Rabu, 21 Desember 2011

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Acara V Kerusakan Tanaman oleh Pengganggu



Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Acara V

Kerusakan Tanaman oleh Pengganggu

Oleh :
Muhammad Ali Alfi
E1J010089
Dosen Pembimbing : Ir. Nadrawati, MP
Co-ass : Yanti CH
  Tri Nurhidayah

Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Seperti kita ketahui bahwa tanaman adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang memiliki manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk/hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Namun sebaliknya, produk/hasil tanaman tersebut juga diminati makhluk hidup lain yaitu hama. Fenomena inilah yang menyebabkan manusia harus senantiasa berusaha agar produk/hasil tanaman yang dibudidayakan tersebut terhindar dari gangguan organisme pengganggu tanaman. Dalam agro-ekosistem, tanaman yang kita usahakan dinamakan produsen, sedangkan herbivora yang makan tanaman dinamakan konsumen pertama, sedangkan karnivora yang makan konsumen pertama adalah konsumen kedua. Herbivora yang berada pada tanaman tidak semuanya menimbulkan kerusakan. Ada herbivora yang keberadaannya dikehendaki ada juga yang tidak. Herbivora yang keberadaannya tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan disebut hama. Jadi selama keberadaannya ditanaman tidak menimbulkan kerusakan secara ekonomis, maka herbivora tersebut belum berstatus hama.
Hama adalah semua herbivora yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan manusia secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila populasinya di lahan telah melebihi batas Ambang Ekonomik. Dalam kegiatan pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus hidup, dan karakteristik) serta gejala kerusakan tanaman menjadi sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil langkah/tindakan pengendalian.
Penyakit tumbuhan dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi, demikian juga penyakit tanamannya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar terhadap masyarakat. Kerusakan ini selain disebabkan oleh karena hilangnya hasil ternyata juga dapat melalui cara lain yaitu menimbulkan gangguan terhadap konsumen dengan adanya racun yang dihasilkan oleh jamur dalam hasil pertanian tersebut.
Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh pathogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiopath). Oleh karena itu, untuk terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Interaksi ketiga komponen tersebut telah umum digambarkan sebagai suatu segitiga, umumnya disebut segitiga penyakit (disease triangle).
 Setiap sisi sebanding dengan total jumlah sifat-sifat tiap komponen yang memungkinkan terjadinya penyakit. Sebagai contoh, jika tumbuhan bersifat tahan, umumnya pada tingkat yang tidak menguntungkan atau dengan jarak tanam yang lebar maka segitiga penyakit – dan jumlah penyakit – akan kecil atau tidak ada, sedangkan jika tumbuhan rentan, pada tingkat pertumbuhan yang rentan atau dengan jarak tanam rapat, maka sisi inangnya akan panjang dan jumlah potensial penyakit akan bertambah besar. Dengan cara yang sama, patogen lebih virulen, dalam jumlah berlimpah dan dalam keadaan aktif, maka sisi patogen akan bertambah panjang dan jumlah potensial penyakitnya lebih besar. Juga keadaan lebih menguntungkan yang membantu patogen, sebagai contoh suhu, kelembaban dan angin yang dapat menurunkan tingkat ketahanan inang, maka sisi lingkungan akan menjadi lebih panjang dan jumlah potensial penyakit lebih besar.

1.2  Tujuan
Untuk dapat mengenal cirri-ciri perubahan morfologi bagian tanaman dan membedakan penyebab perubahan tersebut.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mengenal kerusakan pada tanaman yang disebabkan oleh berbagai pengganggu akan sangat membantu dalam diagnosis. Diagnosis merupakan proses yang sangat penting. Hasil diagnosis akan menentukan keberhasilan suatu pengelolaan penyakit tanaman. Kegagalan suatu diagnosis akan menyebabkan kegagalan dalam tahap pengendalian. Sebagai contah klasik dikemukakan oleh Fry (1982) pada pertanaman bit gula dipinggiran kota New York terjadi masalah kekerdilan tanaman. Dugaan awal kekerdilan tersebut disebabkan oleh karena kekurangan hara. Namun ternyata aplikasi pemupukan tidak menyelesaikan masalah. Konsultasi dengan ahli penyakit tanaman menyimpulkan bahwa tanaman terserang oleh nematoda Heterodera schachtii. Dengan demikian diagnosis yang baik harus memiliki efektivitas yang tinggi. Disamping itu diagnosis juga harus cepat. Keterlambatan hasil diagnosis karena berbagai hal dapat menyebabkan penyakit sudah berkembang pesat, sehingga hasil tidak dapat diselamatkan. Disamping efektif dan cepat, diagnosis juga harus murah. Biaya diagnosis yang mahal tidak akan terjangkau oleh petani kecil, sehingga mereka enggan pergi ke klinik untuk memeriksakan tanaman.
 Ganguan merupakan suatu proses interaksi anatara berbagai factor yang mempengaruhi. Hasil proses interaksi tersebut dapat dilihat dengan adanya kerusakan pada tanaman, Karena tanaman yang terganggu oleh pengganggu tertentu sering menunjukkan kerusakan akan tertentu pula. Beberapa jenis hama tidak hanya memakan bagian tubuh tanaman tetapi juga mengeluarkan substansi tertentu yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Beberapa jenis hama yang lain akan meninggalkan bebas aktivitas yang khas.
Banyak macam patogen tumbuhan dan tidak sedikit diantaranya yang mempunyai arti ekonomi penting. Setiap macam tanaman dapat diserang oleh banyak macam patogen tumbuhan, begitu pula satu macam patogen ada kemungkinan dapat menyerang sampai berpuluh-puluh tanaman. Sering pula terjadi, bahwa patogen tumbuhan tertentu dapat menyerang satu macam organ tanaman atau ada pula yang menyerang berbagai macam organ tanaman. Sebagai akibat dari reaksi tersebut maka suatu kerusakan tertentu akan tampak pada tanaman. Perkembangan selanjutnya, bagian pathogen atau pathogen itu sendiri dapat menampakkan diri pada permukaan tanaman inang yang abnormal. Abnormalitas atau perubahan-perubahan yang ditunjukkan oleh tanaman sakit sebagai akibat adanya serangan agensia penyakit-penyakit (pathogen) tersebut disebut gejala, sedangkan pengenal yang ditunjukkan oleh selain reaksi tanaman inang disebut tanda. Contoh tanda penyakit misalnya miselium jamur, spora atau konidi jamur, badan buah jamur, mildew, sklerosium, koloni baketri yang berupa lendir, dan sejenisnya.
Parasit yang menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman yang diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selan itu sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman.
Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat dilihat. Dalam hubungan ini untuk penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen yang terlihat:
·         Mildew
Merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya.
·         Downy Mildew
Merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas.
·         Powdery Mildew
Merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai lapisan pupur.
·         Karat
Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan).
·         Smut (Gosong)
Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya.
·         Kudis
Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak kasar seperti kudis.

·         Cacar
Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah.
·         Bercak ter (Tarspot)
Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitam. Bagian yang hitam tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan.

Tanaman individual dapat menunjukkan gejala: perubahan warna, perubahan bentuk, kelayuan, dan pertanaman dapat menunjukkan kelompok gejala yang membentuk gambaran penyakit atau sindrom. Dari gambaran penyakit ini orang menentukan penyebabnya atau mengadakan diagnosis. Untuk diagnosis biasanya dilakukan dilapangan atau di laboratorium. Penyakit disebabkan oleh penyebab abiotik dan biotik. Penyebab penyakit abiotik disebut fisiopath, sedang penyebab penyakit yang biotic disebut pathogen. Gejala morfologi penyakit tumbuhan dibedakan atas tiga pokok yaitu : nekrosis (matinya sel, jaringan atau seluruh organ), hipoplasia (terjadinya hambatan pertumbuhan), dan hyperplasia (terjadinya pertumbuhan yang luar biasa).

1.      gejala nekrosis
Yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel atau kerusakan bagian sel atau matinya sel. Terdapat berbagai bentuk gejala nekrotik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya:


·         Bercak.
·         Streak dan shipe.
·         Damping - off (lodoh).
·         Terbakar, scald atau scorch.
·         Busuk.
·         Layu.
·         Gugur daun, bunga, buah sebelum waktunya.
·         Klorosis karena rusaknya klorofil.


2.      Gejala Hipoplasia
Yaitu type kerusakan yang disebabkan karena adanya ambatan atau terhentinya pertumbuhan (underdevelopment) sel atau bagian sel. Terdapat berbagai bentuk gejala hipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya:
·         Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan cahaya.
·         Kerdil (atrophy) : gejala habital yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi lebih kecil daripada biasanya.
·         Klorosis : terjadinya penghambatan pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
·         Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
·         Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas (internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
·         Klorosis karena terhambatnya pembentukan klorofil.

3.      Gejala hiperplasia.
Yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel atau bagian sel atau bagian sel yang melebihi (overdevelopment) dari pada pertumbuhan biasa. Terdapat berbagai bentuk gejala hipoplastik yang disebabkan oleh berbagai patogen yang berbeda pada bagian tanaman yang, diserangnya:
·         Erinosa : terbentuknya banyak trikom (trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun) terdapat bagian yang seperti beledu.
·         Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk seperti spiral.
·         Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
·         Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada daun, batang, buah atau umbi.
·         Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih cepat bergantian.
·         Pembentukan alat yang luar biasa terdiri atas Antolisis (antholysis) : perubahan dari bunga menjadi daun-daun kecil dan Enasi : pembentukan anak daun yang sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
·         Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat tanam).
·         Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit, berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang juga dikenal dengan tunas air.
·         Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya. Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar) yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.
·         Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru.
·         Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
·         Klorosis karena pigmen maupun klorofil yang berlebihan.

4.      Gejala Injury.
Yaitu tipe kerusakan yang disebabkan karena adanya aktivitas hama tertentu atau setiap bentuk penyimpangan fisiologis tanaman sebagai akibat aktivitas atau serangan OPT.

BAB III
METODOLOGI

1.1 Alat dan Bahan Praktikum
Ø  Alat
·         Loup
Ø  Bahan
·         Tanaman/ bagian tanaman yang tidak normal.
1.2 Cara kerja
Ø  Memperhatikan dengan teliti dan menggambar skematis tanaman atau bagian tanaman sampel yang tersedia, terutama pada bagian yang mengalami kerusakan.
Ø  Mencatat apa saja yang berubah jika dibandingkan dengan yang normal.
Ø  Mengamati dan menggambar ada tidaknya tanda penyakit atau keberadaan binatang hama serta menuliskan cirri-ciri yang membedakan dari kerusakan lainnya.
Ø  Menjelaskan bagaimana mekanisme terjadinya kerusakan tersebut.
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Gambar

Nama inang      : Kol
Tipe kerusakan : Tipe hipoplastik
Ciri – ciri penting :
Terjadinya kekerdilan akibat adanya penghambatan dalam pertumbuhan.
Gambar
Nama inang      : Daun sawit
Tipe kerusakan : Tipe nekrotik
Keterangan gambar :
X = jaringan yang mati
Ciri – ciri penting :
Bagian tanaman atau daun pisang yang selnya mati tersebut menjadi hitam.

Gambar
Tipe kerusakan  : Injury
Keterangan gambar : X = benjolan akibat serangan nematoda
Ciri – ciri penting :
·         Terdapat benjolan
 – benjolan kecil diseluruh tubuh kentang
·         Benjolan
 – benjolan tersebut ada yang berbintik
 – bintik hitam dan ada yang terdapat nematoda didalamnya.
Gambar
Tipe kerusakan  : Hyperplastik

Ciri – ciri penting :
·         Terdapat benjolan
 – benjolan kecil diseluruh tubuh kentang
·         Benjolan
 – benjolan tersebut ada yang berbintik
 – bintik hitam dan ada yang terdapat nematoda didalamnya.

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mekanisme terjadinya kerusakan penyakit pada tanaman dapat terjadi oleh beberapa penyebab pathogen dan hama. Pada tanaman kedelai salah satu penyakit yang timbul adalah bercak-bercak. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Cercospora sojina Hara yang juga disebut sebagai C. daizu Miura. C.sojina bertahan pada daun dan batang maupun biji. Hama pada tanaman kedelai yang mengakibatkan daun berlobang ini memiliki tipe alat mulut penggigit pengunyah, contohnya pada belalang. Konidium dipencarkan oleh angin, khusunya pada saat tanaman mulai masak. Gejala-gejala yang timbul pada tanaman yang sakit adalah terdapat bercak-bercak yang khas berwarna coklat muda atau kelabu pada daun, dengan tepi coklat ungu atau coklat kemerahan. Di sekitar bercak tedapat jaringan klorotik, dan terdapat juga lobang-lobang besar memanjang pada daun.
Hama yang terdapat pada tanaman padi adalah Walang sangit (Leptocorixa acuta) walang sangit sering sekali menjadi penyebab utama rusaknya bulir padi, sehingga bulir pada jadi hampa dan kempes. Walang sangit memiliki cirri-ciri yaitu : mempunyai dua pasang sayap, sepasang tebal dan sepasang lagi seperti selaput, memiliki tipe alat mulut menusuk mengisap, dan metamorfosisnya tidak sempurna. Penyebab kerusakannya adalah Leptocorixa acuta, aktifnya pagi hari, warna serangga hijau kekuning-kuningan sesuai dengan warna bulir padi yang disenanginya. Telur diletakkan dalam kelompok pada permukaan daun, bentuknya seperti biji gulma. Gejala serangan : Butir padi stadium matang susu menjadi hampa atau setengah hampa karena cairannya dihisap oleh hama ini, terdapat lubang bekas tusukan berwarna abu-abu kekuning-kuningan. Kadang-kadang di sekeliling lubang berubah menjadi coklat karena adanya serangan cendawan Helmintosperium oryzae. Serangga ini berbau tidak enak bila dipegang.
Pada buah coklat hama yang menyebabkan terjadinya kerusakan adalah hama dengan tipe alat mulut pencucuk pengisap. Gejala serangan dengan cara membuat liang gerakan pada bagian yang diserang, larva memakan dan merusak jaringan keping batang sehingga bagian yang terserang tampak berwarna hitam/kecoklatan. Serangan yang berat mengakibatkan jaringan kulit terputus, batang menjadi layu dan mengering, karena akar tidak berfungsi normal untuk menghisap air dan unsure hara dari dalam tanah.
Pada hama thrips dengan tipe alat mulut pemarur-penghisap, gejala serangan yang ditimbulkan yaitu Daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Hama ini berukuran sangat kecil dan lembut. Ketika muda berwarna kuning dan dewasa kecokelatan dengan kepala hitam. Didaun terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya diisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. sebaiknya dihindari penanaman cabai dalam skala luas dapat satu hamparan. Dengan pergiliran tanaman adalah langkah awal memutus perkembangan Thrips. Pengendalian jenis serangga ini dengan memasang perangkap kertas kuning IATP (Insect Adhesive Trap Paper), dengan cara digulung dan digantung setinggi 15 Cm dari pucuk tanaman. Gunakan pengendalian dengan insektisida secara bijaksana.
Pada batang yang digerek oleh hama akan memiliki tanda pada daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang ubi ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Telur penggerek batang diletakkan pada permukaan atas maupun bawah daun. Biasanya dalam kumpulan yang terdiri dari 7 – 30 telur yang tersusun seperti genting, dalam 2 – 3 baris atau 3 – 5 baris. Larva yang baru menetas panjangnya + 2,5 mm, dan berwarna kelabu. Semakin tua umur larva, warna badan berubah menjadi kuning coklat dan kemudian kuning putih, disamping itu warna garis-garis hitam membujur pada permukaan abdomen sebelah atas juga semakin jelas. Larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam ruas batang.


BAB V
KESIMPULAN

            Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa organisme pengganggu tanaman adalah adalah semua organisme yang dapat menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena menimbulkan kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap tanaman budidaya. Pada tanaman kol yang diamati yaitu atropi yang menyebabkan tanaman kol mengalami pertumbuhan yang kerdil.
Terjadinya kekerdilan pada tanaman kol akibat terserang virus yang dapat penghambatan dalam pertumbuhan tanaman kol tersebut. Pada daun sawit yang diamati merupakan kerusakan dari tipe nekrotik yaitu hawar (blight). pada batang Euphorbia hirva, terdapat benjolan atau gelembung pada batangnya yang jika dibuka terdapat ulat didalamnya. Tapi tidak semua benjolan terdapat ulat. Kerusakan ini terjadi karena adanya aktivitas hama tertentu yang melukai batang. Tanaman cabe yang mengalami kerusakan berupa daunnya keriting termasuk tipe hiperplastik. Karena bentuk ini terjadi karena ada pertumbuhan yang lebih cepat pada salah satu bagian dari organ tanaman cabe tersebut yaitu terjadi pada daun.








DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Bambang. 2009. Penuntun Praktikum DASLINTAN. Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian UNIB : Bengkulu.
http://id.google.co.id/Gejala_abnormalitas_tanaman (diakses tanggal 22 November 2011)
http://id.google.co.id/isekolah.2010.htm (diakses tanggal 22 November 2011)


2 Responses to “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Acara V Kerusakan Tanaman oleh Pengganggu”

Paijo mengatakan...
23 Agustus 2019 pukul 22.30

slot android terbaru


Laurens99 mengatakan...
15 Oktober 2019 pukul 08.43

sbobet88


Posting Komentar