Kamis, 22 Desember 2011
Laporan Praktikum Genetika Acara 2 Hukum Mendel I
Do you like this story?
Laporan
Praktikum Genetika
Acara
2
Hukum
Mendel I
Disusun
Oleh :
Muhammad Ali Alfi
E1J010089
Shift
2. Kamis (12.00-13.40)
Kelompok
3
Laboratorium
Agronomi
Fakultas
Pertanian
Universitas
Bengkulu
2011
I.Pendahuluan
1.1
Dasar
Teori
Hukum Mendel I yang dikenal sebagai Hukum Pemisahan Gen Sealel (The law of Segregation of Allelic Genes
Principles of Segregation) yang berbunyi : “semasa pembentukan gamet
pasangan alel suatu gen terpisah dan terdapat dalam gamet yang berlainan.”
Hukum Mendel I adalah perkawinan dua tetua yang memiliki satu sifat beda (monohibrid).
Setiap individu yang berkembang biak secara seksual terbentuk dari peleburan
dua gamet yang berasal dari induknya. Berdasarkan hipotesis Mendel setiap
sifat/karakter ditentukan oleh gen (sepasang alel). Hukum segregasi bebas menyatakan
bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent)
yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima
satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
- Gen
memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel: alel resisif (tidak
selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam
gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan
huruf besar, misalnya R).
- Setiap
individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam
gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di
sebelah).
- Jika
sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar
2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara
visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu
terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada
turunannya.
Hukum Mendel I berlaku pada waktu gametogenesis
F1.F1 itu memiliki genotip heterozigot. Dalam peristiwa meiosis, gen sealel
akan terpisah, masing-masing membentuk gamet. Baik pada bunga jantan maupun
bunga betina menjadi 2 macam gamet. Waktu terjadi penyerbukan sendiri (F1 X F1)
dan pada proses fertilisasi gamet-gamet yang mengandung gen itu akan melebur
seara acak dan terdapat 4 macam peleburan atau perkawinan.
1.2
Tujuan
Praktikum
·
Mencari angka-angka
perbandingan sesuai dengan Hukum Mendel
·
Menemukan nisbah
teoritis sama atau mendekati nisbah pengamatan
·
Memahami pengertian
dominan, resesif, genotipe, fenotipe
II.Bahan
dan Metode Praktikum
2.1
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah :
·
Model
gen (Kancing genetika) 2 warna
·
Dua
buah stoples
2.2
Cara Kerja
1.
Ambillah
model gen merah dan putih, masing-masing 30 pasang atau 60 biji (30 jantan dan
30 betina).
2.
Sisihkan
1 pasang model gen merah dan gen putih dalam keadaan berpasangan. Ini dimisalkan
individu merah dan individu putih.
3.
Bukalah
pasangan gen di atas(langkah 2), ini dimisalkan pemisahan gen pada pembentukan
gamet, baik oleh individu merah atau individu putih.
4.
Gabungkan
model gen jantan merah dan model gen betina putih dan sebaliknya. Ini
menggambarkan hasil silangan atau F1, keturunan individu merah dan individu
putih.
5.
Pisahkan
kembali model gen merah dan model gen putih. Hal ini menggambarkan pemisahan
gen pada pembentukan gamet F1.
6.
Selanjutnya
semua model gen jantan baik merah maupun putih masukkan kedalam stoples jantan
dan model gen betina baik merah maupun putih ke dalam stoples betina.
7.
Dengan
tanpa melihat dan sambil mengaduk/mencampur gen-gen tersebut ambillah secara
acak sebuah gen dari masing-masing stoples, kemudian pasangkan.
8.
Lakukan
secara terus-menerus pengambilan model gen sampai habis dan catat setiap
pasangan gen yang terambil kedalam table pencatatan.
9.
Bisa
juga denga mengambilkan model gen yang terambil (langkah 8) kedalam stoples masing-masing untuk selanjutnya mendapatkan
kesempatan terambil lagi. Lakukan percobaan serupa untuk pengmbilan 20 x, 40,
dan 60x.
III.Hasil
Pengamatan
3.1
Tabel hasil Pengamatan
Tabel 1. Pencatatan untuk pengambilan 20
x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
IIIII
|
5
|
2
|
Merah-putih
|
IIIII
IIII
|
9
|
3
|
Putih-putih
|
IIIII
I
|
6
|
Tabel 2. Pencatatan untuk pengambilan 40
x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
IIIII
IIIII
|
10
|
2
|
Merah-putih
|
IIIII
IIIII IIIII IIIII I
|
21
|
3
|
Putih-putih
|
IIIII
IIII
|
9
|
Tabel 3. Pencatatan untuk pengambilan 60
x
No
|
Pasangan
|
Tabulasi
Ijiran
|
Jumlah
|
1
|
Merah-merah
|
IIIII
IIIII IIIII IIII
|
19
|
2
|
Merah-putih
|
IIIII
IIIII IIIII IIIII IIII
|
24
|
3
|
Putih-putih
|
IIIII
IIIII IIIII II
|
17
|
Note : Bagi yang
mendapatkan angka perbandingan jauh dari 1 : 2 : 1 (pada tab. ijiran), misalnya
untuk 20 x ; 8 : 9 : 3 atau 5 : 7 : 9 dan seterusnya, harus diulangi lagi
pengamatannya.
Tabel 4. Perbandingan/nisbah
fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E)
untuk pengambilan 20 x.
N No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi
= O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O–E)
|
1
|
Merah
|
14
|
15
|
-1
|
2
|
Putih
|
6
|
5
|
1
|
3
|
Total
|
20
|
20
|
0
|
Tabel 5.
Perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan nisbah
harapan/teoritis/expected (E) untuk pengambilan 40 x.
N No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi
= O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O–E)
|
1
|
Merah
|
31
|
30
|
1
|
2
|
Putih
|
9
|
10
|
-1
|
3
|
Total
|
40
|
40
|
0
|
Tabel 6. Perbandingan/nisbah
pengamatan/observasi (O) dan nisbah harapan/teoritis/expected (E) untuk
pengambilan 60 x.
N No
|
Fenotipe
|
Pengamatan
(Observasi
= O)
|
Harapan
(Expected)
|
Deviasi
(O–E)
|
1
|
Merah
|
43
|
45
|
-2
|
2
|
Putih
|
17
|
15
|
2
|
3
|
Total
|
60
|
60
|
0
|
IV.Pembahasan
Dari hasil pengamatan
yang telah dilakukan dengan menggunakan kancing genetic dengan dua perbedaan
pada warna yaitu kancing gen yang berwarna merah dan kancing gen berwarna putih. Setelah
dilakukan pemilihan secara acak dari dalam stoples, mulai dari pengambilan 20
x, 40 x, dan 60x dengan perbandingan 1 : 2 : 1. Setiap pengambilan kancing
genetic, maka dihitung dan di tulis pada table yang telah ditentukan
pasangannya, yaitu merah-merah, merah-putih, dan putih-putih.
Pada pengambilan
pertama yang telah dilakukan yang diambil secara acak yaitu pengambilan hingga
20 x, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah berjumlah 5 pasang. Kemudian, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-putih
yang berjumlah 9 pasang. Dan yang terakhir, didapatkan jumlah tabulasi ijiran
dengan pasangan putih-putih yang berjumlah 6 pasang.
Pada pengambilan kedua
yang telah dilakukan yang diambil secara acak yaitu pengambilan hingga 40 x,
didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan jumlah 10
pasang. Selanjutnya didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-putih
yang didapatkan dengan jumlah 21 pasang. Terakhir, didapatkan jumlah tabulasi
ijiran dengan pasangan putih-putih dengan jumlah 9 pasang.
Pada pengambilan ketiga
yang telah dilakukan yang diambil secara acak yaitu pengambilan hingga 60 x,
didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan merah-merah dengan jumlah 19
pasang. Selanjutnya, didapatkan jumlah tabulasi ijiran dengan pasangan
merah-putih dan mendapatkan kancing genetic
dengan jumlah 24 pasang. Terakhir, didapatkan jumlah tabulasi ijiran
dengan pasangan putih-putih yang berjumlah 17 pasang kancing genetik.
Setelah hasil tabulasi
ijiran telah didapatkan jumlahnya dari setiap pasang kancing genetic yang
dilakukan mulai dari 20 x, 40 x, dan 60x, maka setiap fenotipe yaitu merah dan
putih kita lakukan perbandingan/nisbah fenotipe pengamatan/observasi (O) dan
nisbah harapan/teoritis/expected (E)
untuk mendapatkan deviasi (O-E), artinya pengamatan-harapan.
Untuk pengambilan 20 x,
didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 14 dalam observasi (O) dan
memiliki harapan (E) dengan jumlah 15, sehingga didapatkan deviasinya yaitu -1.
Selanjutnya untuk fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 6, dan
memiliki harapan dengan jumlah 5, sehingga deviasi jumlahnya 1. Total
keseluruhan adalah observasi berjumlah 20, harapan 20, dan deviasi total
berjumlah 0.
Untuk pengambilan 40 x,
didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 31 dalam observasi dan memiliki
harapan dengan jumlah 30, sehingga hasil deviasinya adalah 1. Kemudian untuk
fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 9 dan memiliki harapan 10,
sehingga hasil deviasinya adalah -1. Total keseluruhan adalah observasi
berjumlah 40, harapan berjumlah 40, dan total deviasi berjumlah 0.
Untuk pengambilan 60 x,
didapatkan bahwa fenotipe merah memiliki jumlah 43 dalam observasi dan memiliki
harapan dengan jumlah 45, sehingga hasil deviasinya -2. Selanjutnya untuk
fenotipe putih, memiliki observasi yang berjumlah 17 dan memiliki harapan 15,
sehingga hasil deviasinya 2. Total keseluruhannya adalah observasi berjumlah
60, total harapan berjumlah 60, dan total deviasinya adalah 0.
Dengan didapatnya hasil
diatas, dinyatakan bahwa setiap hasil pengamatan yang kita lakukan hasil dari
pengamatan (observasi) dengan harapan
sangat kecil sekali perbedaannya, yaitu perbandingannya 1:2 dan
begitupun sebaliknya yaitu 2:1. Untuk hasil fenotipe merah yang selalu unggul
dalam jumlah observasi maupun harapan dari fenotipe putih, deviasinya selalu
sama angkanya, tetapi hanya berbeda di tanda negative (yang berarti kurang/lebih
sedikit) dan positif (bertambah/lebih
banyak). Hal ini berhubungan dengan
Hokum Mendel I bahwa gen memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada
kturunannya.
V.Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakan bahwa tujuan
dilakukannya percobaan ini untuk mengetahui ketika terjadi pembentukan gamet
pasangan alel suatu gen terpisah dan terdapat dalam gen yang berlainan. Gen
memiliki bentuk alternative yang mengatur variasi pada karakter keturunannya.
Setiap individu membawa sepasang gen, baik dari tetua jantan maupun betina. Pada
perbandingan juga didapatkan bahwa fenotipe merah-merah: merah-putih:
putih-putih yaitu 1:2:1. Sepasang gen yang memiliki dua alel yang berbeda, alel
dominan akan selalu nampak dari luarnya secara visual, sedangkan alel resesif
tidak nampak tetapi akan diwariskan pada gamet yang dibentuknya.
Jawaban
Pertanyaan
1.
Berapa
macam pasangan genotipe yang anda peroleh ?
2.
Berapa
perbandingannya ?
3.
Jika
model gen merah dominan, berapa perbandingan fenotipe yang diperoleh ?
4.
Apa
yang dapat anda simpulkan dari percobaan Model 2 ini ?
Jawab
1.
Ada
tiga macam, yaitu merah-merah (MM), merah-putih (Mm), dan putih-putih (mm).
2.
Pengambilan
20 x :
Merah-merah : Merah-putih : Putih-putih
5 9 6
Pengambilan 40 x :
Merah-merah : Merah-putih : Putih-putih
10 21 9
Pengambilan
60 x :
Merah-merah : Merah-putih : Putih-putih
19 24 17
Jadi memiliki perbandingan yang
mendekati seperti dengan Hukum Mendel I, yaitu 1:2:1.
3.
Yaitu
mendekati 3 dominan (MM dan Mm) : 1 resesif (mm) atau 3 merah : 1 putih.
4.
Pada
percobaan ini menghasilkan genotype yaitu merah-merah, merah-putih, dan
putih-putih. Pada fenotipenya (F2) memiliki perbandingan, yaitu MM, Mm, mm
(1:2:1), sedangkan pada F1 semuanya menghasilkan 100 % merah sehingga dapat
disimpulkan bahwa gen merah dominan dan gen putih adalah resesif. Perbandingan
fenotipe untuk persilangan monohibrid (F2) adalah 3:1 karena gen merah adalah
dominan.
Daftar
Pustaka
HTTP://Mata.Kuliah.Pertanian/Genetika/hk.Mendel/Hukum_Pewarisan_Mendel.htm.
Suryati,
Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab. Agronomi
Universitas Bengkulu.
Suryo.1990.Genetika Manusia.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
This post was written by: Franklin Manuel
Franklin Manuel is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 Responses to “Laporan Praktikum Genetika Acara 2 Hukum Mendel I”
18 November 2013 pukul 04.56
Blog ini sangat mendukung saya dalam memahami tentang Hukum mendel. Terima Kasih
Posting Komentar