Rabu, 21 Desember 2011
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Acara VI “Mengukur Berat Serangan”
Do you like this story?
Laporan Praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman
Acara VI
“Mengukur Berat Serangan”
Disusun Oleh :
Muhammad Ali Alfi
E1J010089
Dosen Pembimbing : Ir. Nadrawati,
MP
Co-ass : Yanti CH
Tri Nurhidayah
Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit
Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Tindakan pengendalian dimaksudkan sebagai usaha untuk mencegah atau
membatasi kerugian ekonomis akibat pengganggu. Tindakan harus dilandasi dengan
pertimbangan-pertimbangan ekonomis, sehingga tindakan tersebut benar-benar
menguntungkan bagi kita. Oleh karena itu sebelum melakukan tindakan
pengendalian, terlebih dahulu perlu dilakukan pengamatan untuk mengetahui
tingkat kerusakannya. Prinsip tingkat kerusakan ditentukan dengan menghitung berapa besar
tanaman atau bagian tanaman yang dirusak oleh suatu pengganggu dibandingkan
dengan besaran seluruh tanaman atau bagian tanaman yang ada. Tingkat kerusakan
dapat dinyatakan dalam persen (%), proporsi (bagian), atau skoring. Penggunaan
skoring hanya sesuai dengan kenyataan jika dipertimbangkan antara tingkat
kerusakan dengan tingkat kerugian tanaman.
Metode penentuan berat serangan
sulit dibuat secara umum untuk semua jenis gangguan, karena banyak faktor yang
mempengaruhi, misalnya: jenis tanaman dan bagian tanaman yang sakit, pengganggu
yang menyerang, cara serangannya, lingkungan yang membantu dan yang menghambat.
Metode penentuan menjadi tepat jika nilai berat serangan setara dengan tingkat
kerugian. Pada prinsipnya menggunakan rumus umum bahwa berat serangan sama
dengan ratio antara kuantitas bagian yang rusak dengan kuantitas seluruh bagian
X = BkBtx100% dengan arti lambang X = berat serangan, bk
= besaran kerusakan, dan bt = besaran tanaman atau bagian yang diamati.
Kerusakan yang sulit secara langsung dapat dilakukan uji pendekatan dengan cara
skoring kemudian dihitung berdasarkan indeks serangan McKinney (1923) yang
dipopulerkan Townsend dan Hamburger (1943), yaitu X = ΣnV/Σn dengan arti
simbol: X = berat serangan , n = jumlah anggota sampel setiap kategori skoring,
V = nilai numerik tiap kategori yang diamati, N = jumlah keseluruhan anggota
sampel, Z = nilai numerik tertinggi pada kategori skoring yang dibuat.
1.2 Tujuan
Untuk dapat menaksir berat
serangan atau tingkat kerusakan pada suatu pertanaman yang mengalami gangguan.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Secara
umum, tindakan pengendalian dapat dikelompokkan menjadi enam cara, yaitu sistem
perundang-undangan atau peraturan agar dapat dicegah terjadinya wabah, cara
fisik dengan dibakar dan dijemur, cara mekanik, cara kultur teknis yaitu
cara-cara bercocok tanam, cara biologi dengan memanfaatkan musuh alami hama dan
patogen, dan cara kimia menggunakan pestisida.
Walaupun demikian,
ternyata cara kimia atau pestisidalah yang paling sering digunakan petani di
lapangan. Bahkan biasanya, diaplikasikan
secara berjadwal. Penggunaan pestisida
hampir menjadi satu-satunya cara pengendalian karena pestisida bekerja sangat
efektif, praktis serta cepat membunuh patogen dan hama.
Namun, ternyata penggunaan pestisida mengakibatkan dampak yang
sebelumnya tidak diperhitungkan. Pestisida dapat menyebabkan terjadinya resistensi pada patogen tumbuhan dan hama,
populasi hama dapat meningkat setelah disemprot pestisida berkali-kali, bahkan
dapat terjadi ledakan hama yang dulunya dianggap tidak penting. Dan yang lebih
penting lagi adalah dampak negatif pestisida terhadap kesehatan manusia dan
pelestarian lingkungan. (Agrios, G.N. 1998).
Tumbuh
dan berkembang adalah salah satu dari sekian ciri-ciri organisme yang ada.
Pertumbuhan selalu berhubungan erat dengan perkembangan organisme.
1. Tumbuh
Tumbuh
merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap
tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat
kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil
menjadi besar. Contohnya : Batang tumbuhan yang tadinya 2 cm menjadi 5 cm Bayi
yang beratnya 5 kg berubah menjadi 6,5 kg Berat tubuh kucing yang tadinya 4 kg
menjadi 6 kg. Ketika kita akan mengukur pertumbuhan tumbuhan ada sebuah alat
ukur khusus yang dinamakan auksanometer.
2. Berkembang
Berkembang
merupakan salah satu perubahan organisme ke arah kedewasaan dan biasanya tidak
bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kualitatif. (organisasi, 2008).
BAB III
Cara Kerja
3.1 Alat dan bahan
Petak pertanaman
dengan macam macam serangan pengganggu
3.2 Cara kerja
- Menentukan tipe kerusakan pada petak
pertanaman yang ada apakah proporsional dengan tingkat kerugian atau tidak.
Jika kerusakan tidak proporsional dengan kerugian, maka membuat skoring
dan kriterianya sesuai dengan gejala / kerusakan tanaman. Jika
kerusakannya proporsional dengan tingkat kerugian, maka melakukan
pengukuran secara langsung dengan membandingkan kuantitasnya
- Menentukan unit sampling secara acak atau
stratum
- Mengamati dan mencatat kerusakannya menurut
tipe kerusakannya dan jenis pengganggunya
- Menetukan berat serangan dengan perhitungan
berdasarkan hasil pengamatan.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1
Tabel Hasil Pengamatan
Baris
Kolom
|
Skor kerusakan
|
ΣnV
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
||
1
|
2
|
2
|
4
|
4
|
2
|
2
|
33%
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
25%
|
3
|
4
|
2
|
2
|
0
|
2
|
4
|
29,17%
|
4
|
2
|
4
|
2
|
2
|
2
|
2
|
29,17%
|
5
|
4
|
2
|
4
|
2
|
2
|
4
|
37,5%
|
6
|
4
|
2
|
2
|
4
|
4
|
4
|
41,67%
|
7
|
4
|
4
|
4
|
2
|
4
|
8
|
54,17%
|
8
|
4
|
4
|
4
|
2
|
-
|
4
|
37,5%
|
9
|
4
|
4
|
8
|
2
|
4
|
4
|
54,17%
|
Ciri-Ciri
0 = Tinggi
tanaman kurang lebih 1 m dengan daun lebih 5 lembar
1 = Tanggi tanaman antara 0,5m-1m
dengan daun kurang 5 lembar
2 = Tinggi tanaman antara 0,5m-1m
dengan daun lebih 3 lembar
3 = Tinggi tanaman antara 0,5m-1m
dengan daun kurang 3 lembar
4 = Tinggi tanaman kurang 0,5m dan
masih berdaun
5 = Tinggi tanaman kurang 0,5m dan
tidak berdaun
6 = Batang utama sebagian mengering
tetapi masih berdaun
7 = Batang utama sebagian mengering
tetapi tidak berdaun
8 = Batang utama kering atau tanaman
mati
Jenis
pengganggu
- Belalang
- Semut
Tingkat Kerusakan
Sample 1
|
Sampel
6
|
Sampel 2
|
Sampel
7
|
Sampel 3
|
Sampel
8
|
Sampel
4
|
Sampel
9
|
Sample 5
|
|
Sehingga total dari keseluruhan tingkatan serangannya
adalah 33,88%.
4.2
Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang di dapat maka
dapat kita lihat bahwa pada tanaman yang dijadikan sampel tinggi tanaman rata-rata antara 0,5 m –
1 m dan berdaun lebih dari 3. Dari 54 sampel taman terdapat 1 yang mendapat
skor 0 dan skor 8. Disini dapat dilihat bahwa tanaman yang dijadikan sampel ini
banyak terserang oleh gangguan, yaitu dengan skor 2
(ciri tanaman antara 0,5 m dan 1 m dengan jumlah daun ≥ 3 lembar dan skor 4 (ciri tanaman < 0,5
m dan masih berdaun). Setelah
dilakukan penghitungan serangan yang terdapat dilokasi sampel, total serangan
keseluruhan yang ada adalah 33,88%. Hal ini dilakukan dengan pendekatan secara skoring, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
Dimana:
X = berat
serangan
N = jumlah
anggota sampel tiap skoring
V = nilai
numerik tiap kategori yang diamati
N = jumlah
keseluruhan anggota sampel
Z = nilai
numerik tertinggi pada kategori skoring yang dibuat.
BAB V
Kesimpulan
Dari hasil
pengamatan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa Besarnya
serangan sering dikemukakan dengan istilah serangan ringan, sedang, berat, atau
sangat berat. Dengan demikian, hal ini masih bersifat kualitatif dan tidak
memiliki makna ilmiah. Sebelum melakukan tindakan pengendalian maka seharusnya
terlebih dahulu sebaiknya melakukan pengamatan untuk menentukan tingkat
kerusakannya. Rumus untuk melihat tingkat kerusakan adalah jumlah daun
terserang dibagi dengan jumlah seluruh daun tiap tanaman dan dikalikan 100%. Sedangkan
rumus untuk melihat tingkat serangan maka digunkan rumus jumlah tanaman yang
terserang pada setiap kategori serangan dikalikan dengan nilai skala pada
setiap kategori serangan dan dibagi dengan nilai skala tertinggi yang digunakan
yang telah dikalikan dengan jumlah seluruh tanaman yang diamati yang diamati
dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Pada tanaman ini yang hanya menyerang
tanaman adalah binatang belalang dan juga terdapat serangga seperti semut
tetapi tidak menjadi penggangu tanaman.
Daftar Pustaka
Abood,
J.K. D.M. Losel, and P.G. Syres. 1991. Lithium chloride and cucumber powdery
mildew infection. Plant Pathol. 40:108- 117.
Agrios, G.N. 1998. Plant Pathology. Academic Press, Inc. New York.
812p.
Penuntun praktikum. 2009. Dasar dasar perlindungan
tanaman.Universitas Bengkulu. Bengkulu
This post was written by: Franklin Manuel
Franklin Manuel is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Acara VI “Mengukur Berat Serangan””
Posting Komentar