Rabu, 21 Desember 2011
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Acara IV Musuh Alami Hama dan Patogen
Do you like this story?
Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Acara IV
Musuh Alami Hama dan Patogen
Disusun
Oleh :
Muhammad
Ali Alfi
E1J010089
Dosen
Pembimbing : Ir. Nadrawati, MP
Co-ass
: Yanti CH
Tri Nurhidayah
Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Musuh
alami hama dan patogen adalah organisme yang mengganggu patogen, sedangkan
musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama. Bentuk gangguannya
dapat berupa hiperparasitik, antagonistik, predatorik, parasitoid, dan
patogenik.
Secara
alami, patogen merupakan musuh tanaman tetapi patogen juga mempunyai musuh yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan patogen. Mekanisme pertumbuhannya
dapat secara antagonistik atau hiperparasitik. Musuh alami yang antagonistik
biasanya menghasilkan antibiotik yang berfungsi untuk menghambat atau membunuh
patogen (organisme lain). Musuh alami yang hiperparasit hidupnya dengan cara
memarasit patogen. Contoh musuh alami patogen yaitu Trichoderma harzianum,
Gliocladium virens, Pseudomonas fluorescens.
Predator
adalah binatang yang memakan (memengsa) binatang lainnya. Predator biasanya
mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari pada mangsanya dan dapat berasal dari
vertebrata maupun avertebrata. Serangga predator ada yang bertindak sebagai
predator pada fase dewasa saja atau larva saja, tetapi ada pula yang pada fase
larva dan dewasa. Serangga predator yang banyak berasal dari ordo Coleoptera
disusul ordo Odonata dan Hemiptera. Sebagai contoh dari ordo Coleoptera adalah
: Coccinella arcuata dan C.repanda pemakan wereng coklat dan
hijau pada padi juga Aphis.
Parasitoid
dapat diartikan sebagai hewan yang hidupnya menumpang pada hewan lain dan
mengisap cairan tubuh inang sehingga dapat menyebabkan kematian inangnya.
Biasanya parasitoid berukuran lebih kecil dari pada inangnya (hama) dan satu
individu parasitoid hanya memerlukan satu individu inang untuk berkembang
menjadi dewasa. Bahkan dalam satu inang dapat hidup beberapa larva atau
kepompong parasitoid. Parasitoid mematikan inangnya secara perlahan-lahan.
Kebanyakan serangga parasitoid adalah anggota ordo Hymenoptera dan Diptera.
Parasitoid dapat menyerang dan berkembang dalam berbagai fase hidup hama
(inangnya). Misalnya ada parasitoid telur, larva nimfa, kepompong, dan serangga
dewasa. Trichogramma (anggota ordo Hymenoptera) adalah salah satu contoh
parasitoid telur hama penggerek batang padi.
Hama
dapat terinfeksi oleh patogen (kuman) yang disebabkan oleh nematoda, jamur,
bakteri, rickettsia, dan virus. Patogen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
hama dengan jalan: merusak integumen, melalui spiraculum, anus atau lubang
masuk yang lain. Umumnya patogen masuk lewat mulut atau alat pencernaan. Contoh
patogen serangga adalah Bacillus
thuringiensis sebagai bakteri patogen larva Lepidoptera dan Metarrhizium anisoliae penyebab penyakit
muscadine hijau pada kumbang kelapa (Oryctes
fhinoceros).
1.2 Tujuan Praktikum
Mengenal musuh
alami hama, patogen dan mempelajari mekanisme permusuhannya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Capung
Capung atau sibar-sibar dan Capung
Jarum adalah kelompok serangga yang tergolong ke dalam bangsa Odonata. Kedua macam
serangga ini jarang berada jauh-jauh dari air, tempat mereka
bertelur dan menghabiskan masa pra-dewasa anak-anaknya. Siklus hidup capung,
dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi
antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun. Capung meletakkan
telurnya pada tetumbuhan
yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula
jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak
(larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis
menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa.
Sebagian besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di
bawah permukaan air, dengan menggunakan insang internal
untuk bernafas. Tempayak dan nimfa capung hidup sebagai hewan karnivora
yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memburu dan memangsa
berudu
dan anak ikan.
Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan.
(Wikipedia, 2011)
2. Mettarhizium sp.
Morfologi dari Metarhizium yang telah banyak
diketahui yaitu konidiofor tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau lonjong
dengan panjang 6-16 mm, warna hialin, bersel satu, massa spora berwarna hijau
zaitun. Metarhizium sp. tumbuh
pada pH 3,3-8,5 dan memerlukan kelembaban tinggi. Radiasi sinar matahari
dapat menyebabkan kerusakan pada spora. Suhu optimum bagi
pertumbuhan dan perkembangan spora berkisar pada 25-30oC. Metarhizium mempunyai
miselia yang bersepta, dengan konidia yang berbentuk lonjong. Metarhizium anisopliae bersifat
saprofit pada media buatan, awal mula pertumbuhannya adalah tumbuhnya konidium
yang membengkak dan mengeluarkan tabung-tabung kecambah (Anonymous,199).
3. Beauvaria bassiana
Beauvaria bassiana merupakan cendawan entomopatogen yaitu cendawan
yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga. Beauveria bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur di dalam
tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan
bahan organik, suhu, kelembapan,
kebiasaan
makan serangga,
adanya pestisida
sintetis,
dan waktu aplikasi.
Secara umum, suhu
di atas 30 °C, kelembapan tanah yang berkurang dan adanya antifungal atau pestisida
dapat menghambat pertumbuhannya.
Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana.
Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama
walang sangit
(Leptocorisa oratorius) dan wereng
batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphis sp.)
pada tanaman sayuran.
Sebagian contoh lain yang menjadi inang jamur B. bassiana adalah jangkrik,
ulat sutra,
dan semut merah. Karena B.bassiana
dapat menyerang hampir semua jenis serangga, cendawan ini digolongkan ke dalam non-selektif pestisida
sehingga dianjurkan tidak digunakan pada tanaman yang pembuahannya dibantu oleh
serangga.
Penggunaan jamur ini untuk membasmi hama dapat dilakukan
dengan beberapa metode.
Jamur ini bisa dipakai untuk jebakan hama. Adapun cara penggunaanya yaitu dengan memasukkan
Beauveria bassiana beserta alat pemikat berupa aroma yang diminati
serangga (feromon)
ke dalam botol mineral. Serangga akan masuk ke dalam botol dan terkena spora. Akhirnya
menyebabkan serangga tersebut terinfeksi. Cara aplikasi
lain yaitu dengan metode penyemprotan. (Wikipedia, 2011)
4. Belalang sembah
Belalang sentadu atau belalang sembah
adalah serangga yang termasuk ke dalam ordo Mantodea. Ada sekitar
2.300 spesies dalam ordo Mantodea di seluruh dunia; kebanyakan berada di daerah
tropis
atau sub-tropis, tetapi beberapa spesies hidup di iklim sedang, seperti di
utara Amerika Serikat, Eropa Tengah,
dan Siberia.
Belalang sentadu tergolong keluarga Mantidae.
Seekor belalang sentadu betina yang hamil akan menghasilkan massa
busa yang besar, yang disebut ootheca (jamak:oothecae).
Ootheca ini dapat memuat hingga 300 butir telur, yang semuanya
dilindungi dalam kantung busa. Oothecae ini dihasilkan pada musim gugur —dan
sesudah itu belalang sentadu dewasa mati— dan menetas dalam waktu hingga lima
bulan. Sebagian spesies menetas dalam interval kecil, dan proses penetasan
dapat berlangsung hingga lima minggu ketika sebelum larva muncul sepenuhnya.
Belalang betina yang bunting tidak hanya memproduksi oothecae, tetapi juga
oothecae yang tidak subur oleh belalang betina yang belum dikawini.
Kadang-kadang satu atau dua larva menetas, tetapi hal ini jarang sekali
terjadi. Beberapa spesies, seperti misalnya Brunneria borealis, menghasilkan
oothecae melalui partenogenesis. Dalam keadaan ini, belalang
jantan tidak dibutuhkan untuk menghasilkan ootheca yang subur; namun, semua
belalang yang dihasilkan dari proses ini adalah betina.
5. Parasitoid
Parasitoid ialah organisme yang
menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan
bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil
makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit
khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus,
parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang.
Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan
untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid,
inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi
bentuk parasitisme,
istilah nekrotrof kadang-kadang digunakan, meski jarang. Jenis hubungan
ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi
yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang
bersama dengan inangnya. Banyak biolog yang menggunakan
istilah parasitoid untuk hanya merujuk pada serangga dengan jenis riwayat hidup
seperti ini, namun beberapa orang berpendapat istilah ini mesti digunakan lebih
luas untuk mencakup nematoda parasit, kumbang penggerek benih, bakteri
dan virus
tertentu (mis. bakteriofag) yang semuanya harus menghancurkan
inangnya. (Wikipedia, 2010)
6. Trichoderma sp.
Trichoderma sp. merupakan sejenis cendawan
/ fungi
yang termasuk kelas ascomycetes. Trichoderma sp. memiliki
aktivitas antifungal. Di alam, Trichoderma
banyak ditemukan di tanah hutan maupun tanah pertanian atau pada substrat berkayu. Suhu optimum untuk
tumbuhnya Trichoderma berbeda-beda setiap spesiesnya. Ada beberapa
spesies yang dapat tumbuh pada temperatur rendah ada pula yang tumbuh pada temperatur cukup
tinggi,kisarannya sekitar 7 °C – 41 °C. Trichoderma yang
dikultur dapat bertumbuh cepat pada suhu 25-30 °C, namun pada suhu
35 °C cendawan ini tidak dapat tumbuh. Perbedaan suhu memengaruhi produksi
beberapa enzim
seperti karboksimetilselulase dan xilanase.
Kemampuan merespon kondisi pH dan kandungan CO2 juga bervariasi. Namun secara
umum apabila kandungan CO2 meningkat maka kondisi pH untuk
pertumbuhan akan bergeser menjadi semakin basa. Di udara, pH optimum bagi Trichoderma
berkisar antara 3-7. Faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan Trichoderma
adalah kelembaban,
sedangkan kandungan garam
tidak terlalu memengaruhi Trichoderma. Penambahan HCO3-
dapat menghambat mekanisme kerja Trichoderma. Melalui uji biokimia
diketahui bahwa dibandingkan sukrosa, glukosa merupakan sumber karbon utama
bagi Trichoderma, sedangkan pada beberapa spesies sumber nitrogennya
berasal dari ekstrak khamir dan tripton. (Wikipedia, 2011)
7. Coccinellidae
Kumbang koksi adalah salah satu hewan
kecil anggota ordo
Coleoptera.
Mereka mudah dikenali karena penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya
yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Di
negara-negara Barat, hewan ini dikenal dengan nama ladybird atau ladybug.
Awam menyebut kumbang koksi sebagai kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun
kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera).
Serangga ini dikenal sebagai sahabat petani karena
beberapa anggotanya memangsa serangga-serangga hama seperti kutu daun. Walaupun
demikian, ada beberapa spesies koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama
tanaman.
Seperti kebanyakan serangga dan hewan, kepik koksi di wilayah empat musim juga
melakukan hibernasi
(tidur panjang di musim dingin). Kepik koksi biasanya berkumpul dalam jumlah
besar di tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang, atau
timbunan daun
saat berhibernasi. Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan
memanfaatkan persediaan makanan di tubuhnya. (Wikipedia, 2011)
8.
Cecopet (Ordo Dermaptera)
Cecopet
mudah dikenal karena ada penjepit pada ekornya. Penjepit dipakai untuk
menangkap dan memegang mangsanya, serta pertahanan diri. Cecopet biasanya
berwarna hitam atau coklat, dewasa bisa bersayap atau tanpa sayap, aktif
pada malam hari, pada siang hari bersembunyi dalam tanah atau dalam bagian
tanaman. Cecopet memangsa telur, larva dan nimfa serangga yang badannya lembut.
Seekor cecopet dapat memakan larva 20 - 30 ekor/hari
9. Kepik
Hemiptera adalah ordo dari serangga
yang juga dikenal sebagai kepik. Hemiptera terdiri dari 80.000 spesies
serangga seperti tonggeret, kutu daun, anggang-anggang,
walang sangit,
dan lain-lain. Mereka semua memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut berbentuk jarum dan tidak mengalami metamorfosis
sempurna.
Serangga kecil yang dikenal sebagai kepik (ladybug)
tidak termasuk dalam Hemiptera, melainkan termasuk dalam ordo Coleoptera (kumbang)
karena memiliki perbedaan dalam hal anatomi
dan siklus hidupnya. Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama
itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian
belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota
Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang
seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya
tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang.
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha,
Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun Hemiptera
sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo Homoptera
dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan pada kedua sayap serangga
anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua ordo tersebut akhirnya
dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo Hemiptera yang terdiri dari 4
subordo seperti yang dikenal sekarang dengan subordo Heteroptera memiliki
anggota penyusun terbanyak (mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya
adalah kepik-kepik sejati besar seperti walang sangit
dan kepik pembunuh. (Wikipedia. 2011)
10. Laba-laba
Laba-laba, atau disebut juga labah-labah,
adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda)
dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak
memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae;
dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng,
tungau
—semuanya berkaki delapan— dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang
studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora),
bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga.
Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku
Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang
taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu
spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan
manusia
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk
menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera yakni
helaian serat protein yang tipis namun kuat-- dari kelenjar (disebut spinneret)
yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk
membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain,
menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain. (Wikipedia,
2011)
11. Undur-undur
Undur-undur adalah sebutan untuk
kelompok serangga
dari famili
Myrmeleontidae (kadang-kadang salah dieja sebagai Myrmeleonidae).
Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 2.000 spesies
undur-undur dan mereka tersebar di seluruh dunia, terutama di wilayah bersuhu
hangat dan berpasir. Nama "undur-undur" diberikan pada hewan ini
karena kebiasaan larvanya
berjalan mundur saat menggali sarang jebakan di tanah. Di daerah Barat, hewan
ini dikenal dengan nama antlion (semut singa). Nama itu diberikan karena
kebiasaan larvanya yang memburu semut secara ganas dengan cara menggali jebakan di dalam tanah sehingga dianggap
sebagai "singanya para semut". Undur-undur memiliki penampilan yang
sekilas mirip dengan capung karena sama-sama memiliki abdomennya panjang dan
memiliki dua pasang sayap transparan berurat pada thoraxnya. Ia bisa dibedakan dengan capung dengan melihat
antenanya yang panjang dan ujungnya sedikit melengkung, ukurannya yang
rata-rata lebih kecil, dan matanya yang terletak di sisi kepala serta
berukuran lebih kecil dibandingkan mata capung. Undur-undur juga tidak bisa
terbang secepat dan selincah capung karena ia pada dasarnya merupakan penerbang
lemah. Undur-undur memiliki ukuran yang bervariasi. Jenis undur-undur terbesar
di dunia diketahui berasal dari genus Palpares yang hidup di Afrika dan
rentang sayapnya mencapai 16 cm. (Wikipedia, 2011)
BAB
III
METODELOGI
3.1
Alat dan Bahan
·
Antagonis patogen: biakan Trichoderma harzianum, Gliocladium virens, dan Pseudomonas fluorescens.
·
Predator hama tumbuhan: capung (macromiidae), belalang
sembah (Mantidae), cecopet (Forficulidae), lalat buah (Rhaginodae), laba-laba
(Sphecidae), undur-undur (Myrmeleontidae), kumbang Coccinella, dan kepik
Cytorhinus.
·
Parasit dan parasitoid hama tumbuhan: Evanidae,
Trichogramma, apanteles, Brachymeris.
·
Patogen hama: Enthomopthorales, Mettarrizium sp., Myzocytium sp., Nematoctonus lelosporus, Bacillus thuringiensis.
·
Alkohol 70%, kloroform, gliserin, dan kapas.
·
Mikroskop stereo, loup, pinset, cawan petri, gelas
preparat, gelas penutup preparat dan jarum tombak.
3.2
Cara Kerja
·
Gambar dan beri keterangan biakan, koloni atau
spesimen musuh alami yang tersedia.
·
Perhatikan dan catat ciri-ciri penting yang membedakan
dari yang lainnya.
·
Sebutkan taksonominya dan beri keterangan tentang
hal-hal yang saudara anggap penting untuk diinformasikan.
·
Ceriterakan bagaimana mekanisme permusuhannya dari
masing-masing spesimen.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
1. Laba-laba
|
Ket :
1.
Empat pasang kaki
2.
Cephalothorax
3.
Opisthosoma
|
2. Undur-undur
|
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda Upafilum: Hexapoda Kelas: Insecta Upakelas: Pterygota Infrakelas: Neoptera Ordo: Neuroptera Famili: Myrmeleontidae |
3. Capung
|
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: Odonata Upaordo: Epiprocta Infraordo: Anisoptera
Spesies : Neurothemis sp
|
4. Coccinellidae
|
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Superfamily: Cucujoidea
Family: Coccinellidae
Spesies : Coccinella magnifica
|
5. Cecopet
|
Ordo :
Dermaptera
Famili
: *Forficulidae
*Carcinophoridae
|
6. Kepik
|
Spesies : Palomena prasina
|
7. Parasitoid
|
Klasifikasi parasitoid Tumidiclava
Kingdom
: Animalia
Phylum : Arthtropoda Ordo : Hymenoptera Family : Trichogrammatidae Genus : Tumidiclava Spesies : Tumidiclava sp. |
8. Belalang sembah
|
9. Trichoderma sp
|
Kerajaan: Fungi
Divisi: Ascomycota Upadivisi: Pezizomycotina Kelas: Sordariomycetes Ordo: Hypocreales Famili: Hypocreaceae Genus: Trichoderma |
10. Mettarhizium sp
|
Kingdom
: Fungi
Divisi
: Eumycota
Kelas
: Deuteromycetes
Ordo
:
Moniliales
Famili
: Moniliaceae
Genus
: Metarhizium
Spesies
: Metarhizium
anisopliae
|
11. Bouveria
|
Kingdom : Fungi
Phyllum : Ascomycota
Kelas : Hypomycetes
Ordo : Hypocreales
Genus : Sanurus
Spesies : B.
Bassiana
|
4.2 Pembahasan
·
Mettarhizium sp.
Morfologi dari Metarhizium yang telah
banyak diketahui yaitu konidiofor tumbuh tegak, spora berbentuk silinder atau
lonjong dengan panjang 6-16 mm, warna hialin, bersel satu, massa spora berwarna
hijau zaitun. Metarhizium sp. tumbuh
pada pH 3,3-8,5 dan memerlukan kelembaban tinggi. Radiasi sinar matahari
dapat menyebabkan kerusakan pada spora. Suhu optimum bagi
pertumbuhan dan perkembangan spora berkisar pada 25-30oC. Metarhizium mempunyai
miselia yang bersepta, dengan konidia yang berbentuk lonjong. Metarhizium anisopliae bersifat
saprofit pada media buatan, awal mula pertumbuhannya adalah tumbuhnya konidium
yang membengkak dan mengeluarkan tabung-tabung kecambah (Anonymous,1999).
·
Parasitoid
Parasitoid adalah
serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain, dan membunuhnya
secara pelan-pelan yang umumnya mengeluarkan cairan yang merusak sel /
jaringan tubuh serangga. Parasitoid berguna karena membunuh hama,
sedangkan parasit tidak membunuh inangnya, hanya melemahkan. Ada beberapa jenis
tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid hama di kebun kakao.
·
Belalang sembah
Belalang sembah mudah
dikenal karena kaki depannya yang khas untuk menangkap dan memegang mangsa.
Kepalanya bisa bergerak bebas termasuk menoleh ke belakang. Belalang sembah
memangsa banyak jenis serangga seperti pengisap buah Helopeltis, biasa menunggu
mangsa sampai cukup dekat lalu menangkap dengan cepat menggunakan kedua kaki
depannya.Biasanya setelah kawin atau sambil kawin betina langsung makan
belalang jantan.
·
Trichoderma
Pada Trichoderma yang dikultur, morfologi
koloninya bergantung pada media tempat bertumbuh. Pada media yang nutrisinya
terbatas, koloni
tampak transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni
dapat terlihat lebih putih.
Konidia dapat terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau
putih. Trichoderma merupakan salah satu jamur yang dapat menjadi
agen biokontrol karena bersifat
antagonis
bagi jamur
lainnya, terutama yang bersifat patogen. Aktivitas antagonis
yang dimaksud dapat meliputi persaingan, parasitisme,
predasi, atau pembentukkan
toksin seperti antibiotik.
Untuk keperluan bioteknologi, agen biokontrol ini dapat
diisolasi dari Trichoderma dan digunakan untuk menangani masalah
kerusakan tanaman akibat patogen. Kemampuan dan mekanisme Trichoderma
dalam menghambat pertumbuhan patogen secara rinci bervariasi pada setiap
spesiesnya. Perbedaan kemampuan ini disebabkan oleh faktor ekologi
yang membuat produksi bahan metabolit yang bervariasi
·
Mettarhizium
sp.
Suhu dan
kelembaban sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur Metarhizium terutama
untuk pertumbuhan dan perkecambahan konidia serta patogenesitasnya.
Batasan suhu untuk pertumbuhan jamur antara 5-35oC, pertumbuhan optimal terjadi pada suhu 23-25oC. Konidia akan tumbuh dengan baik dan maksimum pada
kelembaban 80-92 persen. Dibawah kondisi alami, Metarhizium sp menghasilkan dua
jenis spora. Aerial conidia yang dihasilkan pada
phialid-phialid selama fase saprofitik atau pada inang yang telah mati, dan
didefinisikan sebagai spora-spora aseksual yang dihasilkan pada sporogenous dan
hifa khusus yang dikenal sebagai phialid. Tipe spora yang kedua adalah
spora yang dihasilkan di hemolymph serangga yang biasanya disebut “blastospora”.
·
Bouveria
Beauveria
bassiana secara alami
terdapat di dalam tanah
sebagai jamur saprofit.
Pertumbuhan
jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah,
seperti kandungan bahan organik,
suhu,
kelembapan,
kebiasaan
makan serangga,
adanya pestisida
sintetis,
dan waktu aplikasi. Secara umum, suhu
di atas 30 °C, kelembapan tanah yang berkurang dan adanya antifungal
atau pestisida
dapat menghambat
pertumbuhannya. Cara
cendawan Beauvaria bassiana menginfeksi tubuh serangga
dimulai dengan kontak
inang,
masuk ke dalam tubuh inang, reproduksi
di dalam satu atau lebih jaringan inang, kemudian kontak dan menginfeksi inang
baru.
·
Laba-laba
Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma,
yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax).
Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma.
Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang
dinamai pedicle atau pedicellus. Pada cephalothorax
melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang
rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau
beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada
beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan
berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan. Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah.
Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan
tubuh mangsanya.
·
Undur-undur
Undur-undur
memiliki penampilan yang sekilas mirip dengan capung
karena sama-sama memiliki abdomennya panjang dan memiliki dua pasang sayap
transparan berurat
pada thoraxnya.
Ia bisa dibedakan dengan capung dengan melihat antenanya yang panjang dan
ujungnya sedikit melengkung, ukurannya yang rata-rata lebih kecil, dan matanya
yang terletak di sisi kepala
serta berukuran lebih kecil dibandingkan mata capung. Undur-undur juga tidak
bisa terbang secepat dan selincah capung karena ia pada dasarnya merupakan
penerbang lemah.
·
Capung
Umumnya jenis capung, merupakan penerbang yang kuat dan luas wilayah
jelajahnya. Beberapa jenis yang lain memiliki habitat
yang spesifik dan wilayah hidup yang sempit. Capung jarum biasanya terbang
dengan lemah, dan jarang menjelajah jauh. Siklus hidup capung, dari telur
hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam
atau tujuh tahun. Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan
yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula
jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak
(larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis
menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Sebagian
besar siklus hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa, di bawah permukaan
air, dengan menggunakan insang internal untuk bernafas. Tempayak dan nimfa capung
hidup sebagai hewan karnivora yang ganas. Nimfa capung yang berukuran besar bahkan
dapat memburu dan memangsa berudu dan anak ikan. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama
empat bulan.
·
Coccinellidae
Kepik
koksi biasanya berkumpul dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti di bawah
balok kayu,
kulit batang, atau timbunan daun
saat berhibernasi. Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan
memanfaatkan persediaan makanan di tubuhnya.
·
Cecopet
Cecopet
biasanya berwarna hitam atau coklat, dewasa bisa bersayap atau tanpa sayap,
aktif pada malam hari, pada siang hari bersembunyi dalam tanah atau dalam
bagian tanaman. Cecopet memangsa telur, larva dan nimfa serangga yang badannya
lembut.
·
Kepik
Kepik merupakan
pemangsa ulat, kutu pengisap (Helopeltis) dan serangga lainnya. Kepik leher
adalah pemburu yang sangat efektif, aktif siang hari dan sebagian malam hari.
Bila menemukan serangga, kepik membuka mulut pembuluhnya yang tajam, menusukkan
mulutnya ke serangga yang ditangkap dan mengisap bagian dalamnya. Kebanyakan
jenis kepik leher dewasa berwarna coklat atau hitam, tetapi ada juga yang
berwarna terang, serta berbentuk aneh seperti daun kering.
BAB
V
Kesimpulan
·
Laba-laba
adalah sejenis
hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat
pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah, serta pemangsa serangga.
·
Undur-undur
adalah hewan yang kebiasaan larvanya yang memburu semut
secara ganas dengan cara menggali jebakan di dalam tanah
sehingga dianggap sebagai "singanya para semut".
·
Kumbang koksi
adalah salah satu hewan kecil anggota ordo
Coleoptera yang mudah dikenali karena
penampilannya yang bundar kecil dan punggungnya yang berwarna-warni serta pada
beberapa jenis berbintik-bintik
dan pemangsa hama seperti kutu daun.
·
Kepik memiliki ciri-ciri khusus seperti mulut
berbentuk jarum
dan tidak mengalami metamorfosis sempurna.
·
Parasitoid adalah
serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain
·
Trichoderma
merupakan salah satu jamur
yang dapat menjadi agen biokontrol
karena bersifat antagonis bagi jamur
lainnya, terutama yang bersifat patogen.
·
Metarhizium sp.adalah jamur yang tumbuh pada pH 3,3-8,5 dan memerlukan kelembaban
tinggi.
·
Beauveria bassiana
secara alami
terdapat di dalam tanah
sebagai jamur saprofit dan pengaruh pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh
kondisi tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://p2aph.wordpress.com/2010/01/21/jamur-metarhizium-anisopliae. (Diakses tanggal 15 November 2011)
http://Coccinellidae
- Wikipedia, the free encyclopedia (diakses tanggal 13 November 2011)
http:// Beauveria bassiana -
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas (diakses tanggal 13 November
2011)
http:// Trichoderma - Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (diakses tanggal 13 November 2011)
Purnomo, Bambang. 2009. Penuntun
Praktikum DASLINTAN. Program Studi Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian
UNIB : Bengkulu.
This post was written by: Franklin Manuel
Franklin Manuel is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Responses to “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Acara IV Musuh Alami Hama dan Patogen”
Posting Komentar