Rabu, 21 Desember 2011

Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara VII “Dominasi Apikal”



Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman

Acara VII

“Dominasi Apikal”












Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Ali Alfi
NPM : E1J010089



Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011
BAB I
Pendahuluan

1.1              Landasan Teori
Auksin yang dihasilkan oleh pucuk tanaman mengalir ke seluruh bagian tanaman dengan pola transport basipetal. Pergerakan auksin ini menghambat pertumbuhan calon tunas aksilar yang berada di ketiak daun menjadi tunas. Inilah proses yang disebut dengan dominasi apikal. Pembuangan sumber auksin diyakini dapat menghilangkan pengaruh dominasi apikal pada tanaman. Pada beberapa tanaman dominasi apikal tidak diharapkan karena tanaman itu diharapkan memiliki banyak cabang dan tumbuh dengan rimbun. Pada tanaman lain, dominasi apikal justru diharapkan agar tanaman memiliki batang yang lurus dan tinggi tanpa banyak cabang. Pada praktikum ini akan didemonstrasikan pengaruh auksin pada domonasi apikal tanaman.

1.2              Tujuan Praktikum
Mengetahui pengaruh hormon tumbuh terhadap dominasi apikal dan penghambatan pertunasan.

BAB II
Tinjauan Pustaka

Sebuah hubungan yang diantara efek sitokinin terhadap dominansi apikal dan fasiasi tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme Corinebakterium fscians dijelaskan oleh samuels (1961). Gejala-gejala penyakit ini, hilangnya domonansi apikal ini dengan kemunculan selanjutnya ”sapu tukang sihir” dari pucuk yang tumbuh sampai dapat dirangkap seluruhnya oleh pemprosesan kinetin, yang menyatakan bahwa sitokinin alamiah terlibat didalam etiologi penyakit. (Malcolm B. Wilkins. 1989)
Tumbuhan terdiri dari bagian organel-organ-jaringan-sel. Terdapat berbagai jenis sel tumbuhan, seperti sel yang mampu menghasilkan materi kimia tertentu (hasil fotosintesis, sel yang aktif ketika masih hidup dan yang katif ketika setelah mati. Secara umum jenis sel pada tumbuhan merupakan gabungan dari tiga proses berikut :
  1. pembelahan sel tumbuhan
  2. pembesaran sel tumbuhan
  3. diferensiasi sel tumbuhan
Pembelahn dan pembesaran sel tumbuhan merupakan proses pertumbuhan, dan proses pertumbuhan dan diferensiasi adalah proses perkembangan. Prtumbuhan pada tumbvuhan dikelompokan menjadi dua, pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan dari hasil pembelahan sel-sel pada jaringan meristem primer. Pertumbuhan sekunder merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder berupa kambium dan kambium gabus. (Diah Aryuliana,dkk.1999).
Pada beberapa tumbuhan, terlihat bahwa pertumbuhan bagian ujung batang akan mempengaruhi tumbuh dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya. Gejala ini dikenal sebagai dominasi pucuk. Tunas-tunas yang tumbuhan pada bagian ketiak daun akan terkorelasi jarak dengan meristem apikal. Tunas lateral yang dekat dengan ujung batang tetap dorman. Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana IAA berkerja. Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport kebagian bawah batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral. Tunas lateral ketiak daun tua tidak cukup kuat dihambat kerena konsentrasi IAA yang rendah dan dapat berkembang menjadi cabang. (Suwasono Heddy, 1983)
Tindakan membuang tunas apikal digunakan petani  dan ahli hortikultura untuk membentuk tanaman yang bercabang banyak dan pembentukan tunas bunga yang lebih banyak.

BAB III
Bahan dan Metodelogi
2.1       Bahan
Ø  Campuran lanolin yang mengandung 400 ppm IAA
Ø  Tanaman kangkung berumur lebih dari 7 hari.
2.2       Cara Kerja
Ø Mengambil 9 tanaman yang sehat.
Ø Memotong 6 tanaman tepat dibawah daun kedua; 3 tanaman yang lain dibiarkan
Ø Siapkan pasta lanolin berisi IAA..
Ø Siapkan pasta lanolin berisi IAA..
Ø Oleskan pasta lanolin tanpa IAA ke 3 bekas luka pada tanaman kangkung.
Ø Oleskan pasta lanolin tanpa IAA ke 3 bekas luka pada tanaman lainnya.
Ø Berikan pada label tanaman yang mendapat perlakuan.
Ø Mengganti pasta lanolin pada hari ke-5.
Ø Setelah 14 hari sejak perlakuan, diukur :
a)      Panjang tunas aksilar yang tumbuh (mm)
b)      Garis tengah batang di tempat bekas potongan.
Ø Amati tanaman dan buat laporan.


BAB IV
Hasil dan Pemabahasan

4.1  .Hasil Pengamatan
Perlakuan
Rata-rata Panjang Daun Lateral

Rata-rata Diameter Batang

Lanolin + IAA :
Awal
Akhir
5,9
6,3

3,03
4,23


3,2
4,4

0,14
0,22


0,13
0,23

0,12
0,19
Lanolin :           
Awal
Akhir
Kontrol :           
Awal
Akhir

4.2  .Pembahasan
Dari tabel hasil diatas dapat dilihat bahwa pola jarak pertumbuhan awal terhadap panjang daun lateral mengalami pertumbuhan jarak yang bervariasai sesuai dengan perlakuannya. Jika dilakukan perbandingan rata-rata pertumbuhan panjang daun lateral pada saat awal-akhir antara perlakuan dengan Lanolin+IAA: lanolin: kontrol = 0.4: 1.2: 1.2. dari ini dapat diuraikan bahawa penambhaan IAA pada daun lateral akan berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan panjang daun lateralnnya, hal ini dapat disebabkan terlalu banyaknya konsentrasi IAA pada daun lateral yang juga sebagai pusat pembentukan IAA. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana IAA berkerja.
Dan dikaji dari rata-rata pertumbuhan diameter batangnya pada saat awal-akhir antara perlakuan dengan Lanolin+IAA: lanolin: kontrol = 0.08: 0.1: 0.07. secara fulgar atau langsung dapat diterjemahkan bahawa pada batang yang atau tanpa penambahan IAA memiliki tingkat pertumbuhan yang relatif sama yang hanya sangat sedikit berbeda dengan perlakuan pemberian lanolin saja. Kondisi ini dijelaskan sebagai reaksi efek dari IAA yang dihasilkan apikal neristem dan dau-daun muda yang ditransporkan kebagian-bagian bawah tanaman yang apabila sesuai penempatan fungsinya akan menambah tingkat pertumbuhan, walaupun dalam waktu yang lama/lambat. Ini juga sesuai dengan pendapat riset ahli bahwa “Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport kebagian bawah batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral

BAB V
Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan bagian ujung batang akan mempengaruhi tumbuh dan perkembangan bagian tumbuhan lainnya. Gejala ini dikenal sebagai dominasi pucuk. Jika meristem apikal diganti dengan sumber IAA yang dapat mendorong atau menghambat tumbuh tergantung konsentrasinya dan jenis jaringan dimana IAA berkerja. . Kondisi ini dijelaskan sebagai reaksi efek dari IAA yang dihasilkan apikal neristem dan dau-daun muda yang ditransporkan kebagian-bagian bawah tanaman yang apabila sesuai penempatan fungsinya akan menambah tingkat pertumbuhan, walaupun dalam waktu yang lama/lambat. Ini juga sesuai dengan pendapat riset ahli bahwa “Meristem apikal dan daun-daun muda adalah pusat-pusat sintesa IAA, dan IAA dari pusat-pusat ini ditransport kebagian bawah batang sehingga menghambat pertumbuhan tunas lateral.


Daftar Pustaka


Aryuliana, Diah, dkk.1999. Biologi. Erlangga. Jakarta

Heddy, Suwasono. 1986. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali, Jakarta.

Suharjo, Usman  K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Universitas Bengkulu: Bengkulu.

Wilkins. Malcolm B. 1989.Fisiologi Tanaman. Melton Putra Offest. Jakarta. Anggota IKAPI










0 Responses to “Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara VII “Dominasi Apikal””

Posting Komentar