Rabu, 21 Desember 2011
Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara IX “Pemecahan Dormansi Pada Biji Kulit Keras”
Do you like this story?
Laporan Praktikum Fisiologi
Tanaman
Acara
IX
“Pemecahan Dormansi Pada Biji Kulit
Keras”
Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Ali Alfi
NPM : E1J010089
Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dormansi
adalah kondisi dimana benih yang telah memasuki usia fisiologis tidak dapat
berkecambah meskipun faktor-faktor lingkungan dalam kondisi ideal untuk
berkecambah. Faktor yang menjadi penyebab mengapa benih tanaman berada pada
kondisi dorman. Sebaliknya, banyak metode yang dapat digunakan untuk mematahkan
dormansi benih tanaman.
1.2 Tujuan Praktikum
Mematahkan
dormansi benih sengon (Albizia falcata)
yang disebabkan oleh kondisi kulit biji yang keras dengan perlakuan fisik dan
kimiawi.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Benih dikatan dormasi bila benih tersebut sebenarnya
hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara
umum dianggap telah memenuhi syarat bagi sutu perkecambahan. Dormansi merupakan
terhambatnya proses metabolisme dalam biji. dormansi dapat berlangsung dalam
waktu yang sangat bervariasi (harian – tahunan) tergantung oleh jenis tanman
dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan
fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari
kedua keadaan tersebut. Namun demikian dormansi bukan berarti benih tersebut
mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari
pada benih itu sendiri. masa ini dapat di pecahkan dengan berbagai cara, seperti
cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat
atau bahan mekanis yangh ada seperti amplas, jarum, pisau, alat penggoncang dan
sebaginya. Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti
asam sulfat (H2SO4) dan HNO3 peket. Pada
intinya cara-car tersebut supaya terdapat celah agar air dan gas udara untuk
perkecambahan dapa masuk kedalam benih. (Suetopo. 1985).
Variasai umur benih suatu tanaman sangtlah beragam,
namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak akan hidup selamanya.
seperti, kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. meningkatnya
kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun bebnerapa biji
dapat hiduyp lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam botol atau di udar terbuka
pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan air dan sela akan pecah apabila biji diberi air.
Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan bahn yang baik
bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat oksigen normal umumnya mempengaruhi
dan merugikan masa hidup biji. kehilangan daya hidup terbesar bila benih
disimpan dalam udar lembab dengan suhu 350C atau lebih. (Dwidjoseputro. 1985.)
Tipe dormansi:
- dormansi fisik : yangh menyebabkan pembatasan structural terhadap perkedcambahan. seperti kulit biji ynag keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis tanaman.
- dormansi fisiologis : dapat disebabkan oleh bebrapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh factor-faktor dalam sepert immaturity atau ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologis lainnya.
Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses
perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari
dalam dan luar biji. (Salisbury dan Ross, 1995).
BAB III
Metodelogi
3.1.Alat
dan Bahan
Bahan dan alat diperlukan pada praktikum ini meliputi
biji sengon (Albisia falcata),
petridish, dan alat penggosok.
3.2.Cara Kerja
1.
Ambil 50 biji Albizia falcata untuk tiap kelompok. Pisahkan 50
biji menjadi 5 bagian, masing-masing berisi 10 biji, dan berikan label A, B, C,
D, dan E untuk tiap kelompok yang berisi 10 biji.
2. Ambil semua biji kelompok A, hilangkan semua
kulitnya pada bagian yang tidak ada lembaganya, dengan alat penggosok amplas.
Kecambahkan biji yang dimaksud pada petridish yang telah diberi air.
3. Ambil semua biji kelompok B, rendam selama 5 menit didalam larutan H2SO4
pekat.
4. Angkat biji dari larutan H2SO4 pekat pada
akhir percobaan (seyelah 5 menit), cuci dengan aquades hingga bersih dari
residu H2SO4 pekat, dan kecambahkan pada petridish yang
sudah diisi air.
5. Ambil semua biji kelompok C, rendam selama 10 menit di dalam
larutan H2SO4 pekat.
Ulangi langkah nomor 4.
6. Ambil semua biji kelompok D, rendam 15 menit di dalam larutan H2SO4
pekat. Ulangi langkah nomor 4.
7. Ambil semua biji kelompok E, kecambahkan pada petridish yang telah
diisi air.
8. Ganti air untuk perkecambahan tiap hari.
9. Amati (tiap hari) kapan benih mulai berkecambah.
10. Catat pada hari keberapa perkecambahan terjadi, berapa jumlah
kecambahnya, ukur panjang tunas (jika mungkin); dan buatlah laporan.
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Pengamatan
|
Perlakuan
|
||||
A
(Digosok)
|
B
(5 menit H2SO4 )
|
C
(10 menit H2SO4 )
|
D
(15 menit H2SO4 )
|
E
(Kontrol)
|
|
Hari keluarnya kecambah
|
-
|
-
|
-
|
-
|
0
|
Jumlah biji berkecambah
|
6
|
3
|
6
|
8
|
0
|
Panjang tunas kecambah
|
3,3
|
2,3
|
2,41
|
2,14
|
0
|
Jumlah akar kecambah
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
Panjang akar kecambah
|
2,5
|
2,83
|
2,75
|
3
|
0
|
4.2 Pembahasan
Dari pengamatan didapatkan daya kecambah dari benih yang
diuju baik secara mekanis maupun kimiawi memiliki viabilitas 0%. Namun hal ini
bukan berarti bahwa benih lamtoro yang di lakukan pematahan dormansinya telah
mati sebelumnya sehingga tidak terdapat satu biji pun lamtoro yang berkecambah.
Dalam proses perkecambahan layaknya manusi dalam kehidupan sehari-harinya juga
memiliki beberapa proses yang harus dijalani terlebih dahulu untuk berkecambah
bangun dari masa istirahatnya (dormansi), Tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :
- Hidrasi atau Imbisisi : proses masuknya air dan gas kedalam biji sehingga membasahi protein dan kiloid dalam biji.
- Pembentukan dan pengaktifan enzim : proses ini menyebakan meningkatnya aktifitas metabolik.
- Pemanjangan sel radikal yang diikuti dengan munculnya radikel dari kulit biji (perkecambahan yang sebenarnya).
- Pertumbuhan kecambah selanjutnya.
Antara satu tahapan dengan tahapan lain saling
mempengaruhi pembangunan benih dari dormansinya menuju perkecambhan. Dalam
pelaksanaan praktikum ini menggunakan sample biji yang memiliki kulit biji yang
keras (lamtoro tua dan kering), semua perlakuan direndam dalam air dalan
petridish, sehingga kondisi menjadi anaerob, ditambah dengan Petridis yang di
tutup kembali. Dari hal ini proses masuknya air dan gas kedalam biji yang
selanjutnya akan membasahi protein dan kiloid dalam biji (Hidrasi atau
Imbibisi) tiklah terjadi. Dari ini sudah dapat di tarik kesimpulan bahwa
lingkungan atau kondisi perkecambahan sangatlah tidak kondusif, berpengaruh
negative terhadapa proses pematahan dormansi benih itu sendiri. Proses awal
yang sudah terhambat sangat sulit untuk melanjutkan proses selanjutnya yang
akan sampai pada pertubuhan lajutan berupa tanaman baru melalui proses
pertumbuhan perkecambahan benih tersebut.
BAB V
Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulakan dari laporan ini adalah sebagai
berikut:
- Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
- Pematahan dormansi benih seharusnya dapat dilakukan dengan proses fisik, mekanis maupun kimiawi.
- Perkecambahn sebagai tanda bahwa dormansi benih telah terbangunkan/patah akan berlangsung dengan lancer apabila kondisi perkecambahan mendukung, seperti adanya air dan oksigen/udara yang dapat masuk kedalam benih.
Daftar Pustaka
Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Lita sutopo.
1985. Teknologi benih. Rajawali. Jakarta.
Salisbury dan
Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. ITB. Bandung.
Suharjo,
Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Universitas
Bengkulu: Bengkulu.
This post was written by: Franklin Manuel
Franklin Manuel is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Laporan Praktikum Fisiologi Tanaman Acara IX “Pemecahan Dormansi Pada Biji Kulit Keras””
Posting Komentar