Rabu, 21 Maret 2012



LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
Acara III
EKSTRAKSI BENIH SAYURAN SECARA KIMIA



Ketua Kelompok :
Josua F.R/E1J008031
Anggota :
Muhammad Ali Alfi/E1J010089
Renita G Manurung/E1J008062
Maratus Sholika/E1J008038


PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat hygroskopis,benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya.Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih kepermukaan benih, dan kemudian air yang berada dipermukaan benih tersebut akan diuapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai..Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama kalau musim penghujan.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui cara mengekstraksi benih sayuran.
2. Mahasiswa dapat mengekstraksi benih sayuran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ekstraksi Benih
Kuswanto (2003) menyebutkan bahwa proses ekstraksi benih merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah. Pernyataan ini diperjelas oleh Ekawati (2004) bahwa ekstraksi benih merupakan pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan. Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung, biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah dan polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain:
Cone dan polong
Sesudah tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran. Setiap famili pohon (families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan struktur lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon (families) tersebut secara berbeda. (Kuswanto, 2003).
Buah kering
Ini merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung (follicles) yang terbelah sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah dua belah kebawah, dan kapsul dari tanaman eucalyptus yang terbelah kedalam (split in) menjadi tiga atau beberapa belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan teliti (Kuswanto, 2003).
Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat dikeringkan terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam tipe ini adalah tanaman cabai, oyong, okra dan paria (Kuswanto, 2003).
Buah Berdaging dan Berair (Wet Fleshly Fruit)
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga pada saat benih masak fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada runag-ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat inhibitor. Dengan demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih dicuci dengan air hingga bersih dan bebas dari lendir (Kuswanto, 2003).
Metode ekstraksi
Ekawati (2004) menyebutkan bahwa dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berarir (Wet Fleshly Fruit) memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi secara kering yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin antara lain:
Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet ekstraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan (Kuswanto, 2005) pernyataan ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) dalam bukunya Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun. (Ekawati, 2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam ekstrakksi basah, antara lain:

Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 240 C-270 C maka diperlukan waktu 1-2 hari., sedangkan apabila digunakan temperature 150 C-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
Metode Mekanis (Mechanical Method)
Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang efisien jika menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin (seed extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan benih dari pulp yang mengandung inhibitor (Ekawati, 2004)
Metode Kimiawi (Chemical Method)
Metode fermentasi memerlukan waktu relative lama terutama bila dilakukan di Negara yang berklim dingin/sedang, sehingga akan berdampak pada kualitas benih. Untuk mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan HCL digunakan untuk merendam pulp. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, massa pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam didasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus). Pitoyo (2005) juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih, pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah . Kuswanto (2003) menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi dapat digunakan zat kimia HCL 35% dengan doasis 5 liter HCL 35 % icampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam pulp selama 30 menit. Murniati (1999) dalam penelitiannya memanfaatkan kapur tohor sebagai bahan untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi kapur tohor 20 g/l dengan lama perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk benih manggis. Manggis dan ketimun termasuk kedalam tipe buah berdagung dan berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat dipalikasikan dalam ekstraksi benih ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan kapur tohor adalah prosesnya berjalan cepat, harganya murah 2000/kg dapat mencegah terjadinya pembusukan yang dapat mempengaruhi kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak menyebabkan perubahan warna.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis, 15 Maret 2012 pukul 12.00 WIB – selesai. Bertempak di laboratorium Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan

·         Buah sayuran seperti tomat, cabai, dan mentimun.
·         Air
·         Larutan HCL 35%
·         Botol beserta tutupnya
·         Bak air
·         Pisau atau carter
·         Penumbuk
·         Pengaduk
·         Kertas lakmus
·         Saringan

3.3 Cara Kerja
a. Ekstraksi Metode Kimiawi
·         Ambilah buah cabai (20 butir), tomat (5 butir), dan mentimun (5 butir).
·         Belahlah buah tomat dan mentimun.
·         Ambilah pulp dan bijinya.
·         Rendamlah pulp dan bijinya ke dalam larutan HCL 35% selama 30 menit hingga masa pulp mengambang.
·         Pisahkan pulp dari bijinya.
·         Cucilah biji tomat dan mentimun dengan air mengalir hingga netral pHnya.
·         Tumbuklah buah cabai dengan lembut agar buahnya pecah dan bijinya tidak rusak.
·         Ambilah buah dan biji cabe yang telah ditumbuk dengan sendok.
·         Rendamlah buah cabai yang sudah di tumbuk ke dalam larutan HCL 30% selama 30 menit dan aduklah hingga rata.
·         Pisahkan biji dan pulpnya.
·         Cucilah biji cabai dengan air mengalir hingga pHnya netral.
·         Bersihkan hasil rendaman dengan air yang mengalir secara perlahan, jangan sampai biji ikut terbuang.
b. Ekstraksi Metode Fermentasi
·         Ambilah buah cabai (20 butir), tomat (5 butir), dan mentimun (5 butir).
·         Belahlah buah tomat dan mentimun.
·         Ambilah pulp dan bijinya.
·         Rendamlah pulp dan bijinya di dalam botol yang telah berisi air 2-4 hari hingga masa pulp mengambang dan terpisah dengan bijinya.
·         Pisahkan pulp dari bijinya dengan cara disaring.
·         Cucilah biji tomat dan mentimun dengan air mengalir hingga bersih (biji tidak licin).
·         Tumbuklah buah cabai dengan lembut agar buahnya pecah dan bijinya tidak rusak.
·         Ambilah buah dan biji cabe yang telah ditumbuk dengan sendok.
·         Rendamlah buah cabai yang sudah di tumbuk ke dalam botol yang telah berisi air 2-4 hari hingga masa pulp mengambang dan terpisah dengan bijinya.
·         Pisahkan biji dan pulpnya dengan cara disaring.
·         Cucilah biji cabai dengan air mengalir hingga bersih.
·         Bandingkanlah keuntungan dan kerugian kedua metode ekstraksi.

BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Ekstraksi Metode Kimiawi
1. Untuk cabai
Setelah biji cabai di rendam pada larutan HCL 35% maka hasilnya :
Ø  Pulp terpisah dari bijinya.
Ø  Biji lebih kesat setelah di cuci pada air
2. Untuk tomat
Setelah biji cabai di rendam pada larutan HCL 35% maka hasilnya :
Ø  Pulp terpisah dari bijinya.
Ø  Biji lebih kesat setelah di cuci pada air
3. Untuk mentimun
Setelah biji cabai di rendam pada larutan HCL 35% maka hasilnya :
Ø  Pulp terpisah dari bijinya.
Ø  Biji lebih kesat setelah di cuci pada air
b. Ekstraksi Metode Fermentasi
1. Untuk cabai
Setelah di rendam dalam air selama 2-4 hari maka hasilnya :
Ø  Pulp mengambang di atas permukaan air.
Ø  Biji tenggelam dalam air
Ø  Biji kesat setelah di keringkan.
2. Untuk tomat
Setelah di rendam dalam air selama 2-4 hari maka hasilnya :
Ø  Pulp mengambang di atas permukaan air.
Ø  Biji tenggelam dalam air
Ø  Biji kesat setelah di keringkan.
3. Untuk mentimun
Setelah di rendam dalam air selama 2-4 hari maka hasilnya :
Ø  Pulp mengambang di atas permukaan air.
Ø  Biji tenggelam dalam air
Ø  Biji kesat setelah di keringkan.
4.2 Pembahasan
a. Ekstraksi Metode Kimiawi
Secara umum biji yang di hasilkan baik biji cabe, tomat ataupun mentimun dengan ekstraksi yang menggunakan larutan HCL 35 % sama seperti berikut :
Ø  Pulp terpisah dari bijinya.
Ø  Biji lebih kesat setelah di cuci pada air
Ø  Kadar air dalam biji akan berkurang setelah di keringkan
b. Ekstraksi Metode Fermentasi
Secara keseluruhan baik untuk biji cabe, tomat dan mentimun setelah di rendam dalam air selama 2-4 hari maka hasilnya :
Ø  Pulp mengambang di atas permukaan air.
Ø  Biji tenggelam dalam air
Ø  Biji kesat setelah di keringkan.
Jadi dalam melakukan ekstraksi pada buah terutama cabe, tomat, dan mentimun bisa di lakukan dengan larutan HCL 35% atau fermentasi menggunakan air. Tapi akan lebih efektif dan efisien terutama waktu yang di perlukan lebih baik menggunakan larutan HCL 35% karena hanya menunggu beberapa jam saja dibandingkan menggunakan air dapat memakan waktu berhari-hari.


BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum yang kami lakukan baik Ekstraksi yang menggunakan metode kimiawi maupun yang menggunakan metode Ekstraksi fermentasi tidak jauh berbeda. Karena biji yang di ekstraksi menggunakan larutan HCL 35% akan sama hasilnya dengan biji yang di ekstraksi menggunakan air. Namun jika kita akan mengekstraksi dalam skala yang besar lebih efektif dan efisien jika kita menggunakan larutan kimia, karena secara kimia yang menggunakan larutan HCL 35% lebih cepat dan tidak banyak memerlukan waktu dalam penangananya.
5.2 Saran
Sebaiknya buah yang akan kita ekstrasikan hendaknya kita perhatikan kemurnian buah tersebut. Karena tujuan ekstraksi adalah untuk menciptakan benih yang akan di persiapkan untuk proses penananman selanjutnya, jadi kita harus memperhatikan kualitas buah tersebut agar biji yang dihasilkan benar-benar berkualitas.
  
DAFTAR PUSTAKA

Murniati,E.1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap viabilitas benih kemiri (Aleurites moluccana Willd.). Keluarga Benih 7(1):59-65
Kamil, J, 1982, Teknologi Benih I, Padang: Universitas Andalas
Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakart:Andi
Kuswanto,Hendarto. 2003, Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius
Nurhayati, K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat perkahan Buah Pada Proses Ekstraksi terhadap Perkecambahan dan Pertumbuahan Semai Khaya anthoteca C.DC. Skrpisi. Bogor. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

09.15 by Muhammad Ali Alfi · 0