakan merupakan kumpulan mikroorganisme
yang tumbuh pada medium kultur, sedangkan koloni merupakan kumpulan
mikroorganisme sejenis hasil reproduksi yang mengumpul pada satu tempat di
medium kultur atau kumpulan mikroorganisme pada medium kultur yang berasal dari
hasil pertumbuhan atau keturunan dari satu individu mikroorganisme.
1.2 Tujuan
Praktikum
·
Melihat
macam-macam koloni mikroorganisme yang berasal dari udara dengan variasi lama
waktu berhubungan dengan udara.
·
Memberikan
keterampilan kepada mahasiswa, agar mampu menumbuhkan dan memisahkan bakteri
atau jmur dari keberadaannya di udara.
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
Mikroorganisme sebagai
makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan
bahan-bahan untuk membangun tubuhnya, seperti dalam sintesis protoplasma dan bagian-bagian
sel lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan
bahan-bahan tersebut, maka sel melakukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga
menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang teratah yang
berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan
berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas
bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut juga biokatalisator yang
dinamakan enzim (Djide, 2006).
Peran utama nutrien adalah
sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam
reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan
makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber
aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain
itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh
elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Jawetz, 2001).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum
digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan
untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi,
sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count.
Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini
dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad,
2007).
Media adalah
suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna
untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat
dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan
sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka
medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung
semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan
osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang
akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang
ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1990).
Suatu medium yang mengandung substansi
kompleks seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan darah
disebut sebagai medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex
medium). Sebagai lawannya, kita acu medium yang rumus kimia masing-masing
ramuannya dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium)
atau medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin
sangat rumit dan sangat berbeda sesuai dengan organisme tertentu yang hendak
ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian (Volk & Wheeler,
1993).
Agar-agar, gelatin atau gel silika
merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum
digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin,
yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus
gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai
makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo,
1993).
Untuk perhitungan mikroorganisme
mungkin yang paling sering digunakan adalah prosedur penumbuhan dalam agar. Secara
sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke
dalam atau ke atas media nutrien agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni
yang terbentuk dihitung. Karena satu koloni menunjukkan jumlah sel dalam
larutan asalnya (Buckle, 1985).
Perhitungan secara penumbuhan dalam
cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu : dalam metode
penuangan, 1,0 ml contoh dipindahkan ke dasar cawan dan dituangkan diatasnya
15-20 ml media agar yang telah didinginkan sampai 45o – 50oC
dan dicampur serata mungkin. Setelah inkubasi, koloni baik yang tumbuh di dalam
agar atau dipermukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka,
sampai sejumlah 20 sel/ml dapat dihitung. Metode ini tidak dapat diterapkan
dalam studi lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan
mendinginkan media agar. Berikutnya metode penyebaran pada permukaan cawan
dilakukan dengan menggunakan 0,1 ml larutan contoh disebaratakan di permukaan
media agar yang tersedia dengan tongkat gelas yang melengkung (bent glass
rod) yang telah disterilkan. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh di
permukaan dari media dihitung. Karena penggunaan volume larutan yang sedikit
yaitu 0,1 ml, maka kepekaannya sekitar 300 sel/ml. Oleh karena media agar dalam
cawan telah disiapkan lebih dahulu, maka metode ini dapat diterapkan dalam
studi lapangan. Dan terakhir adalah metode penetesan pada cawan, media yang
dipersiapkan terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi 3 atau 4 sektor dan setetes
larutan contoh (0,02 ml) dipindahkan ke masing-masing sektor. Setelah tetesan
tersebut dibiarkan kering, cawan petri kemudian diinkubasi. Suatu pipet penetes
yang telah dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur dan memindahkan tetesan.
Pengenceran contoh diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 5 sampai 20
koloni terbentuk dari setiap tetesan pada permukaan media agar. Satu keuntungan
metode ini adalah bahwa perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali ulangan sekaligus
dalam satu cawan, sehingga dapat menghemat bahan-bahan untuk uji mikrobiologi.
Contoh bahan yang mengandung sekecil 250 sel setiap ml masih dapat dihitung dan
teknik ini dapat diterapkan dalam percobaan-percobaan lapangan (Buckle, 1985).
BAB
III
Metodelogi
3.1 Bahan
dan Alat
·
Bahan : Medium kultur PDA dan NA.
·
Alat : Waterbath, cawan petri, lampu spiritus,
entcase, stopwatch, ruang inkubasi.
3.2 Prosedur
Kerja
·
Medium
kultur PDA dan Na dipanaskan di dalam waterbath sampai mencair.
·
Medium
PDA cair dituangkan ke dalam 3 cawan petri masing-masing sebanyak 12,5 mL.
Langkah ini dilakukan untuk medium NA dan dilakukan di atas nyala lampu
spiritus, di dalam entcase atau laminar air flow, sehingga ada 6 cawan berisi
medium.
·
Dalam
keadaan tertutup, cawan petri digoyangkan pelan-pelan supaya medium merata dan
datar, kemudian didiamkan pada posisi horizontal sampai medium membeku kembali.
·
Setelah
medium membeku, cawan petri dibawa keluar dan dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a.
Dua
cawan petri yang satu berisi medium PDA dan yang lainnya berisi medium NA
dibuka selama 5 detik, kemudian segera ditutup kembali dan diberi label (PDA-5
dan NA-5).
b.
Dua
cawan petri yang satu berisi medium PDA dan yang lainnya berisi medium NA
dibuka selama 30 detik, kemudian segera ditutup kembali dan diberi label
(PDA-30 dan NA-30).
c.
Dua
cawan petri yang satu berisi medium PDA dan yang lainnya berisi medium NA tidak
dibuka dan diberi label (PDA-0 dan NA-0).
·
Semua
cawan petri diinkubasikan dalam suhu kamar dalam keadaan tetap tertutup dan
terbungkus.
·
Setelah
2 hari, diamati kenampakan koloni (lender, seperti debu, kapas, dll). Bentuk
koloni, warna koloni, berapa jumlahnya dan digambar.
·
Hasil
kedua perlakuan tersebut dibandingkan dari segi jumlah dan variasi
mikroorganisme yang tumbuh.
·
Salah
satu koloni yang dikehendaki dimurnikan ke dalam medium lain yang steril, dan 3
hari kemudian dilakukan pengamatan kemurnian biakan.
BAB
IV
Hasil
dan Pembahasan
4.1 Hasil
Pengamatan
4.2 Pembahasan
Setelah medium kultur
baik medium PDA dan medium NA dipanaskan hingga mencair, medium PDA dan NA cair
dituangkan ke dalam 3 cawan petri diatas nyala lampu spiritus di dalam laminar
air flow. Kemudian cawan petri digoyang pelan-pelan hingga medium merata
kemudian diamkakan hingga membeku. Setelah itu, cawan petri yang satu berisi
PDA dan satu berisi NA dibuka 5 detik dan tutup kembali dengan memeberi label.
Dua cawan petri yang satu berisi PDA dan satu berisi NA selama 30 detik dan
tutup kembali dengan diberi label. Kemudian dua cawan petri yang satu berisi
PDA dan yang lain berisi NA dibuka dengan
memberi label. Setelah itu, semua cawan petri diinkubasikan dalam suhu kamar
dalam keadaan tetap tertutup dan terbungkus. Lalu tunggu hingga dua hari
berikutnya untuk diamati.
Setelah dua hari, pada
masing-masing Medium kultur baik PDA dan
NA akan tampak koloni-koloni seperti debu. Walaupun telah tampak koloni, tetapi
masih samar-samar untuk diamati. Pada medium PDA menumbuhkan koloni jamur,
sedangkan medium NA menumbuhkan koloni-koloni bakteri. Pada medium PDA, telihat
bentuk jamur yang menyerupai hifa jamur dengan memiliki warna putih yang
transparan. Pada medium PDA hanya memiliki satu koloni jamur. Pada medium
kultur NA yang membentuk berbagai koloni-koloni bakteri, tetapi pada cawan
petri belum bisa terlihat baik secara bentuk koloni, jumlah koloni, maupun
warna koloni. Ini mengindikasikan bahwa pada medium kultur NA belum bisa tumbuh
dalam waktu dua hari.
Pada hari kelima
pengamatan, medium kultur PDA memperlihatkan koloni jamur dengan sangat jelas.
Ciri-ciri koloni jamur yang dimurnikan pada medium kultur PDA ini adalah :
·
Memiliki
bentuk bulat seperti hifa jamur.
·
Pada
jamur terlihat adanya garis lurus sejajar.
·
Jamur
memiliki warna putih.
·
Jamur
yang dimurnikan berjumlah satu pada medium PDA.
Untuk medium kultur NA
yang seharusnya memperlihatkan berbagai koloni-koloni bakteri tidak tampak.
Pada cawan petri yang didalamnya berisi medim NA ini hanya terlihat goresan
yang telah digores untuk menumbuhkan koloni-koloni bakteri. Ini berarti, medium
kultur NA tidak ditumbuhi oleh bakteri karena adnya beberapa factor
kemungkinan, yaitu :
·
Terjadi
kesalahan dalam proses isolasi.
·
Medium
yang ditumbuhkan tidak terdapat bakteri karena menumbuhkan bakteri lebih sulit
dibanding menumbuhkan jamur.
BAB
V
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum mikrobiologi tentang
kultivasi dan isolasi, maka didapatkan kesimpulan, yaitu :
·
Mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium
tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain :
v
harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh
mikroba,
v
harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan
pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh,
v
tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba,
v
harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar
mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
·
Medium
kultur PDA menumbuhkan koloni jamur, sedangkan medium NA menumbuhkan
koloni-koloni bakteri.
·
Koloni
bakteri lebih sulit untuk ditumbuhkan dibandingkan koloni jamur, karena disebabkan
beberapa factor, yaitu
v Terjadi kesalahan dalam proses isolasi.
v
Medium
yang ditumbuhkan tidak terdapat bakteri karena menumbuhkan bakteri lebih sulit
dibanding menumbuhkan jamur.
Daftar Pustaka
Pelczar,
M.J. & E.C.S. Chan. 1976. Elemens of Microbiology. (terjemahan) Hadioetomo
dkk. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI press. Jakarta.
Purnomo, Bambang, 2011. Penuntun
Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu.
Waluyo, L.2005.
Mikrobiologi Umum.cet. kedua. UMM Press. Malang.
This post was written by: Franklin Manuel
Franklin Manuel is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 Responses to “LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI Acara 4 Kultivasi dan Isolasi”
14 Oktober 2015 pukul 16.13
awetan laporannya jd referensi :v
Posting Komentar