Rabu, 21 Desember 2011
Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara X “Geotropisme”
Do you like this story?
Laporan Praktikum Fisiologi
Tanaman
Acara X
“Geotropisme”
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad
Ali Alfi
NPM : E1J010089
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011
BAB I
Pendahuluan
1.1 Landasan Teori
Arah
pertumbuhan (pergerakan) tanaman sangat dipengaruhi oleh stimulus lingkungan
yang diterima oleh tanaman, seperti cahaya matahari, sentuhan, ketersediaan
air. Stimulus yang ada akan diterima oleh tanaman melalui sensor-sensor yang
dimilki tanaman sehingga tanaman dapat merespon stimulus yang datang. Sebagai
conyoh, pada pucuk tanaman sensor yang ada akan merespon datangnya cahaya,
sehingga pucuk tanaman akan tumbuh ke arah cahaya, yang dikenal dengan
fototropisme. Di ujung akar tanaman terdapat sensor yang memungkinkan tanaman
merespon adanya gravitasi bumi, yang karenanya arah pertumbuhan akar membelok
ke arah pusat bumi. Gerakan tanaman ini disebut geotropisme.
1.2 Tujuan
Mengamati
pengruh sensor pada ujung akar tanaman akibat adanya gaya gravitasi bumi.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Geotropisme adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak
ini dilakukan oleh akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang
positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang-cabang akar yang agak
mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik. Sebaliknya,
jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife.
Teori cholodny went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa auksin
dipindahkan dari belahan atas batang kebelahan bawah bila batang diubah dari
posisi vertikal keposisi horizontal. Sebagian geotropisme diarahkan pada akar.
Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Darwin (1980)
Lentil (lens) memberikan respon terhadap garvitasi bila pucuk akarnya dipotong,
sampai meristem akar dan tudung akar terbentuk kembali. Bila tudung akar jagung
atau spesies lain dihilangkan dengan menggunakan teknik bedah menghambat
pertumbuhan akar, tidak terjadi respon gravitropik sampai tudung yang sama atau
tudung lain diganti atau tudung baru tumbuh kembali. Seperti
halnya makhluk hidup lainnya, tumbuhan juga melakukan gerak. Namun gerak
tumbuhan tidak seperti gerak pada makhluk hidup lain berupa perpindahan tempat.
Tumbuhan tinggi hanya bergerak pada
bagian – bagian tertentu dari tubuhnya, seperti bengkoknya batang, dahan dan
akar, melipatnya daun. Secara garis besar, gerak dibagi menjadi gerak Autonom atau Endonom yaitu gerak yang terjadi secara spontan tanpa rangsangan
dan gerak Etionom akibat adanya
rangsangan.
Geotropi adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini
dilakukan oleh akar. Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif.
Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang-cabang akar yang agak mendatar itu
disebut diogeotropik atau transversal-geotropik. Sebaliknya, jurusan yang
ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife. Gravitropisme
dibagi menjadi dua, yaitu gravitropisme positif (gerakan pertumbuhan akar
menuju arah gravitasi bumi dan gravitropisme
negatif (gerakan pertumbuhan akar menjauhi gravitasi bumi. Namun pada
umumnya akar bersifat gravitropisme positif.
(Dwidjoseputro, D. 1985)
Pembengkokan batang utama dan akar.
Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya
pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah
perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau koleoptil yang diletakkan
horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi
atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan
bengkokan keatas dan bengkokan kebawah. (Heddy, S. 1996)
Jika kita letakkan suatu pot berisi
kecambah dalam posisi mendatar, maka ujung kar akan membelok ke pusat bumi
(geotropi yang positif), sedang ujung batang akan membelok keatas (geotropi
yang negatif). Kejadian ini ada hubungannya dengan distribusi auksin juga.
Kesimpulannya adalah kadar auksin yang tinggi menggiatkan pengembangan sel-sel
batang, akan tetapi menghambat sel-sel akar. Pembengkokan
batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah
tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan
diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau
koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada
posisi bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi
berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah.
Gaya berat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar
dan batang. Hal in dapat terlihat dengan meletakkan kecambah tanaman secara
horizontal. Setelah beberapa lama, akar akan melengkung ke bawah. Sedangkan
ujung batang akan bengkok ke atas
(Sutarmi, 1985). Batang utama atau batang tanaman biasanya tumbuh 180 o
dari pusat gravitasi bumi. Sedangkan cabang, tangkai dauun, rimpang dan stolon
biasanya lebih mendatar. Perbedaan arah tumbuh tersebut menyebabkan tumbuhan
dapat mengisi ruang sehingga dapat menyerap CO2 dan cahaya sangat
efektif. Hal ini merupakan suatu bentuk respon tanaman terhadap kondisi
lingkungan (Salisburry and Ross, 1995).
BAB III
Metodelogi
3.1.Alat dan Bahan
Bahan
yang diperlukan adalah kacang hijau (Vigna
sinensis) yang telah berumur 3 hari, sehat, dan vigor. Alat yang diperlukan
meliputi lempeng kaca, penggaris, dan pisau silet.
3.2.Prosedur Kerja
- Ambil 10 kecambah akar lurus dan diperkirakan sama panjangnya.
- Kecambah-kecambah tersebut diletakkan pada lempengan kaca yang telah dilapisi kertas saring dengan kedudukan akar horizontal.
- Diambil lagi 10 kecambah ujungnya tidak dipotong, panjangnya diukur dan diperlakukan seperti pada no 2.
- Lempeng kaca yang telah ditempeli kecambah itu dimasukkan dalam tabung gelas terisi sedikit air dan diatasnya ditutup. Tabung gelas diletakkan dalam ruang gelap.
- Setelah 24 jam, panjang akar seluruhnya diukur dan sudut pembengkokannya juga diukur.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Table hasil pengamatan
Perlakuan
|
Panjang Akar (cm)
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
Dipotong
-Awal
-Akhir
Sudut
|
7
|
5
|
6
|
5
|
4.5
|
5.3
|
4.4
|
5.2
|
5
|
4.2
|
4
|
2
|
3
|
2
|
1.5
|
2.3
|
1.4
|
2.2
|
2
|
1.2
|
|
Tanpa dipotong
-Awal
-Akhir
Sudut
|
5.5
|
3.5
|
4.5
|
3.7
|
4
|
4.1
|
3.8
|
4
|
4.1
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan maka dapat
dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan pada perlakuan dipotong lebih cepat
pertumbuhannya dari pada perlakuan tanpa dipotong. Karena perlakuan pengukuran
yang tidak sama panjang mengakibatkan sulit terdeteksi dengan jelas pertambahan
panjang, banyaknya kesalahan praktikan mengakibatkan data yang dihasilkan tidak
lengkap, diantaranya tidak diukurnya sudut pembengkokan, sehingga tidak dapat melihat besarnya sudut
geotropisme yang terjadi.
Pada pengamatan untuk sampel didapatkan hasil seperti
yang tertera pada table hasil pengamatan. Meskipun tidak diukur besarnya sudut yang terjadi tetapi dapat mengamati
pembengkokan yang terjadi. Pada
perlakuan ujung benih dipotong akan terjadi pembengkokan. Pembengkokan
disebabkan oleh penyebaran subtansi pendorong tumbuh yang tidak merata, sisi
yang menerima lebih banyak akan tumbuh lebih cepat. Jika ujung batang dipotong
dan tidak dikembalikan maka pertambahan panjang benih akan terhenti. Ini
menunjukkkan bahwa subtansi yang mendorong pertumbuhan berfungsi sebagai
hormon. Sisi bawah dari ujung batang menerima lebih banyak hormon daripada sisi
sebelah atas sebagai akibat dari pengaruh gaya berat. Jadi sel-sel pada sisi
bawah itu lebih giat mengadakan pengembangan daripada sel-sel sebelah atas.
Maka sebagai hasil akhir pembelokan ujung batang kearah atas. Namun pada akar
akibat dari konsentrasi hormon auksin atau hormon tumbuh yang efektif bagi ujung
batang itu justru menghambat pertumbuhan akar, dengan kata lain dosis auksin
yang terlalu banyak disisi bawah malah menghambat pertumbuhan sel-sel akar.
Perbedaan reaksi jaringan akar dan
batang terhadap konsentrasi auksin yang tinggi dan rendah merupakan dasar dari
perbedaan respon tumbuh pada kedua organ tersebut. Sebab dari perbedaan respon
jaringan akar dan batang terhadap auksin belum diketahui. Dapat disimpulkan
bahwa pembengkokan disebabkan oleh pertumbuhan differensiasi pemanjangan
didaerah ujung tepatnya dibelakang. Maka respon tumbuh pada tumbuhan yang
diletakkan horizontal. Batang adalah geotropi negatif, sedangkan akar adalah
geotropi positif.
BAB V
Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan yaitu geotropisme adalah reaksi tumbuhan terhadap rangsangan gaya berat. Reaksi tumbuh pada
tumbuhan yang diletakkan horizontal. Batang adalah geotropisme negatif sedangkan akar
adalah geotropi positif. Pembengkokan
pada akar terjadi karena efek dari auksin yang penyebarannya tidak merata pada
sisi akar tersebut. Dalam akar,
pengaruh auksin biasanya menghambat pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi
yang sangat rendah. Akibat dari
adanya gaya geotropi auksin banyak dipindahkan dari atas batang belahan bawah
bila batang diubah dari posisi vertikal ke posisi horizontal. Gerak geotropisme pada tumbuhan berhubungan
langsung dengan distribusi dan tingkat konsentrasi auksin dalam akar dan
batang.
Daftar Pustaka
Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT.
Gramedia, Jakarta.
Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Salisbury dan
Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB,
Bandung.
Suharjo, Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Universitas
Bengkulu: Bengkulu.
This post was written by: Franklin Manuel
Franklin Manuel is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara X “Geotropisme””
Posting Komentar