Rabu, 21 Desember 2011

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN ACARA VI “RESPIRASI”



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN
ACARA VI
“RESPIRASI”

Unib-BW

Disusun oleh :

Nama         : Muhammad Ali Alfi
NPM: E1J010089



LABORATORIUM AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
 2011
BAB I
Pendahuluan

1.1    Latar Belakang
Respirasi adalah proses yang terjadi pada makhluk hidup karena terjadi pembakaran karbohidrat (gula) oleh oksigen sehingga menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah suhu lingkungan atau suhu tubuh makhluk hidup yang melakukan respirasi. (Usman, 2011).
Suatu proses respirasi dapat diketahui dari kenaikkan temperature yang diakibatkannya, dan dapat diukur dengan banyak sedikitnya volume O2 yang dipergunakan atau banyaknya volume O2 yang dilepaskan. Kegiatan respirasi dinyatakan dengan volume O2 yang terambil atau dengan volume O2 yang terlepas dalam 24 jam per gram berat kering. Jumlah CO2 yang terlepas dibagi dengan jumlah O2 yang diperlukan dalam respirasi merupakan suatu angka yang kita sebut koefisien respirasi. Koefisien respirasi itu benar-benar 1, jika menjadi subtrat juga (biasanya glukosa dan fruktosa, sedang gula itu mengalami oksidasi yang sempurna sampai memberikan hasil akhir CO2 dan H2O).
1.2    Tujuan praktikum
Tujuan yang dicapai dalam praktikum ini yaitu untuk Mengetahui pengaruh suhu terhadap respirasi kecambah.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Respirasi memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi prosesnyya yaitu faktor internal yang mempengaruhi laju respirasi antara lain umur, tipe atau jenis tumbuhan, sedangakan faktor eksternal yang mempengaruhi laju respirasi antara lain adalah ketersediaan jumlah substrat, ketersediaan oksigen, dan kelembapan serta suhu lingkungan. Tentunya tumbuhan yang sudah dewasa dengan tumbuhan yang masih berkecambah akan memiliki laju respirasi yang berbeda. Pada saat kecambah, laju respirasi cenderung lebih tinggi dibanding ketika sudah dewasa. Hal ini karena pengaruh metabolik dari proses perkecambahan. Demikian pula pada berbagai macam jenis tumbuhan akan memiliki laju respirasi yang berbeda, karena di dalamnya terdapat proses metabolik dan kandungan substrat respirasi yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mengetahui pengaruh kuantitas substrat biji terhadap laju respirasi kecambah, maka perlu dilakukan suatu eksperimen dengan beberapa perlakuan untuk mengkaji hal tersebut lebih dalam. Semua sel hidup melakukan respirasi untuk mencukupi kebutuhan energi. Semua sel aktif akan terus menerus melakukan respirasi, menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas yang berlangsung secara sederhana. Respirasi merupakan salah satu bentuk proses metabolisme secara katabolik, yaitu proses pemecahan. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O. Proses respirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. (Anonim, 2011).
Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kegiatan respirasi. Pada O0C respirasi sangatlah sedikit, sedang pada 300C-400C sangatlah cepat. Tetapi kalu temperature terus menerus diatas 300C maka kegiatan respirasi itu hanya sebentar saja. Sehabis 3 jam tampaklah berkurangnay kegiatan tersebut. Mungkin hal ini disebabkan karena non-aktifnya enzim-enzim, bertimbun tumbuhnya CO2, kurangnay O2 dan kurangnay persediaan substrat. Antara 100-300 kegiatan kenaikkan respirasi ada 2 sampai 2,5 kali, dengan kata lain perkataan, K10-nya antara temperature-temperatur optimim, respirasi makin berkurang. Dibawah 00C respirasi sangatlah sukar untuk diselidiki, namun ada beberapa jaringan tanaman yang masih dapat diamati kegiatan respirasinya pada temperature -20C. (D. Dwidjoseputro, 1985)
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi laju respirasi, diantaranya adalah sebagai berikut :
1        Suhu
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5 dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30 atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun. (Salisbury & Ross, 1995)
2        Ketersediaan substrat
Respirasi bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang kandungan pati, fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang rendah. Tumbuhan yang kahat gula sering melakukan respirasi lebih cepat bila gula disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering lebih cepat segera setelah matahari tenggelam, saat kandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika matahari terbit, saat kandungan gulanya lebih rendah. (Salisbury & Ross, 1995)
3        Ketersediaan oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
4        Jenis dan Umur Tumbuhan
Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan. (Grander, 1991).
                                                                 
                                                                  BAB III
Bahan dan Metodelogi

3.1  Alat dan Bahan
Bahan : Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus), larutan 0,5 NaOH, 0,1 HCL, larutan phenolthalein, larutan BaCL2
Alat    : Botol berukuran 200 ml, kain kasa, benang, vaselin, Erlenmeyer, buret.
3.2  Langkah Kerja
1)      Menimbang 5 g kecambah yang disediakan, lalu dibungkus dengan kain kasa.
2)      Isikan masing-masing 30 ml larutan 0,5 n NaOH kedalam botol.
3)      Gantungkanlah bungkusan kain kasa berisi larutan NaOH dengan pertolongan seutas benang dan ditutup rapat dengan vaselin sehingga tidak ada udara keluar masuk botol.
4)      Simpan botol-botol berikut kontrolnya (botol tanpa kecambah) pada temperature kamar (270C) dan inkubator (370C).
5)      Setelah 24 jam larutan NaOH dalam botol diambil 5 ml masukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambah 2,5 larutan BaCl2, ditetesi 2 tetes phenolphthalein dan selanjutnya dititrasi dengan 0,1 N HCL. Titrasi diakhiri setelah warna merah tepat hilang. Ulangi titrasi ini 3 kali dan diambil hasil rata-ratanya.
6)      Dari hasil titrasi tersebut hitunglah banyaknya CO2 yang dibebaskan pada respirasi kecambah tersebut pada temperature berbeda.


BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1                    Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan pada hari kamis, 20 oktober 2011  dengan acara enzim adalah sebagai berikut :
Ulangan
Kontrol
27ºc
37ºc
1
4,5
4
4,5
2
4,5
4
4
3
4,0
3,5
4
Rata – rata
4.3
3.8
4.16

Perhitungan:
            V1N1=V2N2
                C6H12O6+6O            6CO2+6H2O +energi
            0,1N (Normalitas) HCl
            NaOH +CO3               Na2CO3 + H2O......................................................(1)
            Na2CO3 + BaCl2                      BaCO3 + 2 Na+ + 2Cl-...............................(2)
            BaCO3 + 2HCl                        Ba++ + 2Cl- +H2CO3                     CO2...........(3) 
                                                                                                            H2O
            1 m gram ClH2CO3= 62 gr/liter
            BM H2CO3 = 62
            BM CO2 = 44
            CO2 yang terbentuk= 44/62 x m gram/liter H2CO3 yang terbentuk
            1 gram/liter CO2=22,4 liter
            CO2 yang terbentuk = m gram/liter (ml HCl) x 22,4 liter :100
*Untuk kontrol ( rata-rata= 4,3 ml )
 CO2 yang terbentuk = m gram/liter (ml HCl )x 22,4 liter : 100
                                 = 4,3 ml x 22,4 liter : 100
                                 = 0,9632 ml
*Untuk  suhu 270C ( rata-rata= 3,8 ml)
 CO2 yang terbentuk = m gram/liter (ml HCl )x 22,4 liter : 100
                                  = 3,8 ml x 22,4 liter : 100
                                  = 0,8512 ml
*Untuk suhu 370C ( rata-rata= 4.16 ml)
CO2 yang terbentuk = m gram/liter (ml HCl )x 22,4 liter : 100
                                  = 4.16 ml x 22,4 liter : 100
                                  = 0,93184 ml
4.2                     Pembahasan
Berdasarkan keempat reaksi diatas terdapat perbedaan dari hasil yang diperoleh yaitu pada saat NaOH dicampur dengan CO2 maka terjadi kontak dan menjadi NaCO3 dan ada air dan direaksikan dengan BaCl2 maka menghasilkan garam dan BaCO3 dan warnanya putih susu, saat ditambah 2 tetes penolpthalein warna menjadi ungu setelah dititrasi warna kembali menjadi bening, tetapi setiap perlakuan jumlah HCl yang dibutuhkan untuk kembali bening berbeda tetapi dari ketiga perlakuan pada kontol membutuhkan banyak HCl untu membuat larutan bening kembali yaitu dengan rata-rata 4,3. Sedangkan pada suhu kamar 2700C jumlah HCL yang dibutuhkan rata-rata 3,8 lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah HCL pada kontrol. Dan pada suhu 3700C yang diletakkan pada inkubator rata-rata HCL yang digunakan yaitu 4,16. Dari reaksi tersebut dari titrasi yang dilakukan sebanyak 3 kali dari masing-masing 3 perlakuan terdapat perbedaan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu salah satunya CO2 yang dibebaskan pada respirasi kecambah pada temperatur berbeda begitu juga tanpa kecambah (kontrol). Dari ketiga perlakuan dilihat nilai dari hasil rata-rata bahwa semakin naiknya suhu, jumlah CO2 yang dibebaskan semakin sedikit. Hali ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Oleh karena itu pada respirasi dapat dihitung CO2 yang dibebaskan karena pada respirasi reaksinya merupakan kebalikan dari fotosintesis. Dan suhu memegang peranan yang sangat penting karena terlihat bahwa semakin tinggi suhu, jumlah CO2 yang dibebaskan semakin sedikit. Setelah dilakukan percobaan di laboratorim kita dapat melihat hasilnya pada kolom data dan perhitungan di atas. Dan  perlakuan yang  dilakukan yaitu kontrol,suhu 270C dan suhu 370C.Untuk kontrol,rata-rata kecepatan respirasinya yaitu 0,9632 ml ml dan pada suhu  270C kecepatan reaksi yang didapat yaitu 0,8512 ml serta pada suhu 370C  kecepatan respirasinya adalah 0,93184 ml
BAB V
Kesimpulan


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulakn bahwa tinggi rendahnya suhu disekitar tanaman ditentukan oleh radiasi matahari, kerapatan tanaman, distribusi cahaya dalam tajuk tanaman, kandungan lengas tanah. Suhu mempengaruhi beberapa proses fisiologis penting: bukaan stomata, laju transpirasi, laju penyerapan air dan nutrisi, fotosintesis, dan respirasi. Peningkatan suhu sampai titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses di atas. Setelah melewati titik optimum, proses tersebut mulai dihambat: baik secara fisik maupun kimia, menurunnya aktifitas enzim. Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Respirasi merupakan suatu proses pemecahan suatu senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi senyawa-senyawa yang sederhana, sehingga suhu yang tinggi meningkatkan respirasi kecambah naun dalam hal ini hanya berlaku pada batas tertentu, pada suhu tertinggi (400c) kecepatan laju respirasi akan mulai menurun. Hal ini disebabkan oleh beberapa enzim yang berperan mengalami kerusakan/denaturasi.


Daftar Pustaka

Anonim, 2010. “Respirasi Tanaman” http://biogen.litbang.deptan.go.id/.
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Grander, Pearce dan R.L. Mithell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia.  Jakarta.
Lakitan, Benyamin. 1993. Dasar – Dasar Fosiologi Tumbuhan. Rajawali Pers : Jakarta.
Suharjo, Usman Kris Joko. 2011. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan Tanaman. Jurusan Budidaya Tanaman UNIB : Bengkulu.




0 Responses to “LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN ACARA VI “RESPIRASI””

Posting Komentar