Selasa, 26 Juni 2012

LAPORAN AHIR PRODUKSI TANAMAN INDUSTRI



ACARA I

PERSIAPAN PEMBUKAAN AREAL
TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persiapan lahan merupakan pekerjaan membuka lahan dan membersihkan dari vegetasi yang ada untuk diolah dan disiapkan untuk penanaman. Didalam pembukaan lahan areal yang dibuka berupa hutan primer, hutan sekunder. Oleh karena itu berdasarkan kriteria hutan yang ada dan intensitas pekerjaan yang harus dikerjakan maka dapat digolongkan hutan berat, hutan sedang, dan hutan ringan. (prasetyo, dkk, 2012)
Lahan atau tanah merupakan sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan penting dalam segala kehidupan manusia, karena lahan atau tanah diperlukan manusia untuk tempat tinggal dan hidup, melakukan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan sebagainya. Karena pentingnya peranan lahan atau tanah dalam kehidupan manusia, maka ketersediaannya juga jadi terbatas. Keadaan ini menyebabkan penggunaan tanah yang rangkap ( tumpang tindih ), misalnya tanah sawah yang digunakan untuk perkebunan tebu, kolam ikan atau penggembalaan ternak atau tanah hutan yang digunakan untuk perladangan atau pertanian tanah kering. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004)
Pendayagunaan lahan atau tanah memerlukan pengelolaan yang tepat dan sejauh mungkin mencegah dan mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestarian sumber daya alam tersebut untuk kepentingan generasi yang akan datang. Pada sistem lingkungan tanah, usaha-usaha yang perlu dikerjakan ialah rehabilitasi, pengawetan, perencanaan dan pendayagunaan tanah yang optimum ( Soerianegara, 1977 ).
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar tindakan/pekerjaan berikutnya mudah dilakukan karena lahan telah bersih dari rumput, semak dan belukar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan.
Dalam pembukaan areal perkebunan ini  dilakukan beberapa kegiatan yakni:
1.      Survei areal
Survei areal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal yang akan dibuka sekaligus menentukan rencana jaringan blak yang akan dibuat, sekaligus membuat peta dengan cara menghubungkan titik satu dengan titik selanjutnya, baik untuk pengukuran batas areal maupun pembuatan rencana blok.
2.      Desain perkebunan
Desain perkebunan bertujuan untuk menentukan tataruang dalam kebun yang terbagi dalam afdeling. (Anonim, 2012). Apabila pengolahan tanah kering secara lestari telah dikuasai masyarakat pedesaan, maka tidak akan ada kritis mata pencaharian yang menyebabkan tanah menjadi kritis. Pengendalian teknologi pengolahan tanah kering secara lestari adalah sederhana, tidak memerlukan peralatan serba modern (canggih) dan pendidikan tinggi. Azas pengelolaan lahan kering adalah menciptakan lingkungan perakaran yang dalam, mempertahankan kemampuan tanah menyimpan air dan mengedarkan udara, tindakan terakhir adalah memperkaya tanah dengan zat hara tersedia untuk akar. (Hasnudi dan Eniza saleh, 2004)
Untuk pelaksanaan pembukaan lahan dapat dilakukan sebagai berikut:
  • Pembagian hutan berdasarkan geografis terdiri dari; hutan payo, hutan rawa, hutan pematang, dan hutan dataran dan pegunungan.
  • Pembagian hutan berdasarkan vegetasi terdiri dari; hutan primer yaitu terdapat pohon dengan diameter >30cm dengan kerapatan 25-100 pohon/ha dan diameter < 30 cm dengan kerapatan 2500 pohon/ha. Dan hutan sekunder yaitu kerapatan [ohon <2500 pohon/ha dengan diameter 30 cm.
  • Pembagian hutan berdasarkan intensitas cahaya terdiri dari; hutan berat yaitu hutan primer dimana jenis kayu keras masih utuh atau sebagian kecil yang telah diambil. Hutan sedang, yaitu hutan primer yang telah diambil kayu-kayuan terutama yang berdiameter >30 cm, dan hutan ringan yaitu vegetasi yang ada semak belukar serta sisa-sisa kayu dan alang-alang dan umumnya merupakan hutan bekas perladangan.

Pembukaan lahan untuk perkebunan dibagi kedalam dua tempat yaitu, pembukaan untuk hutan dan pembukaan untuk alang-alang yang akan diuraikan sebagai berikut:
  • Pembukaan hutan
Pembukaan hutan untuk perkebunan dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu sistem mekanik, manual, dan khemis yang semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan.
  • Pembukaan alang-alang
Pembukaan alang-alang untuk dijadikan sebagai lahan perkebunan akan lebih mudah diolah dari pada lahan hutan, namun cara pengerjaannya juga sama dengan areal hutan yaitu secara manual. Mekanik dan khemis.
Dalam pembukaan lahan untuk perkebunan perlu dilakukan pencegahan erosi terlebih pada lahan/areal yang miring (berombak, bergelombang atu berbukit), maka usaha-usaha dalam mencegah erosi/kerusakan lahan yaitu:
  1. Penanaman secara kontur/garis tinggi
  2. Pembuatan teras yaitu dapat dengan teras individu dan teras kolektif.
  3. Penanaman tanaman penutup tanah, sangat penting untuk pencegahan erosi.

BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang diperlukan untuk kegiatan ini meliputi : semprotan punggung, ember, gelas ukur, tali raffia, herbisida (Round Up, Clean Up, Sun Up,Sida Up).
3.2 Cara Kerja
  1. Membuat batas lahan dengan menggunakan talia raffia untuk menentukan areal       yang kan ditebas atau disemprot. Pekerjaan penebasan semak belukar dilakukan 2 minggu sebelum penyemprotan. Adapun luas lahan yang digunakan untuk setiap kelompok adalah 15 m x 15 m.
  2. Membuat larutan herbisida yang sesuai dengan dosis anjuran yang tertera pada wadah yang ada.
  3. Adapun tahapan pembuatan larutan herbisida yaitu sebagi berikut yang pertama memasukan cairan herbisida sesuai takaran ke dalam alat semprot punggung selanjutnya memasukan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga larutan merata.
  4. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut dengan menggunakan nozel setinggi    permukaan semak/belukar.
  5. Menyemprotkan larutan herbisida tersebut secara merata kesemua bagian tanaman semak atau belukar yang da pada arealyang telah ditentukan. Arah penyemprotan tidakboleh berlawanandengan arah angin.
  6. Mengusahakan agar tekanan pompa tidakberlebihan.
  7. Menjaga Jarak atau lebar semburan antara satu penyemprot dengan penyemprot lainnya agar dijga tidak yang tertinggal.
  8. Memberi tanda pada saat pengisisan ulang tangki sprayer, untuk mencegah agar     ilalang tidak tersemprot atau tersemprot ulang.
  9. Melakukan pengulangan penyemprotan apabila turun hujan kurang dari 6 jam setelah penyemprotan.
  10. Melakukan penyemprotan kedua setelah 14-21 hari setelah penyemprotan pertama untuk lebih memastikan agar gulma benar-benar mati.
  11. Membiarkan hasil penyemprotan sekitar waktu 1-2 minggu untuk dapat mengerjakan kegiatan berikutnnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Jenis Gulma
Pengamatan
Gulma berdaun lebar
2 hari sebelum penyemprotan baru tampak gulma menguning.
Alang-alang
1 minggu setelah penyemprotan baru terlihat efek dari penyemprotan

4.2 Pembahasan
Pembukaan lahan merupakan hal yang sangat penting dalam memulai budidaya semua jenis komoditi daripada pertanian tidak terkecuali pada tanaman pangan, horti dan tahunan (perkebunan) semuanya harus dilakukan pengolahan lahan. Namun diantara ketiga golongan tanaman tersebut mungkin berbeda dalam hal pengolahannya misalnya tanaman perkebunan tidak memerlukan pengolahan secara sempurna, cukup dilakukan pengolahan secara minimum bahkan tanpa olah tanah, atau pengolahan cukup dilakukan pada lobang tanaman saja.
Dalam pembukaan lahan pada praktikum ini yaitu pembukaan lahan untuk karet dan kopi kami terlebih dahulu menentukan luas lahan yang akan digunakan setelah itu kami melakukan penebasan pada kayu dan semak-semak sedangkan untuk kayu-kayu yang besar tidak seluruhnya kami tebang, berhubung karena sebagian kayu dapat dipergunakan untuk membuat naungan tanaman, terlebih untuk tanaman kopi yang memang memerlukan naungan dalam pertumbuhannya, dan semua semak-semak dan hasil potongan kayu yang lainnya kami kumpulkan di sisi dari petakan lahan kami, dalam praktikum ini kami tidak melakukan pembakaran lahan, karena pembakaran tanah tidak baik dilakukan yaitu dapat membunuh organisme lainnya dan dapat menimbulkan kerusakan pada tanah.
Satu minggu setelah penebasan kami melakukan penyemprotan dengan menggunakan herbisida Roun up  dengan takaran 4-5 l/1000 l air, dengan bahan aktif glifosat.  Herbisida ini dalam bentuk cair yang bersifat sistemik yaitu herbisida yang cara kerjanya, sebelum bereaksi akan masuk kedalam jaringan tumbuhan terlebih dahulu. Tujuan penyemprotan satu minggu setelah penebasan adalah tunas baru daru gulma sudah mulai tumbuh.
Pada saat telah dilakukan penyemprotan gulma belum memberikan reaksi masih dalam keadaan semula, hal ini disebabkan oleh herbisida tersebut belum masuk kedalam jaringan tumbuhan tersebut, reaksi/ efek dari penyemprotan tersebut baru mulai terlihat pada 2 hari setelah penyemprotan pada gulma berdaun lebar dan 1 minggu pada gulma alang-alang. Perbedaan lamanya efek/ reaksi yang diberikan gulma terhadap penyemprotan dipengaruhi oleh luasnya/panjangnya jaringan dari gulma tersebut. Pada gulma berdaun lebar pada umumnya sistem perakarannya adalah dangkal sehingga herbisida akan lebih cepat menjangkau seluruh jaringan dari pada gulma tersebut, sedangkan pada gulma alang-alang memiliki sistem perakaran yang cukup dalam, ditambah dengan rhizoma dari gulma yang dapat menyebar dengan luas, sehingga bahan aktif dari herbisisda akan lebih lama untuk masuk kedalam jaringan gulma tersebut.
Pada saat masuk kedalam jaringan tumbuhan bahan aktif tidak langsung membunuh jaringan tanaman tersebut, karena jika langsung membunuh jaringan tanaman yang dilaluinya maka bahan aktif herbisisda tersebut tidak bisa masuk kejaringan yang labih dalam lagi, oleh karena itu herbisida ini akan berreaksi setelah berada pada jaringan tanaman, dan reaksi yang ditunjukkan akan sama pada bagian atas tumbuhan dan bagian bawah tumbuhan akan sama, karena seluruh jaringan telah dimasuki oleh bahan aktif herbisisda tersebut.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan:
  • Dalam pengolahan lahan kita perlu memperhatikan kemiringan dari lahan yang akan kita gunakan karena dapat mempengaruhi besarkecilnya erosi yang akan terjadi.
  • Pada pembukaan lahan untuk tanaman perkebunan biasanya pengolahan lahan tanah cukup dilakukan pada lobang tanam saja.
  • Herbisida Roun up memiliki bahan aktif glifosat yang merupakan herbisida sistemik yang terlebih dahulu akan masuk kedalm jaringan tanaman baru berreaksi.
  • Lama dan cepatnya reaksi akan ditentukan oleh panjangnya jaringan tumbuhan tersebut dan kandungan zat yang dimiliki oleh tumbuhan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 Juni 2008.
 
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
 
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.
 


ACARA II

TEKNIK PEMBUATAN PENGAJIRAN TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu.
Pengajiran dilakukan setelah pembukaan tanah selesai. Setelah ditentukan kerapatan tanaman untuk satu hektar dan ditentukan jarak tanamnya, pengajiran kemudian dilaksanakan.
Pengajiran sebaiknya dimuali ditengah-tengah dan bagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepatnya dalam pengukuran dihilangkan di tepi dan batas-batas kebun, sungai dan jalan, dan dalam perngajiran diperlukan suatu tim yang kompak, dan jumlahnya tidak melebihi 5 orangt setiap timnya.

1.2 Tujuan
Tujuan paraktikum ini adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/ teratur letaknya dari berbagai sudutbaik pada lahan datar maupun agak miring.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Areal perkebunan dapat dibangun didaerah bekas hutan, daerah bekas alng-alang atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut memiliki topografi berbeda-beda. Namun yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan olah tanah (top soil). Selain itu harus memperhatikan urutan-urutan pekarjaan, alat dan tehnik pelaksanaan.
Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan/ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu.
Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi. Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.
Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring. Pengajiran dilakukan setelah pembukaan lahan selesai, dan setelah ditentukan jarak tanamnya. Pengajiran kemudian dilaksanakan. Barisan-barisan karet yang akan terbentuk ada dua macam yaitu:
  • Barisan lurus, yaitu pada lahan-lahan datar atau agak miring.
  • Barisan kontur, yaitu pada lahan yang bergelombang atau berbukit. (Prasetyo dkk, 1997)

BAB III
METODOLOGI
3.1.Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktilkum ini antaralain meteran, kompas, teropong BTM/theodolit, tali rapis, tali pancang, tongkat ajir induk, tongkat ajir biasa dan cat warna merah.

3.2.Cara Kerja
Cara pengajiran untuk tanaman perkebunan kopi dengan menggunkanan system jarak tanam pagar dengan jarak 7m x 2,5 m.
1.Pembuatan ajir induk (dengan menggunakan BTM/ theodolit)
  • Menentukan arah barat-timur dan utara –selatan dan keduanya tegak lurus berpotongan.
  • Menentukan titik A untuk awal mulai pekerjaan, selanjutnya diukur AC=CD=35M pada arah BT, dan AG = GH=21M menurut arah US.
  • Membuat garis a dan b tegak lurus pada BT di C dan D demikian pula p dan q tegak lurus pada US Di G dan H.
  • Garis a memotong p dan q di F dan I, sedangkan b di E dan J.
  • Secara sama-sama dibuat petak –petak seperti ACFG, CDEF, GHIF, dan IFEJ bagi seluruh areal yang ditangani.
  • Pada titik A, C, D, E, F, G, H, I, dan J diberi ajir yang dise3but dengan sjir induk.
2. Pembuatan petak sesuai dengan jarak tanam, contoh ACFG
·         menurut arah GF diukur jarak 7m dengan titik F1, F2, F3, F4, demikian juga AC dengan titik A1, A2, A3, A4.
·         Mengukur jarak 3 m menurut arah CF dengan titik C1, C2, C3, C4 dst. Demikian juga AG dengan titik G1, G2, G3, G4 dst.
·         Menghubungkan titik-titik A1 dan F1, A2 dan F2, A3 dan F3, A4 dan F4 dengan menggunakan tali rapia.
·         Menghubungkan dengan tali titik-titikG1 dan C1, talinya ini akan memotong tali A1F1, A2F2, A3F3, A4F4 dan pada titik potongan ini ditancapkan sebuah ajir.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum diketahui bahwa dalam areal perkebunan yang akan ditanami tanaman perkebunan maka perlu dilakukan pengajiran. Pengajiran merupakan suatu langkah lanjutan dalam pembukaan lahan pada suatu areal yang akan diusahakan atau ditanami dengan tanaman perkebunaan. Dengan adanya pengajiran maka akan diperoleh barisan tanaman lurus pada lahan-lahan datar atau agak miring dan atau barisan kontur pada lahan yang bergelombang atau berbukit. Dalam pengajiran terdapat banyak cara dan teknik berdasarkan jarak tanam tertentu.
Pengajiran (lining) dilakukan setelah selesai pembukaan lahan, sesuai jarak tanaman yang telah ditentukan. Tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah untuk memperoleh barisan tanaman yang teratur, lurus dari berbagai sudut baik pada lahan datar atau miring. Bentuk pengajiran yang ada seperti segi empat, empat persegi panjang, ssegi tiga sama sisi dan pagar tetapi yang dilakukan pada praktikum  adalah bentuk segi empat.
Pengajiran yang dilakukan pada praktikum ini adalah pada lahan miring, tetapi dibuat teras-teras. Susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajaran genjang atau segitiga sama sisi.
Pengajiran perlu dilakukan dalam penanaman tanaman perkebunan, dalam pengajiran ajir induk tidak boleh dicabut sebelum pembuatan lubang dan pengajiran kedua selesai. Jarak ajir induk merupakan kelipatan jarak tanamnya dan disesuaikan dengan ukuran yang telah dibuat. Ajir induk sangat penting untuk meluruskan kembali setelah lubang selesai dibuat.Pengajiran sebaiknya dimulai ditengah-tengah dan dibagian kebun yang tertinggi, sehingga bila ada kesalahan atau kurang tepat dalam pengukuran dihilangkan di tepi batas-batas kebun, sungai dan jalan. Tujuan dari pengajiran adalah untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring.

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengajiran perlu dilakukan untuk areal tanaman perkebunan. Pengajiran bertujuan untuk memperoleh pertanaman yang lurus/teratur letaknya dari berbagai sudut baik pada lahan datar maupun lahan agak miring, dan pengajiran sebaiknya dimulai pada bagian tengah sehingga jika terjadi kesalahan akan merata dan mudah untuk mencari bagian mana yang salah.


DAFTAR PUSTAKA

Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hasan. 2008. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 Juni 2008.
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Produksi Tanaman Industri. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.

 
 
ACARA III
PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN PERSIAPAN TANAM

BAB I
PENDAHULUAN

 

1.1. Latar Belakang

Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.
Pembuatan lubang tanam dapat dipandang salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala kecil. Lubang tanam sebaiknya dibuat 2-6 bulan sebelum saat tanam tiba. Selama menunggu saat tanam, tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh iklim. Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada lahan yang gtembur dan subur ukuran lobang tanam digunakan 60 x 60 x 60 cm, sedangkan lahan yang berat dan atau lahan kurang subur lubang tanam dapat digunakan 80 x 80 x 100 cm atau 100 x 100 x 100 cm. lubang tanam dibuat sedemikian rupa sehingga latak ajir tepat di tengah –tengah lubang tanam. Sewaktu menggali lubang ada yang berpendapat bahwa tanah galian bagian bawah dan bagian atas dipisahkan dan ada juga yang berpendapat tanah galian tersebut tidak perlu dipisahkan.
Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur lahan dan jarak tanam (Anonim, 2012).

1.2. Tujuan Praktikum
Untuk memberikan pengertian secara langsung pada praktikan dilapangan sehingga mampu mengindentifikasi dan memecahkan masalah dan menerapkan secara praktis dan benar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani, lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan  vegetatif (stek) memiliki ukuran yang berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif (biji) (Sarpian, 2003).
Pembuatan lobang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan lobang tanam lebih dari satu minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun.  Begitu juga sebaliknya, penggalian lubang tanam yang terlalu cepat atau kurang dari satu minggu juga tidak dianjurkan karena semakin kecil persiapan untuk mengontrol kebenaran ukuran dan posisi lubang. Pembuatan lubang tanam berbeda untuk tanah mineral dengan tanah gambut (Fauzi dkk., 1997).
Lubang tanam merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal sama-sama bias dimengerti sebab tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang sukup dalam dan cukup luas.
Pembuatan lubang tanam pada tanah mineral digali secara manual dengan menggunakan cangkul, dimana anak pancang digunakan sebagai titik tengah dari lubang tersebut. Pembuatan lubang tanam pada tanh mineral, baik diareal datar pada teras individu maupun pada teras bersambung, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal). Tanah galian lubang bagian atas (top soil) diletakan disebelah anak pancang tanaman, sedangkan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil) diletakan disebelah kiri anak pancang. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuiakan dengan kontur lahan dan jarak tanam.
BAB III
METODOLOGI
3.1. Bahan dan Alat
Alat yang digunakan yaitu : cangkul, gancu, sekop, meteran, timbangan. Sedangkan bahannya adalah pupuk kandang.
3.2. Cara kerja/ pelaksanaan praktikum
1.      Survey lokasi, dalam hal ini mengamati keadaan lahan yang ada contohnya:
·      Vegetasi tanaman yang ada pada lahan tersebut?
·      Bentuk kontur bagai mana?
2.      Menentukan tempat- tempat lahan yang akan dibuat lobang tanam dan sesuai jarak        tanamnya.
3.      Membersihkan lahan dan sekitarnya yang akan dibuat lobang tanam.
4.      Menentukan ukuran lobang tanam 40 cm x 40 cm x 40 cm.
5.      Memisahkan hasil galian antara lapisan tanah atas dan lapisan tanah bawah, dimana tanah lapisan atas diletakkan disebelah bkanan lobang dan disebelah kiri tanah lapisan bawah.
6.      Membiarkan lobang tanam kena cahaya matahari
7.      Mencampur lapisan tanah lapisan bawah dengan pupuk kandang sebanyak 10 kg dan lapisan top soil dengan pupuk kandang 5 kg diaduk sampai merata.
8.      Kemudian campuran pupuk kandang dan tanah top soil dimasukkan kebagian bawah lubang dan tanah sup soil diatas dan dibiarka 2 minggu
9.      Setelah 2 minggu lobang tanam digali lagi sebesar tanaman, kemudian masukkan bahan tanam kopi kemudian ditutup kembali dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


Percobaan ini dilakukan Lahan percobaan Laboratorium Agronomi  UNIB, Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa pembuatan lobang tanam  merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Hal disebabkan  tanaman tahunan biasanya memiliki perakaran yang cukup dalam dan cukup luas. Pembuatan lobang tanam dalam percobaan ini dilakukan dua  minggu sebelum penanaman. Pembuatan lobang tanam lebih dari dua minggu akan memungkin tertimbunnya kembali sebagian lubang tanam yang sudah digali dengan tanah yang berada disekitar galian lubang itu sendiri. Hal ini dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja penanaman bibit, karena tenaga kerja harus mengulang kembali penggalian lubang yang tertimbun. 
Bentuk dan ukuran lobang tanam perlu diketahui oleh setiap petani.dalam usaha tani, lubang tanam termasuk bagian yang menentukan hidup/tidaknya bibit setelah tanam. Pembuatan lubang tanam yang dilakukan secara sembarangan akan memperbesar resiko kematian bibit, karena tanaman perkebunan termasuk tanaman yang sensitive dan peka terhadap perlakuan ceroboh. Lubang tanam untuk bibit asal perkembangbiakan  vegetatif (stek) memiliki ukuran yang berbeda dengan lubang tanam untuk bibit yang berasal dari perkembangbiakan generatif (biji) .
Pada percobaan ini tanah galian lubang bagian atas (top soil) sekitar 20 cm dari permukaan tanah dipisahkan dengan tanah galian lubang bagian bawah (sub soil). Hal ini disebabkan karena tanah bagian atas atau top soil lebih subur dibanding dengan tanah bagian bawah (sub soil).
Pembuatan lubang tanam juga merupakan  salah satu bentuk pengelolaan tanah dalam skala kecil. Pembuatan lubang tanam sebelum penanaman tanah galian akan mengalami sifat-sifat fisik dan kimia tanah, sebagai hasil adanya pengaruh iklim manfaat lain dari pembuatan lubang tanam ini adalah bagian lubang tersebut akan terhindar dari organisme pengganggu karena dampak dari sinar matahari.
Dalam pembuatan lobang tanam hendaknya mempunyai ukuran yang optimal yang disesuaikan dengan sifat tanah dan jenis bibrt yang akan diatanam. Pada praktikum yang telah dilaksanakan ukuran lobang tanam yang dibuat adalah 40 cm x 40 cm x 40 cm, dengan kondisi areal agak curam tetapi sebelumnya telah dibuat teras-teras.
Persiapan tanam yang dilakukan dimana pupuk kandang dan tanah sub soil dicampurkan, kemudian dimasukkan kebagian bawah lubang dan tanah top soil diatas dan dibiarkan dua minggu. Penanaman dilakukan dua minggu lobang setelah pembuatn lobang, lobang tanam digali lagi sebesar perakaran tanaman kemudian memasukkan bahan tanam kopi kemudian ditutup kembali dengan tanah sambil ditekan agar posisi kopi kuat. Setelah selesai penanaman dilakukan penyiraman dengan air secukupnya. Tipe kopi yang ditanam adalah genotip K4. Pertumbuhan kopi pada pegamatan ke tiga hanya mengalami pertumbuhan sedikit, hal ini disebabkan karena pada saat tersebut terjadi musim kemarau. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.
Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan, karena pembuatan lubang tanam biasanya disesuaikan dengan kontur lahan dan jarak tanam.

KESIMPULAN


Dari hasil percobaan dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembuatan lobang tanam  merupakan salah satu syarat yang perlu dilakukan dalam usaha penanaman atau budidaya tanaman perkebunan yang baik. Tanah top soil dipisahkan dengan tanah sub soil, karena tanah top soil lebih subur dibanding dengan tanah sub soil. Lubang tanam selain memberikan manfaat tumbuh, berkembangnya perakaran tanaman pokok, juga mempermudahkan perawatan tanaman serta menjaga konservasi lahan.


DAFTAR PUSTAKA

Danarti. 2012. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Fauzi dkk., 1997. Pengolahan lahan perkebunan.   http://docs.yahoo.com/info/terms/. Download 21 Juni 2008.
Sarpian, 2003. Budidaya tanaman tahunan.  http://infotek@pu.go.id. Download 21 Juni 2008.
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.


ACARA VIII
PENGARUH MEDIA EKSTRAKSI TERHADAP PERKECAMBAHAN KAKAO (Theobroa cacao)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan bagi pekebun.  Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang besar. Oleh karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun setiap jenis tanaman mempunyai kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, sehingga tidak semua tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman kakao hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya. Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan, maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao. 
Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasa dilakukan dengan spora atau benih.
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebagai berikut:
1.      Merupakan cara perbanyakan tanaman paling mudah, murah, serta tidak memerlukan tenaga ahli.
2.      Biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produktif dan daya hidupnya lebih lama.
3.      Memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru.
4.      Benihnya mudah disimpan dan dikirim ketempat lain.
5.      Menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, kebanjiran, dan tahan rebah.
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komoditi sesuai maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/ kualitas benih.

1.2 Tujuan

Untuk mempelajari pengaruh media ekstraksi terhadap perkecambahan benih coklat.

1.3 Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih coklat dan ekstraksi yang tepat untuk benih coklat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah. (Abror Yudi Prabowo, 2012)
Kondisi agroklimat, seperti ketinggian tempat, curah hujan, kondisi tanah, sifat kimia tanah, ketersediaan unsur hara tanah, dan toksitas sangat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) dan Pusat Penelitian Kopi & Kakao Jember, tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman kakao digolongkan menjadi sesuai (S1), cukup sesuai (S2), agak sesuai (S3) dan tidak sesuai (N). Dengan demikian dapat diketahui tingkat kesesuaian penanaman kakao di suatu wilayah. Penilian tersebut didasarkan atas kondisi agroklimat, sifat fisik dan kimia tanah. Bibit cokelat bisa diperoleh dengan cara generatif, yaitu dari hasil penyemaian biji atau dari hasil perbanyakan vegetatif (setek dan okulasi). Bibit cokelat yang baik untuk ditanam di lapangan adalah yang berumur 4 – 5 bulan, tinggi 50 – 60 cm, berdaun 20 – 45 helai dengan sedikitnya 4 helai daun tua, diameter batang 8 mm, dan sehat. Banyaknya bibit cokelat yang dibutuhkan adalah tergantung kepada jarak tanam yang akan digunakan. Pemilihan jarak tanam yang optimum bergantung kepada besarnya pohon, jenis tanah, dan iklim areal yang hendak ditanami. (Anonim, 2012)
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas benih yaitu:
a.        Kemurnian benih
Benih yang murni (tidak tercampur dengan varietas lain) dan homogen (tidak tercampur dengan kotoran) akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang dihasilkan dari benih tersebut. Oleh karena itu secara umum benih dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.      Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur dengan benih/ varietas/ galur yang lain yang dimana tidak diketahui jenis dan sifatnmya.
2.      Benih homogen yaitu benih yang secara fisik – mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, biutir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak, dan biji-biji gulma.
b.        Daya kecambah dan kecepatan kecambah.
Daya kecambah atau tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah yang dinyatakan dalam persen(%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecambah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman benih kopi akan berkecambah setelah 4-6 minggu berada dipersemaian (yahmadi, 1980), sedangkan benih coklat dalam waktu 5-6 hari sudah berkecambah (situmorang, 1980).
Kecepatan berkecambah adalah banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu yang lebih pendek daripada daya kecambah, yang dinyatakan dalam persen. Jadi pada dasranya kecepatan berkecambah ini menyatakan berapa persen biji yang dapat berkecambah dengan cepat dan ini menyatakan vigor dari benih tersebut. Untuk benih kopi biasanya kecepatan berkecambah dinyatakan dalam waktu 10-15 hari, sedangkan coklat antara 2-3 hari.
c.         Kandungan air
Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi cepat mati karena kekurangan oksigen atau o2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembaganya. Sebaliknya jika benih kekurangan air maka ia akan sulit untuk berkecambah. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpenetrasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organic. Oleh karena itu kadar air biji yang cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Oleh karena itu pulalah kadar air biji sangat menentukan kualitas benih suatu tanaman.
Sehubungan dengan adanya beberapa factor tersebut diatas perlu diupayakan adanya perlakuan-perlakuan tertentu sebelum biji/ benh dikecambahkan. Sehingga akan diperoleh benih dengan daya kecambah yang cukup tinggi dan berkualitas baik pula.
Biji/ benih kopi dan coklat dibungkusi oleh daging biji atau leandir (pulp) yang disenangi oleh semut atau serangga. Untuk menjaga mutu benih maka sebelum dikecambahkan hendaknya pulp ini dihilangkan lebih dahulu dengan cara diaduk menggunakan media abu, diremas-remas dengan bantuan kain atau lap, kemudian dicuci dengan air. Yang penting adalah harus dijaga agar kulit tanduk biji tidak rusak karena perlakuan tersebut. Setelah digosok dengan abu, biji tersebut kemudian dicuci dengan air sampai bersih. Biji/benih coklat tidak mempunyai masa dorman, maka haru langsung dikecambahkan (situmorang, 1980).
Lambatnya penurunan daya kecambah (viabilitas) benih di dalam buah sering dihubungkan dengan adanya zat penghambat perkecambahan benih(raharjo, 1981). Hal yang sama juga dikemukan oleh chin (1980), bahwa lambatnya penurunnya daya kecambah benih coklat selama masih dalam buah disebabkan oleh derajat keasaman dan kandungan gula yang tinggi pada pulp. Sehingga secara osmotic mengahalangi perkecambahan benih. Oleh sebab itu dalam mengecambahkan benih perlu dilakukan ekstraksi untuk mempercepat perkecambahan. Adapun media ekstraksi yang digunakan dapat berupa serbuk gergaji, abu dapur, sekam dan lan-lain. (Prasetyo dkk, 2012)
Perkecambahan dilakukan dalam bedengan yang berukuran lebar 0.8 – 1 meter dan panjangnya menurut kebutuhan. Dibuat pada tanah gembur yang diatasnya dilapisi pasir setinggi 15 cm. Bedengan diberi atap setinggi ± 1,5 meter di sebelah Timur dan ± 1.2 meter di sebelah Barat. Cara meletakkan biji dengan radicle(tempat keluarnya akar) di sebelah bawah karena biji kakao bersifat epigeal Biji disusun dengan jarak antar alur ± 3 cm dan antar biji ± 1 cm. Penyiraman dilakukan pagi dan sore. Pemindahan kecambah ke dalam keranjang pembibitan Saat memindahkan ke keranjang / polybag dilakukan bila keping biji mulai tersembul ke atas (biji mulai berkecambah setelah 4-5 hr dikecambahkan dan diharapkan pada hari ke 12  semua biji sudah berkecambah ).
Pemindahan jangan terlambat karena menyebabkan terputusnya akar tunggang.  Ukuran keranjang / polybag diameter 15 – 20 cm dan tinggi 30 – 35 cm.
Polybag diisi dengan tanah kompos dan pasir (1 : 1), polybag berisi kecambah di susun teratur di atas tanah yang sedikit ditinggikan. Penyiraman dilakukan pagi dan sore , pemupukan  ZA 2 gram dilakukan 2 mg setelah bibit dipindah ke polybag. Pemindahan bibit ke kebun setelah berumur 4-6 bulan. Kakao lindak bisa lebih awal karena pertumbuhannya lebih cepat dari pada kakao mulia. Kriteria yang umum digunakan adalah bibit yang sedikitnya mempunyai 12 daun yang sudah tua, tinggi bibit > 50 cm dan diameter batang ± 1,5 cm. Sebelum bibit dipindah, dilakukan hardening (penarangan ) yaitu melatih bibit untuk menyesuaikan dengan keadaan lingkungan di kebun.caranya dengan membuka atap bedengan secara bertahap sebulan sebelum dipindah (tiap minggu 25 %). Dihindari pemindahan bibir berumur > 8 bulan karena sebagian besar akarnya telah menembus polybag, pemindahan dilakukan musim hujan karena biasanya pertumbuhan awalnya mengalami stagnasi.(Hasan, 2012)
BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan tempat praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada bulan maret hingga bulan juni lahan sekitar laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu.
3.2  Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah buah coklat, abu sekam padi/ jerami padi, abu alang-alang, abu dapur, tanah (topsoil), pupuk kandang, polibag, dithane M-45, pemukul kayu, naungan, pisau, pasir dan bak tempat perkecambahan.
3.3  Metode pelaksanaan
Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
Factor I: macam abu (A), terdiri dari
A0 = tanpa ekstraksi
A1= abu alang-alang
A2= abu dapur
A3= abu sekam
Factor II: letak biji
Kel I = ujung
Kel II= tengah
Kel III= pangkal
Dari kedua factor tersebut diatas maka diperoleh 12 kombinasi perlakuan dan jumlah sampel untuk setiap kombinasi perlakuan adalah 5 polibag dan masing-masing diulang sebanyak 4 kali sehingga jumnlah polibag keseluruhan adalah 240 polibag.




3.4  cara kerja
1.        Menyiapkan bak perkecambahan dari plastik dengan ukuran minimal 30x50cm2 sebanyak 4 buah atau bak perkecambahan dari kayu dengan ukuran 50 x 100cm2.
2.        Mengisi bak perkecambahan dengan pasir halus yang telah diayak setebal 10-15 cm.
3.        Meletakkan bak yang telah diisi pasir tersebut dibawah naungan yang telah disiapkan terlebih dahulu, tepatnya dirumah kaca laboratorium agronomi fakultas pertanian universitas bengkulu.
4.        Menyiapkan benih dan memperlakukan dengan abu
a.       Mengambil buah coklat yang telah masak, buah benih coklat dipecah dengan menggunakan pisau, kemudian benih dipotong menjadi 3 bagian (1/3 bagian ujung, 1/3 bagian tengah, 1/3 bagian pangkal).
b.      Dalam memperlakukan benih dengan abu, yaitu campuran benih dengan abu yang telah diberi sedikit air, lalu digosok dengan pelan-pelan benih yang tercampur abu tersebut hingga merata, kemudian benih tersebut dicuci dengan air hingga bersih.
5.        Benih yang telah diperlakukan selanjutnya ditanam dalam bak perkecambahan dengan jarak tanam 3 x2 cm. Peletakkan masing-masing perlakuan dalam bak perkecambahan diacak, kemudian masing-masing perlakuan diberi label untuk memudahkan dalam pengamatan dan pasir dalam bak dibasahi.
6.        Melakukan penyiraman setiappagi dan sore, dalam penyiraman agar diperhatikan untuk tidak merubah posisi benih yang telah ditanam tersebut.
7.        Membersihkan tempat perkecambahan tersebut dari gangguan herba yang tumbuh dengan menggunakan tangan secara hati-hati.
8.        Mengamati setiap hari benih yang dikecambahkan tersebut, dan mencatat apabila ada benih yang berkecambah untuk setiap perlakuan, pengamatan dilakukan sampai batas waktu yang telah ditentukan. 
3.5  Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut:
·         Tinggi bibit, yang diukur dari leher akar sampai ujung tanaman.
·         Jumlah daun yang terbentuk pada masing-masing bibit untuk setiap perlakuan.
·         Diameter batang

BAB VI

Hasil dan Analisis data


4.1 Hasil pengamatan
TINGGI TANAMAN
PERLAKUAN
ULANGAN
JUMLAH
I
II
III
AOC1
6.15
1.95
3.35
11.45
AOC2
7.95
9.65
6.65
24.25
AOC3
11.07
9.34
10.31
30.72
A1CI
9.25
8.65
7.35
25.25
A1C2
7.39
9.65
9.90
26.94
A1C3
9.24
9.10
8.70
27.04
A2C1
7.50
6.90
6.50
20.90
A2C2
9.05
7.77
6.40
23.22
A2C3
9.60
10.43
8.39
28.42
A3C1
8.10
7.00
9.90
25.00
A3C2
9.15
7.90
7.85
24.9
A3C3
8.74
9.55
10.10
28.39
JUMLAH
103.19
97.89
95.40
296.48

TABEL ANAVA
SK
dB
JK
KT
F.HIT
F.TAB
PERLAKUAN
9
59.27
6.59
0.79

GALAT
20
167.49
8.3745


TOTAL
29
226.76




4.2 Pembahasan

            Berdasarkan hasil pengamatan dapat kita ketahui bahwa tanaman kakao (benih kakao) yang diperlakukan dengan beberapa jenis abu sangat berbeda. Abu yang digunakan  pada praktikum ini adalah abu alang-alang, abu dapur dan abu sekam. Sedangkan bahan tanam yang digunakan berasal dari tiga bagian buah kakao yaitu bagian pangkal, bagian tengah dan bagian ujung. Dari data pengamatan dapat kita lihat bahwa rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang yaitu 9 cm sedangkan rata-rata tanaman  kakao terendah terdapat pada perlakuan kontrol yaitu 7.37 cm. Hal ini terjadi karena pada perlakuan kontrol, biji kakao tidak diperlakukan apa-apa sehingga pulp yang terdapat pada biji kakao tetap ada akibatnya biji kakao yang dikecambahkan akan lama mengeluarkan kecambah. Peristiwa ini terjadi karena pulp yang membungkus biji mempunyai suatu rekatan yang apabila mengering dapat melengketkan dengan biji kakao sehingga biji kakao lama berkecambah. Pulp kakao ini juga mengandung rasa yang agak manis sehingga akan mengundang serangga untuk mengerogoti biji kakao akibatnya banyak biji kakao yang tidak tumbuh.
            Sedangkan tanaman kakao tertingggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang. Hal ini dapat terjadi karena pada abu alang-alang butiran abu alang-alang sangat halus dibandingkan dengan abu lainnya sehingga jika abu ini digosokkan pada biji kakao maka biji kakao akan lebih cepat tumbuh. Hal ini terjadi pulp bisa memperlamat pertumbuhan kakao tetapi jika pulpnya dihilangkan maka kakao tersbut akan cepat tumbuh.
            Untuk sumber biji yang berasal dari bagian buah juga berpengaruh terhapa tingggi tanaman. Pada data  diatas dapat dilihat bahwa tingi tanaman tertinggi diterdapat pada bii yang berasal dari ung buah hal ini dikarenakan pda bagian ujung buah, biji tanaman lebih cepat tuanya dibandingkan pada bagian awal karena pembentukan biji yang paling awal adalah bagian ujung dahulu kemudian bagian awal. Sedangkan tinggi tanaman terendah terdapat pada biji yang berasal dari bagian pangkal hal ini terjadi karena buah bagian pangkal terjadinya lebih belakangan sehingga tuanya benih juga lebih lambat dan ini akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
            Jumlah daun terbanyak terdaapat  pada perlakuan abu alang-alang sedangkan jumlah daun paling sedkit terdapat pada perlakuan kontrol (tanpa perlakuan). Jumlah daun beturut-turut adalah 3,7 (abu alang-alang), 3,59 (abu sekam), 3,27 (abu dapur) dan 2,6 (kontrol). Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa semakin ada perlakuan penggosokan pada benih maka semakin cepat tumbuhnya benih dan jumlah daunnya pun semakin banyak. Hal ini telah dibuktikan pada praktikum ini, bahwa jika ada penggosokan yang dapat menghilangkan pulp pada biji kakao maka biji tersebut akan lebih cepat tumbuh dibandingkan tanpa perlakuan penggosokan. Pertumbuhan ini dapat berupa bertambahnya tinggi tanaman dan jumlah daun. Selain itu semakin halus bahan pengosokan maka semakin banyak pula pulp yang lepas sehingga kecepatan pertumbuhan tanaman semakin tinggi hal ini bisa dibuktikan dengan perlakuan penghilangan pulp kakao. Misalnya abu alang-alang lebih halus dari abu dapur dan abu sekam sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat dan jumlahnya pun smakin tinggi.
            Bagian buah yang diambil untuk dijadikan benih juga berbeda daa hal kecepatan pertumbuhan tanaman. Pada praktikum ini jumlah daun terbanyak terdapat pada buah bagian ujung yaitu 3,75 sedangakn jumlah daun paling sedikit yaitu pada bagian pangkal yaitu 2,73. dari data ini dapat kita lihat bahwa semakin ujung bagian biji yang diambil untuk dijadikan benih maka pertumbuhannya semakin cepat tetapi semakin pangkal benih tersebut dijadikan benih maka pertumbuhannya semakin lambat. Hal ini diduga pada bagian pangka suplai nutrisi hara pada buah semakin berkrang dibandingkan pada bagian ujung karena pada bagian ujung lebih dahulu terbentuk biji sedangkan pada bagian pangkal terbentuk lebih blakangan. Akibatnya benih yang tumbuh dari bagian ujung lebih cepat jika dibandingkan dengan asal benih dari bagian pangkal.
            Dari interaksi kedua perlakuan tersebut dapat kita ketahui bahwa tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yang dikombinsaikan dengan biji yang berasal dari buah bagian ujung. Tentunya ini tidak seperti pada hipotesis pertama sebab perlakuan kontrol adalah perlakuan yang paling sedikit dalam hal julah daun maupun tingi tanaman tetapi jika telah dimbinasikan maka perlakuan ini adalah perlakuan yang terbaik karena memiliki rerata tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu 30,72 cm. Tanaman yang paling rendah justru terdapat pada kombinsai perlakuan kontrol dapa bagian buha yang pangkal yaitu 11.45 cm. Hal ini terjadi karena pada kombinasi ini biji tidak mendapat perlakuan dalam menghilangkan pulp dan biji diambil dari buah yang paling pangkal. Hipotesis kita perlakuan ini memiliki tinggi tanaman yang paling rendah dan hal ini dapat dibuktikan pada perlakuan tesebut.
            Meskipun tinggi tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan kontrol dengan sumber biji bagian ujung tetapi rata-rata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan abu alang-alang yaitu sebesar 26,41 cm lalu abu sekam 26,09 cm, abu dapur 24,41 cm dan terakir kontrol yaitu 21,99 cm. Sedangkan tinggi tanaman yang paling tinggi dari suber biji bagian ujung yaitu sebesar 28,64 cm lalu bagian tengah yaitu 24,82 cm dan bagian pangkal yaitu 20,65 cm.  Data ini cukup untuk menggambarkan bahwa kita sebaiknya menggunakan abu alang-alang kita akan menghilangkan pulp dari biji kakao bila kita akan mengecambahkan kakao sebab dengan mengunakan pulp yang lebih halus butirannya maka pulp yang menempel pada biji kakao akan lebih cepat lepas sehingga biji kakao akan cepat tumbuh dan berkembang. Sedangkan bagian buah yang baik untuk dikecambahkan adalah baian ujung sebab pada bagian ini  suplai bakal tanaman muda telah siap dbandingkan dengan bagian tengah aau pangkal. Tetapi bagian ini tidak baik jika digunakan untuk bibit sebab bagian ini kurang bagus untuk hasil tanaman. Meskipun pertumbuhan awalnya baik tetapi bagian ini tidak baik untuk dijadikan bibit.

KESIMPULAN
Adapun  kesimpulan yang kami buat pada praktikum ini adalah:
  • Tinggi tanaman tertinggi terdpat padaa perlakuan abu alang-alang dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk tingggi tanaman adalah bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal.
  • Tanaman yang paling banyak jumlah daunnya terdapat pada perlakuan abu alang-alang dan terendah terdapat pada perlakuan kontrol sedangkan bagian buah yang terbaik untuk jumlah daun tanaman adalah bagian ujung dan yang tidak baik adalah bagian pangkal.
  • Kombinasi yang terbaik untuk tinggi tanaman adalah kombinasi abu alang-alang dengan bagian ujung buah sedangkan bagian yang paling tidak baik adalah perlakuan kontrol dengan pangkal buah.
  • Perlakuan yang paling baik jika diperlakukan sendiri-sendiri adalah perlakuan abu alang-alang dengan bagian buah bagian ujung.
  • Meskipun bagian ujung paling baik untuk pertumbuhan awal tetapi hal ini tidak baik untuk tanaman yang berproduksi tinggi sebab bagian ujung memiliki produksi tanaman yang rendah justru sebaiknya bagian tengah buah.





DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Profil singkat komoditi Kakao. www.iccri.net. Download 21 juni 2008.
Hasan. 2012. Budidaya tanaman coklat. http://groups.yahoo.com/group/agromania/. Download 21 Juni 2008.
Prabowo, A.Y. 2006. Pembibitan Tanaman Coklat.  http://docs.yahoo.com/info/terms/. Download 21 Juni 2008.
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.
 

 
 
ACARA IX
KOMPATIBILITAS OKULASI BEBERAPA BATANG BAWAH DENGAN BATANG ATAS TANAMAN KARET
 (Hevea brasilinsis. Muell arg)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya.
Produktivitas karet saat ini mutunya masih sangat rendah. Petani belum menanam karet unggul. Sekian banyak faktor penyebab diantaranya, kebanyakan masyarakat hanya menanam bibit karet asal dari biji (seedling), keterbatasan modal dan pengetahuan petani, ditambah lagi dengan usaha peremajaan karet tua yang sudah tidak produktif lagi sangat lambat. Field manager ICRAF-Jambi, (lembaga pusat penelitian untuk wanatani agroforestry)
Beberapa alternatif untuk meningkatkan produksi karet  diantaranya, petani karet perlu menanam jenis atau klon karet yang dianjurkan nasional dari bahan tanam yang berkualitas baik. ”Dalam hal ini petani yang terpenting, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue kepada petani karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu bagaimana memilih bibit yang berkualitas, pemeliharaan, pengendalian penyakit, dan teknik penyadapan” harus menanam bibit karet unggul dari okulasi yang jelas entresnya (sumber mata okulasi karet) bukan yang asal-asalan. Namun yang terpenting lagi, perlu dilakukannya pelatihan yang kontinue kepada petani karet tentang pembudidayaan karet unggul. Sehingga para petani benar-benar tahu bagaimana memilih bibit yang berkualitas.

I.2 Tujuan

Untuk mengetahui kompatibilitas batang bawah yang berasal dari biji enam klon karet dengan dua klon enters.

I.3 Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara tehnik okulasi yang baik dan kesesuaian antara batang atas dan bawah untuk melakukan okulasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous), yang dapat menyerbuk sendiri ataupun silang dengan bantuan serangga. Tanaman karet mulai berbunga pada umur 7 tahun, dan pembungaan terjadi pada akhir musim penghujan dengan proses, mula-mula tanaman menggugurkan daun hingga tanaman kelihatan gundul, kemudian keluar kuncup baru bersamaan dengan mulainnya pembungaan. (Soedharoedjian, 1983)
Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Namun demikian, cara perbanyakan yang lebih menguntungkan adalah secara vegetatif yaitu dengan okulasi tanaman. Okulasi sebaiknya dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan dengan tahapan sbb:
·         Buatlah jendela pada batang bawah dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 1/2 - 3/4 cm.
·         Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak daun.
·         Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan kambium
·         Tutuplah kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastik yang
    tebalnya 0,04 mm.
·         Minggu setelah penempelan, penbalut dibuka dan periksalah perisai.
·      Potonglah batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas tempelan dengan arah pemotongan miring. (Balai Penelitian Getas, 2003) Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320 dan PR 228. (Balai Informasi Pertanian Irian Jaya, 1992)


Okulasi berasal dari bahasa Belanda “oculatif” atau dalam bahasa Inggris disebut ”Budding” yaitu penempelan satu mata tunas (bud) sebagai batang atas kepada batang bawah, sehingga terbentuk kombinasi tanaman baru.  Okulasi pada tanaman karet bertujuan untuk menyatukan sifat baik yang domiliki batang bawah dan batang atas. Dari hari okulasi akan diperoleh bahan tanaman karet unggul berupa stump mata tidur, stump mini, dan stupm tinggi. (Prasetyo dkk, 2012)
Stum okulasi mata tidur (OMT) adalah batang bawah yang telah diokulasi dengan mata okulasi terpilih. Stum okulasi mata tidur tahan hidup seragam, mudah dikemas, mudah diatur dan mudah diangkut. Stump mini yaitu panjang stump 50 cm dengan kulit batang telah berwarna coklat, stump ini telah berumur 12-18 bulan setelah pemotongan. Okulasi tinggi yaitu merupakan okulasi mata tidur yang tidak dipindahkan ke kebun dan mata enters dibiarkan bertunas, serta tunas ini dipelihara selama 24-36 bulan di pembibitan. Panjang stump 250-300 cm. Stump tinggi okulasi membutuhkan waktu 3-4 tahun sedangkan bibit yang lainnya antara 1-2 tahun.(Laxman Joshi, 2005)
Okulasi langsung terhadap anakan karet dilapangan secara teknis dapat dilakukan dibawah tajuk dengan naungan ringan. Keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tunas setara dengan di tempat tajuk terbuka, khususnya untuk klon PB260. Pertumbuhan tunas secara nyata dipengaruhi oleh tajuk dan faktor faktor kompetisi lainnya yang ada. Okulasi langsung dibawah tajuk lebat tidak disarankan untuk dilakukan. Diantara dua klon yang diuji, PB260 sedikit lebih baik dari RRIC100. Hal ini memberikan petunjuk bahwa kedua klon ini, sebagaimana klon klon lainnya yang dipakai, telah dipilih berdasarkan penampilannya di tempat terbuka dan bebas dari persaingan sekelilingnya. Uji coba terhadap berbagai klon untuk okulasi dibawah tajuk dengan berbagai kondisi akan dapat memberikan informasi penampilan klon pada kondisi diatas.  Manipulasi terhadap ukuran tajuk dilakukan secara hati hati dan pengurangan pengaruh vegetasi di atas tanah terhadap tanaman baru akan dapat menambah keberhasilan tumbuh dan pertumbuhan tanaman yang diokulasi langsung.  (Balai Penelitian Getas, 2003)
Tanaman hasil okulasi memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan perbanyakan stek atau cangkokan yaitu: 1) perakarannya kuat. 2) Tahan terhadap serangan hama dan penyakit, 3) kualitas dan kuantitasnya lebih baik. Disamping kelebihan okulasi juga memiliki kelemahan yaitu tingkat keberhasilannya rendah bila okulasi terhadap spesies yang berbeda, sebab antara batang atas dan batang bawah terdapat perbedaan fisiologi. Disamping itu untuk tanaman yang bergetah tinggi yaitu seperti nagka, manggis, sawo, dan duku, tingkat keberhasilan okulasi juga rendah. Tehnik okulasi dapat dibedakan menjadi empat yaitu: okulasi T, okulasi Fokert. Okulasi Hukum, dan okulasi Segi empat. (Prasetyo, 2012)
BAB III
METODOLOGI
3.1  Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah GT-1, PR-300, AVROS-2037, RRIM-600, klon local Bengkulu yaitu cenggri 1 dan Cenggri 2 sebagai batang bawah dan BPM-1, PBM-26 sebagai batang atas, plastic pembungkus es sebagai pengikat hasil okulasi dan vaselin, pisau okulasi, kertas label, dan polybag.
3.2  Metode pelaksanaan
Praktikum ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang disusun secara factorial. Factor pertama adalah batang atas yang terdidri dari dua klon, dan factor kedua adalah batang bawah yang terdiri dari enam (6) biji klon.
Adapun factor I batang atas terdiri dari:
  • A1 = BPM-1
  • A2 = PBM -26
Faktor II batang bawah terdiri dari:
  • B1 =  GT-1
  • B2 =  PR-300
  • B3 =  AVROS-2037
  • B4 = PRIM-600
  • B5 = Lokal Cenggri 1/2

3.3  cara kerja
Teknik okulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik okulasi segi empat. Adapun tahapan okulasi segi empat adalah:
  • Batang bawah diiris dengan bentuk segi empat atau bujur sangkar dengan panjang sisi-sisinya 1,2 cm. Dengan menggunakan sudip (ujung belakang pisau okulasi) kulit nyang telah diiris tersebut dikelupas dengan hati-hati, kemudian irisan tersebut ditempelkan kembali agar kambium tidak mengering.
  • Batang atas/mata tunas diiris segi empat sesuai dengan bentuk irisan batang bawah tetapi ukurannya sedikit lebih kecil.
  • Selanjutnya menempelkan mata tunas pada batang bawah, pada bagian luka diolesi dengan vaselin selanjutnya diikat dengan tali plastik.
  • Hasil okulasi dapat dilihat pada hari ketujuh setelah okulasi dengan membuka plastik pengikat. Okulasi jadi ditandai dengan masih tetap hijaunya mata tunas, sedangkan mata tunas yang berwarna coklat menandakan sambungan tidak berhasil/mati.
3.4  Sifat-sifat tanaman yang diamati adalah sebagai berikut:
Ø  Persentase okulasi yang jadi (%)
Ø  Panjang tunas (mm)
Ø  Jumlah daun (helai)
Ø  Diameter tunas (mm)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Dalam praktikum ini kami tidak melakuan pengamatan lebih lanjut, kami hanya memfokuskan pada teknik/cara pengokulasian yang baik. Dalam praktikum ini kami juga tidak melakukan analisis data sehingga data yang terkulpul tidak dapat kami amati secara langsung tetapi kami hanya melakuakn percobaan okulasi langsung pada bahan tanam.

4.2  Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan, pada dasarnya tanaman karet mudah untuk diokulasi. Hal ini dapat dibuktikan secara langsung pada praktikum ini. Hanya saja kegagalan yang menimpa berupa keringnya mata okulasi sehingga mata okulasi tidak dapat tumbuh. Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari kelas dikotil sehingga tanaman ini dapat dengan mudah untuk diokulasi. Tehnik okulasi juga tidaklah terlalu sulit namun yang penting disini adalah bahan tanam yang dijadikan  sebagai okulasi benar-benar terjamin kelangsungannya.
Dalam tehnik okulasi ini yang pertama harus kita perhatikan dalah persiapan bahan tanam yang akan kita okulasikan yaitu batang bawah telah benar-benar siap untuk diokulasi. Cirri-ciri batang bawah telah siap untuk diokulasi yaitu batangnya telah memiliki mata tunas, telah berumur 4-8 bulan tergantung pada stump yang akan kita gunakan (stump mata tidaur, stump tinggi dan lain-lain). Setelah siap maka yang terpenting adalah mata tunas yang akan diokulasikan yaitu mata tunas yang berasal dari tanaman yang sehat dan segar. Apabila mata tunas tidak segar mata kemungkinan pertumbuhan okulasi akan terhambat bahkan mata okulasi akan gagal atau tidak tumbuh. Selain itu yang hal yang penting adalah iklim tempat tumbuhnya tanaman. Iklim juga sangat mempengaruhi pertumbuhan karena iklim juga dapat memperhambat atau bahkan mendorong tumbuhnya tanaman. Misalnya iklim penghujan akan menghambat jadinya okulasi karena dapat mengagalkan mata okulasi untuk bersatu. Demikian pula dengan iklim yang panas klarenaiklim panas dapat mengurangi persediaan air sehingga bahan okulasi akan kekeringan dan mata okulasi tidak tumbuh. Kesemua factor ini sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan okulasi.
Pada praktikum ini factor yang sangat perberan dalam gagalnya okulasi tumbuh adalah bahan mata okulasi yang diambil sudak agak kering sehingga tumbuhnya mata tunas menjadi sangat kecil bahkan tidak ada yang tumbuh. Selain itu adanya iklim yang kurang baik untuk masa okulasi, karena selama okulasi berlangsung cuaca sangat panas dan tidak ada hujan. Hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi tumbuhnya mata tunas. Dengan kondisi yang demikian maka pertumbuhan mata tunas juga semakin kecil. Selain factor diatas ada juga beberapa kesalahan yang dilakukan oleh praktikan dan kesalan ini sangat fatal karena mengokulasi tidak pada mata tunasnya, akibatnya mata tunas tidak tumbuh karena tempat keluarnya mata tunas tidak ada.
Pada praktikum ini ada beberapa batang bawah yang akan dicobakan untuk kompatibelnya dengan batang atas yaitu GT-1, PR-300, AVROS-2037, PRIM-600, Lokal Cenggri 1 dan lokal Cenggri 2 sedangakan batang atas yang kan dicobakan adalah BPM-1 dan BPM-26. kesemua batang bawah dan batang atas ini tentunya memiliki keunggulan tersendiri misalnya batang bawah unggul dalam kekuatan akarnya didalam tanah, tahan penyakit busuk akar, tidak mudah rebah dan lain-lain sedangkan keungulan batang atas seperti lateks tanaman banyak, besar dan memiliki kandungan lateks yang tinggi.
Sebenarnya kompatibilitas tanaman karet tidaklah terlalu sedikit karena walaupun batang bawah berasal dari jenis lain tetapi sebenarnya jenis tersebut masih dalam satu famili yaitu euphorbiacecae sehingga sifat kompatibelnya masih tinggi. Oleh sebab itu okulasi pada tanaman karet pada dasarnya banyak yang jadi karena hubungan kekerabatan yang dekat antar jenis klon yang diokulasikan hanya saja faktor ada pembatas yang perlu dijaga agar kompatibilitas okulasi dapat terjadi untuk menghasilkan tanaman karet hasil okulasi.

KESIMPULAN
Beberapa hal yang perlu kami simpulkan pada praktikum ini adalah ;
Ø  Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh tidaknya okulasi tanaman karet diantaranya iklim, lingkungan dan tanaman itu sendiri dan orang yang melakukannya.
Ø  Pada dasarnya okulasi pada tanaman karet memiliki sifat kompatibel yang tinggi karena tanaman karet diokulasikan masih dalam satu famili sehingga hubungan kekerabatan semakin dekat dan kompatibel semakin tinggi.
Ø  Pada okulasi tanaman karet masing-masing tanaman yang akan diokulasi akan memberikan sifat unggulnya masing-masing misalnya sifat ungul dari batang bawah dan dari batang atas.
Ø  Teknik okulasi sebenarnya mudah dilakukan tetapi membutuhkan ketelitian dan faktor pendukung yang baik agar okulasi tanaman karet dapat berhasil. 


DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas Hutanrubbergetas@indo.net.id. Download 21 juni 1008.
Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet. http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008.
Prasetyo, dkk. 2012. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.
Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
  
ACARA IV
PEMELIHARAAN TANAMAN KARET


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan.Luas area perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil, memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun pertumbuhan permintaan karet di negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan.
1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara budidaya yang baik pada tanaman karet.
1.3. Manfaat yang Diharapkan
Setelah praktikum ini praktikan dapat mengetahui dan melakukan cara budidaya tanaman karet dengan baik dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan teknologi budidaya tanaman karet yang mencakup Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media
tumbuhnya.
 Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 350C.
Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet
Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur ha (Chairil Anwar, 2001)
Harga karet alam yang membaik saat ini harus dijadikan momentum yang mampu mendorong percepatan pembenahan dan peremajaan karet yang kurang produktif dengan menggunakan klon-klon unggul dan perbaikan teknologi budidaya lainnya. Pemerintah telah menetapkan sasaran pengembangan produksi karet alam Indonesia sebesar 3 - 4 juta ton/tahun pada tahun 2025. Sasaran produksi tersebut hanya dapat dicapai apabila minimal 85% areal kebun 6 karet (rakyat) yang saat ini kurang produktif berhasil diremajakan dengan menggunakan klon karet unggul (Balai Penelitian Informasi Irian Jaya, 1992)
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan. Klon-klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Tehnis Budidaya agrokoplek, 2012)

BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di lahan percobaan laboratorium Agronomi fakultas pertanian Universitas Bengkulu pada bulan maret sampai dengan mei 2012.
3.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bibit karet hasil okulasi yang telah memiliki payung dua, cangkul, pisau, pupuk kandang, pupuk urea, SP-36, dan KCL.
3.3 Metode Pelaksanaan.
Ptaktikum ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok lengkap (RAKL).
3.4  Cara Kerja
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah:
Ø  Pembukaan lahan secara manual, yaitu dengan menebas kayu-kayu dan semak-semak, dan mengumpulkannya di pinggir lahan praktikum
Ø  Pembuatan lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 (cm) dengan jarak tanam 7m x 2.5 m
Ø  Seminggu setelah pembuatan lubang tanam lalu diberikan pupuk kandang pada masing-masing lubang tanam masibg-masing lubang tanam diberikan lebih kurang 3 kg pupuk kandang dan dibiarkan selama 1 minggu.
Ø  Pupuk kandang kemudian dicampur dengan tanah top soil dari galian lubang tanam lalu  dilakukan penanaman karet.
Ø  Dua minggu setelah penanaman dilakukan pemupukan anorganik yaitu urea, SP-36, KCL masing-masing 50 gr/tanaman
Ø  Selama praktikum dilakukan pemeliharaan yang meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pengendalian hama dan penyakit.

3.5  Sifat-Sifat yang Diamati
Adapun variabel yang diamati dalam praktikum ini adalah:
1.        Tinggi tanaman.
Tinggi tanaman diamati seminggu setelah tanaman dengan cara menggukur tanaman mulai dari titik okulasi sampai ketitik tumbuh tertinggi tanaman dengan mengunakan penggaris (mistar)
2.        Diamter batang
Pengukuran diameter batang dilakukan seminggui setelah tanaman, dengan cara mengukur lingkar batang tanaman 5 cm diatas okulais dengan mengunakan jangka sorong.
3.        Pertambahan Tinggi Tanaman
Pertambahan Tinggi Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Tinggi Tanaman Pada Minggu Pertama, Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan Tinggi Dari Tanaman Tersebut.

4.1  Pertambahan Diameter Batang Tanaman
Pertambahan Diameter Batang  Tanaman Di Peroleh Dengan Mengurangkan Pengukuran Diameter Batang Tanaman Pada Minggu Terakhir Dengan Pengukuran Diameter Batang Tanaman Pada Minggu Pertama, Selisihnya Adalah Merupakan Pertambahan diameter batang dari tanaman tersebut.

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS HASIL
4.1 Hasil Pengamatan
Ulangan 1

Sample
pengamatan I
pengamatan II
pengamatan III
Pertambahan
TT
D
TT
D
TT
D
TT
D
1
39.5
0.57
30.7

65
0.8
25.5
0.23
2
66.9
0.8
60.45

63
0.85
-3.9
0.05
3
30
0.7
30.4

65
1.05
35
0.35
4
82.2
0.9
80.2

68
1
-14.2
0.1
5
53
0.7
40.85

51
0.8
-2
0.1
6
51
0.6
50.1

52
0.6
1
0
7
38.7
0.51
30.8

53
0.7
14.3
0.19
8
37
0.52
40.5

33
0.7
-4
0.18
9
42.6
0.5
20.1

38
0.68
-4.6
0.18
10
26.3
0.61
30.3

46
0.8
19.7
0.19




rata-rata Pertambahan

9.983333
0.177222




jumlah pertambahan


189.6833
3.367222




ULANGAN 2
Sample
pengamatan I
pengamatan II
pengamatan III
Pertambahan
TT
D
TT
D
TT
D
TT
D
1
48
0.82
55

60
0.87
12
0.05
2
37
0.54
44

49
0.59
12
0.05
3
60
0.91
67

72
0.96
12
0.05
4
53.4
0.88
65

70
0.93
16.6
0.05
5
57.1
0.86
64

69
0.91
11.9
0.05
6
63
0.92
70

75
0.97
12
0.05
7
39
0.53
36

41.7
0.58
2.7
0.05
8
45
0.67
52

57.3
0.72
12.3
0.05
9
43
0.64
50

55
0.69
12
0.05
10
36
0.58
43

48.1
0.63
12.1
0.05

Rata-rata pertambahan
11.09444
0.051111
jumlah pertambahan
210.7944
0.92

Tabel Rata-Rata Pertambahan Tinggi Dan Diameter Tanaman Karet :

Rata-rata pertambaha TT
Rata-rata pertmabahan D
u1
u3
u1
u3
8.318182
11.09
0.177222
0.05

4.2  Pembahasan
Tanaman karet memiliki prospek ke depan yang sangat bagus, karena karet merupakan salah satu  yang memberikan kontribusi yang cukup besar di pasaran Internasional disamping komoditi yang lain sebagai penghasil non migas. Dalam budidaya karet ini tidaklah terlalu sulit, sama saja dengan budidaya tanaman perkebunan lainnya pada umumnya, hanya saja dalam budidaya karet ini diperlukan ketelitian dan ketelitian yang tinggi jika bibit yang digunakan dalam penanaman adalah merupakan bibit dari okulasi.
Dari hasil praktikum yang kami lakukan (penanaman karet) yaitu pada grafik rata-rata pertambahan tinggi  dari pada tanaman karet tampak sangat jelas perbedaan antara kedua ulangan, pada ulangan pertama rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup rendah sedangkan pada ulangan 2 rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet cukup tinggi. Terjadinya perbedaan yang sangat signifikan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat tumbuhnya tanaman misalnya seperti kesuburan tanah, selain itu pada saat tanaman memasuki umur 3 MST, tanaman pada ulangan 1 diserang oleh hama (kambing). Dalam hal ini setengah dari bagian tanaman habis dimakan oleh hama tersebut, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat karena tanaman mengalami stagnasi yang terlalu lama. Dan pada saat tersebut tanaman harus membentuk tunas yang baru dan saat dilakukan pengamatan terkahir tunas-tunas tersebut belum berkembang dan masih sangat kecil-kecil, sehingga mengakibatkan rendahnya rata-rata pertambahan tinggi tanaman karet pada ulangan1. maka dari itu diperlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap serangan hama tersebut, sehingga proses budidaya dapat berlangsung lebih baik.
Sedangkan untuk diameter batang tidak terlalu berbeda, namun rata-rata diameter yang tertinggi didapatkan pada tanaman karet pada ulangan 1. hal ini mungkin disebabkan intensitas naungan yang mungkin berbeda antara kedua ulangan tersebut, karena dengan intesitas yang lebih tinggi tanaman akan memanjang sehingga hasil fotosintesis akan dialokasikan untuk pemanjangan batang tanaman.
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum ini maka kami dapat menyimpulkan beberapa hal:
Ø  Teknik budidaya karet pada umumnya adalah sama dengan tanaman tahunan yang lainnya.
Ø  Pertumbuhan tanaman akan sangan tergangu jika terlalu lama mengalami stagnasi.
Ø  Tingkat naungan pada tanaman akan mempengaruhi laju fotosintesis dan perbesaran diameter pada batang.
Ø  Pembentukan tunas baru pada tanaman karet cukup lama, dikarenakan kandungan getah yang cukup banyak sehingga terkadang batang tanaman karet menjadi mengering.
DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Getas, 2003. Bibit Karet Klonal dalam Polibag Cocok untuk Lahan Bekas Hutanrubbergetas@indo.net.id. Download 21 juni 1008.
Joshi, L. 2005. Peningkatan Kapasitas dan budidaya tanaman karet. http://www.worldagroforestrycentre.org/sea. Download 21 juni 1008.
Prasetyo, dkk. 2008. Penuntun praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Laboratorium Agronomi UNIB, Bengkulu.
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.
Soedharoedjian. 1983. Diktat Pedoman Praktek Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.



Acara VII
Perlakuan Benih Sebelum Dikecambahkan Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kopi (coffea canephora)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan tanaman dengan mengawinkan dua individu tanaman atau bagian dari individu yang terpisah sehingga menghasilkan individu baru yang memiliki campuran sifat kedua tanaman induknya. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan dengan spora tau benih.
Keuntungan yang diperoleh dari perbanyakan generatif adalah sebgai berikut :
1.      Merupakana cara perbanyakan tanaman yang paling muirah, murah seta tidak memrlukan tenaga ahali.
2.      biasanya menghasilkan tanaman yang lebih sehat, produkrif dan daya hidupnya lebih lama.
3.      memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan lewat persilangan baru
4.      menghasilkan tanaman yang berakar tunggang dalam sehingga tahan terhadap bahaya kekeringan, banjir, dan tahan rebah.
Adanya keuntungan-keuntungan tersebut diatas maka beberapa jenis komuditi sesuai maksud dan tujuannya, perbanyakan tanaman secara generatif ini masih tetap dipertahankan. Sekalipun demikian keberhasilan perbanyakan generatif sangatlah dipengaruhi oleh mutu/kualitas benih.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu benih yaitu :
1. Kemurnian benih
Benih yang murni adalah tidak tercampur dengan varietas lain. dan homegen (tidak tercampur dengan kotoran lain)akan dapat memberikan kepastian jenis tanaman untuk yang menghasilkan dari benih tesebut, oleh karena itu secra umum benih dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
·         Benih murni yaitu benih dari suatu varietas atau klon atau galur tertentu dan tidak tercampur benih/varietas/galur yang lain dimana tidak diketahui jenis dan sifatnya.
·         Benih homegen yaitu benih secara fisik-mekanik tidak tercampur dengan bahan-bahan yang tidak merusak, misalnya batu kerikil, butir-butir tanah, biji-biji hampa atau rusak dan biji-biji gulma
2. Daya kecambah dan kecepatan kecambah
Daya kecambah/ tenaga tumbuh adalah daya untuk berkecambah dinyatakan dengan banyaknya biji yang berkecambah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan dalam (%). Dan ini menyatakan viabilitas dari penelitian tersebut. Waktu yang diperlukan untuk berkecamabah ini ternyata berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman. Benih kopi berkecambah setelah 4-6 minggu. Sedangkan benih kopi untuk daya kecam bah10 – 15 hari.
3. Kandungan air
Kandungan air yang terlalu banyak akan mengakibatkan benih menjadi capat mati karena kakurangan O2, bercendawan atau rusak karena serangan hama terutama jika rusak lembanganya. Sebaiknya, jika benih kekurangan air amakan ia akan sulit untuk berkecamabh. Pada dasarnya air diperlukan untuk melunakkan kulit biji, dengan lunaknya kulit biji maka air akan berpentasi kedalam biji dan selanjutnya merangsang metabolisme senyawa-senyawa organik. Oleh karena itu kadar air biji akan cukup tinggi justru akan memacu metabolisme biji sehingga biji tersebut akan menjadi tidak tahan disimpan. Olah karena itu puluhankadar air biji sangat menntukan kualitas benih suatau tanaman.
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara memperlakukan benih kopi selama pra-perkecambahan dan untuk melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap pertumbuhan kecambah kopi.
1.3 Manfaat yang diharapkan
Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan kami mengetahui cara mengekstraksi, mengatahui jenis ekstrak apa saja yang dapat digunakan untuk menghilangkan pulp pada benih kopi dan ekstraksi yang tepat untuk benih kopi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah yang tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman. Daerah-daerah di bumi ini yang tidak cocok untuk ditanami tanaman kopi, yaitu pada garis Lintang Utara Lautan Pasifik, daerah tropis di gurun Sahara, dan garis Lintang Selatan seluruh Lautan Pasifik serta Australia disebelah Utara dimana tanahnya sangat tandus.
Kopi (Coffea spp) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m. daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya agak berbeda.
Daerah asal kopi Arabika adalah pegunungan Ethiopia (Afrika). Di negara asalnya kopi tersebut tumbuh baik secara alami di hutan-hutan pada dataran tinggi sekitar 1.500 - 2.000 an dpl. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke negara Arab semenjak tahun 575. Tetapi baru pada abad XV, yaitu pada tahun 1450 kopi itu menjadi minuman seperti sekarang. Kopi Arabika pertama sekali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh seorang bangsa Belanda. Tetapi sebagai tanaman perdagangan yang meyakinkan dan pertumbuhannya menjadi baik, baru pada tahun 1699. Karena terjadinya mutasi kopi Arabika, maka banyak timbul jenis kecil yang masih termasuk golongan Arabika, seperti:
1.      Kopi Arabika varietas Bourbon, ciri-ciri pohon lebih pendek, cabang-cabang bagian bawah tidak menurun, melainkan agak naik dan kuat. Daun lebih besar dan daun pucuk berwarna hijau, produksinya lebih banyak.
2.      Jenis Catura, berasal dari varietas Bourbon. Pohon lebih pendek, tetapi lebih subur.
3.      Jenis Marago, menghendaki iklim dan tempat penanaman seperti kopi Arabika asli. Pertumbuhan tanaman cepat, buah dan bijinya besar, tetapi tidak begitu lebat.
4.      Jenis Pasumah, terdapat di Sumatera. Bentuk pohon lebih kekar, dan agak tahan terhadap Hemileia vastarix dari pada jenis Arabika yang murni.

BAB III
METODELOGI
3.1. Bahan dan Alat
Benih kopi, abu dapur, abu alang-alang, abu sekam.padi/jerami padi, tanah, pasir, pupuk kandang, atap rumbia, tali rapia, paku, bambu, ember plastik, dithen M-45, label nama, spidol,polibag/bak perkecambahan, cetok, ayakan diameter 0,5 cm, mistar, termometer dan sebagainya.
3.2. Metode pelaksanaan/rancangan yang digunakan
Percobaan/ praktikum ini disusun secara faktorial dengan pola dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang masing-masing diulang 3 kali dan menggunakan dua factor:
Factor I: macam abu (A), terdiri dari
·         A0 = tanpa ekstraksi (KONTROL)
·         A1= abu dapur
·         A2= abu alang-alang
·         A3= abu sekam padi/jerami padi
Faktor II : Lama Perendaman (P), terdiri dari :
Untuk Kelompok I
Untuk Kelompok II
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 4 jam
P2 = Direndam selama 8 jam
P3 = Direndam selam 12 jam
P4 = Direndam selam 16 jam
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 12 jam
P2 = Direndam selama 18 jam
P3 = Direndam selam 24 jam

Untuk Kelompok III
Untuk Kelompok IV
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selama 16 jam
P2 = Direndam selama 24 jam
P3 = Direndam selama 32 jam
P4 = Direndam selam 40 jam
P0 = tanpa perendaman
P1 = Direndam selam 2 jam
P2 = Direndam selama 8 jam
P3 = Direndam selam 14 jam
P4 = Direndam selam 20 jam

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS
Untuk percobaan ini tidak ada data yang dapat dikumpulkan karena kegagalan maka tidak ada juga analisis hasil serta pembahasan.

KESIMPULAN
Dari praktikum yang kami laksanakankan, bahwa faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkecambahan adalah faktor lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, dkk. 2011. Penuntun Praktikum Budidaya Tanaman Tahunan. Program Studi Agronomi. ` UNIB, Bengkulu
Danarti. 2007. Budidaya kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Irawan, G. 2003. Kopi tetap jadi andalan eksport. http://agribisnis.deptan.go.id. Download 21 mei 2011.
Nur, A.M. 1994. Penyambungan Sebagai Teknologi Alternatif Konservasi Kopi arabika ke Kopi Robusta. Warta Pusat penelitian Kopi dan Kakao, Jember
Prasetyo, dkk. 1997. Bahan Kuliah Produksi Tanaman Perkebunan I. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu.

04.53 by Muhammad Ali Alfi · 0