Jumat, 06 Januari 2012

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi



Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi

"Kacang Tanah"






Disusun Oleh:
Nama : Muhammad Ali Alfi
Npm : E1J010089



Laboratorium Agronomi
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2011BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kacang tanah merupakan tanaman kedua terpenting di Indonesia setelah kedelai (Hu, 2010). Konsumsinya di Indonesia cukup tinggi. Tanaman kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak, sedang biji dimanfaatkan sebagai sumber protein nabati, minyak, dan lain-lain (Warintek, 2011).
Kebutuhan dalam negeri terus meningkat, tetapi produksi dalam negeri belum mampu mengimbangi permintaan dalam negeri terutama untuk industri pangan (Sudjadi, 2001). Indonesia terpaksa mengimpor kacang tanah dari luar negeri.
Peningkatan produksi kacang tanah dapat ditempuh dengan memperbaiki teknik budi daya. Kacang tanah tumbuh dengan baik pada tanah yang berpH netral. Pada tanah masam, tindakan pengapuran mutlak diperlukan. Dosis pengapurannya tergantung pada bahan kapur, kondisi iklim, tingkat keasaman tanah, dan yang akan dicapai (Tim Pengasuh Praktikum, 2011).
Apabila pengapuran dilakukan secara tepat akan berpengaruh positif terhadap sifat kimiawi dan biologis tanah. Namun demikian, apabila pengapuran dilakukan secara berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif berupa penurunan ketersediaan Zn dan Mn, serta meningkatkan kalarutan Mo hingga ke tingkat toksik (Hanafiah, 2005). Oleh karena itu, dosis pengapuran yang tepat diperlukan agar peningkatan produksi kacang tanah bisa tercapai.
Pada acara praktikum ini, kita akan menjelaskan dan menganalis pengaruh perbedaan metode pengapuran terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.
Kacang tanah (Arachis hypogea L.) termasuk famili Fabaceae merupakan satu komoditas tanaman pangan yang cukup penting, karena konsumsinya cukup tinggi terutama sebagai bahan makanan ringan. Kandungan nutrisi biji kacang tanah yang utama adalah lemak, karbohdirat, protein, dan mineral penting terutama Ca.
Peningkatan produksi kacang tanah dapat ditempuh dengan memperbaiki teknik budi daya tanaman. Biji kacang tanah dihasilkan di dalam polong yang berasal dari pertumbuhan gynofor yang berkembang di dalam tanah, akan sangat cocok pada yang gembur, lembab, berhara tinggi, dan pHnya netral. Kebutuhan hara kapur (Ca) cukup tinggi karena banyak diperlukan pada proses biosintesis lemak untuk pembentukan biji. Pada tanah masam (berpH rendah), tindak pengapuran (pemberian kapur) terhadap pertanaman kacang tanah mutlak diperlukan (Tim Pengasuh Praktikum, 2011).
Pengapuran tanah masam secara umum bertujuan untuk:
·         Meningkatkan pH tanah dan
·         Kejenuhan basa, agar
·         Ketersediaan hara bagi tanaman meningkat dan
·         Potensi toksik dari unsur mikro atau unsur toksik (seperti Al) menjadi tertekan.
·         Dengan membaiknya sifat kimiawi tanah, maka aktivitas mikrobia dalam penyediaan hara dan zat perangsang tumbuh juga membaik, sehingga secara akumulatif akan menghasilkan:
·         Pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum.
Apabila pengapuran dilakukan secara tepat akan berpengaruh positif terhadap sifat kimiawi dan biologis tanah. Namun demikian apabila berlebihan, pengapuran dapat berdampak negatif berupa penurunan ketersediaan Zn, Mn, Cu, dan B yang dapat menyebabkan tanaman menjadi defisiensi keempat unsur ini, serta dapat mengalami keracunan Mo. Oleh karena itu, pengapuran (juga pemupukan) harus dilakukan dengan empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat kondisi (Hanafiah, 2005).
Dosis pengapuran umumnya berkisar antara 3-5 ton per hektar tergantung pada jenis bahan kapur, kondisi iklim, tingkat keasaman tanah yang ada dan yang akan dicapai. Ada beberapa jenis bahan kapur yang dapat digunakan antara lain dolomit (kaptan): CaMg(CO3)2, kapur tohor (gamping): CaO, kapur tembol: Ca(OH)2, kalsit (kapur karbonat): CaCO3. Kebutuhan kapur untuk mencapai hasil tanaman yang tinggi dapat dihemat melalui teknik (metode) pengapuran yang tepat (Tim Pengasuh Praktikum, 2011). Kapur karbonat atau kalsit (CaCO3) (di pasaran dikenal dengan ‘Kaptan’, jika terhidrolisis akan menghasilkan ion hidroksil penarik pH dan kation Ca peningkat kejenuhan basa (Hanafiah, 2005).
B.     Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan menganalis pengaruh perbedaan metode pengapuran terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yan g berasal dari Amerika Selatan. Kacang tanah merupakan tanaman dari kingdom plantae, divisi, spermatophyta, subdivisi, angiospermae, kelas dikotil, ordo leguminales, famili, papilionaceae, genus arachis dan spesies Arachis hypogea.
Praktikum kacang tanah (Arachis hipogaea) pada praktikum M.K. Dasar-Dasar Agronomi bertujuan untuk mengetahui pengaruh kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan produktivitas. Kacang tanah merupakam tanaman herba monoesius yang tingginya 15-70 cm. Perakaran terdiri dari satu akar tunggang dengan banyak akar lateral, tidak memiliki akar rambut dan memiliki bintil-bintil penambat nitrogen. Bintil-bintil ini berjumlah ratusan dan akan berwarna kemerah-merahan apabila masih aktif menambat nitrogen. Kacang tanah memiliki daun dengan 4 anak daun yang berbentuk bulat telur terbalik.
Bunga kacang tanah terdapat pada ketiak daun yang berada dekat dengan tanah. Masing-masing pembungaan memiliki 2-5 kuntum bunga. Bunga tersusun atas sebuah hifantium berbentuk tabung yang panjangnya 4-6 cm. Hifantium adalah gabungan bagian pangkal kelopak, mahkota, dan tabungsari. Warna mahkota bunga bervariasi dari kuning pucat sampai jingga merah. Tangkai sari berjumlah sepuluh dengan 2-6 bakal biji. Setelah terjadi pembuahan akan terbentuklah bentukan yang mirip tangkai, yang disebut ginifor. Ginofor ini akan tumbuh menuju ke dalam tanah menjadi buah matang yang disebut polong. Jika jarak antara ginofor dan tanah lebih dari 15 cm ginofor ini akan gagal mencapai tanah dan ujungnya akan mati. Kacang tanah dapat tumbuh dengan baik pada keadaan tanah yang gembur dan cukup kering. pH tanah yang optimum bagi pertumbuhan kacang tanah adalah sebesar 5,5-6,5. sedangkan suhu rata-rata optimumnya adalah 30oC dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu 15oC. Curah hujan antara 500mm-600mm yang tersebar merata selama masa pertumbuhannya. 

Siklus hidup tanaman kacang tanah dapat tanaman dibagi menjadi 2 fase yaitu fase vegetatif dan reproduktif. Pada fase vegetatif sebagian besar karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman dari hasil fotosintesis digunakan untuk pembelahan, perpanjangan, dan deferensiasi sel sehingga terjadi pertumbuhan ke atas pada tubuh tumbuhan. Sedangkan pada fase reproduktif tidak terjadi pertumbuhan pada tanaman karena sebagian besar karbohidrat hasil fotosintesis ditimbun (disimpan) dalam tubuh tanaman. Fase reproduktif ini ditandai dengan pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah, dan biji atau pada pembesaran dan pendewasaan struktur penyimpanan makanan, akar-akar, dan batang yang berdaging, termasuk juga polong pada  kacang tanah.

            Tanaman kacang tanah varietas Badak merupakan spesies dari Arachis hypogeae genus arachis, famili papilionaceae, ordo leguminalis, kelas divotyledon, subdivisi angiospermae, divisi spermatophyta dan kingdom plantae. Asal dari varietas ini adalah 726 x FESR12. Biasanya umur berbunga dari varietas bada, adalah 28-31 hari dan umur polong masak 95-103 hari. Adapula jumlah polong isi per tanaman biasanya 15-20 dimana kandungan proteinnya 24%. Hasil dari penamaman sekita 1.5-2.6 ton/ha dengan rendemen 70%. Kelebihan dari varietas ini adalah kemampuan dalam mentoleransi penyakit layu, bercak daun, dan tanah karat, serta tahan pada lahan masa, hasil stabil dan responsif terhadap perbaikan lingkungan.

BAB III
METODELOGI
Untuk pelaksanaan kegiatan ini akan diperlukan bahan dan alat sebagai berikut:
Bahan:

·         Benih kacang tanah
·         Pupuk urea
·         SP 36
·         KCl
·         Dolomit
·         Pestisida Furadan 3G

Alat:

·         Cangkul
·         Sabit
·         Tugal
·         Mistar
·         Ajir
·         Tali rafia
·         Timbangan digital

Pada praktikum ini akan dicoba dua perlakuan tanam yang terdiri dari:
·         M1 = kapur diberikan secara alur pada barisan tanaman
·         M2 = kapur disebarkan merata pada seluruh permukaan tanah
Benih kapur yang digunakan adalah sesuai benih yang tersedia pada waktu praktikum. Jarak tanam yang digunakan 20x40 cm dengan dua tanaman per lubang.
Pelaksanaan:
1.      Menentukan petak percobaan berukuran 2,40x2,00 m dengan menggunakan ajir yang dipasang pada setiap sudut petakan.
2.      Melakukan pengolahan tanah dengan cara membersihkan lahan dari gulma dan sisa tanaman kemudian dicangkul hingga gembur.
3.      Membuat siring sebagai batas petakan sedalam 20 cm dan lebar di sekeliling petakan.
4.      Meratakan permukaan tanah pada petakan sehingga tinggi permukaan tanah sama.
5.      Menentukan letak lubang tanam berdasarkan jarak yang akan diaplikasikan sesuai dengan perlakuan, yaitu dengan cara menetapkan letak tanaman sudut = ¼ x jarak tanamnya, kemudian letak tanaman berikutnya mengikuti jarak tanamnya.
6.      Merentangkan tali tanam sejajar dengan tepi petakan dan simpul pertama tepat pada letak tanaman sudut, untuk menentukan lubang tanam pada barisan tanaman, demikian seterusnya.
7.      Mengaplikasikan metode pengapuran yang diperlakukan dan campurkan kapur dengan tanah di bawahnya.
8.      Membuat lubang tanam dengan cara menugal sedalam 3-4 cm menggunakan tugal tepat pada simpul-simpul tali jarak tanam.
9.      Menanam benih kacang tanah yang telah disiapkan dengan cara memasukkan benih sebanyak jumlah tanaman yang diharapkan tumbuh, kemudian memasukkan furadan 5 butir pada setiap lubang tersebut.
10.  Memeriksalah bahwa lubang tanam telah ada benih dan furadan yang dimasukkan, kemudian lubang tanamn ditutup dengan tanah yang remah.
11.  Memastikan bahwa lubang tanam sudah tertutup dengan baik.
Pemeliharaan:
1.      Melakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari.
2.      Pada umur 3 minggu melakukan penjarangan dari dua tanaman menjadi satu tanaman perlubang. Tanaman yang sehat untuk dibiarkan tumbuh. Tanaman yang kurang sehat dibuang dengan cara dipotong.
3.      Setelah 4 minggu, melakukan pembumbunan.
4.      Gulma dikendalikan dengan cara mencabut gulma secara langsung.
Pemanenan:
Semua tanaman yang telah memenuhi kriteria panen atau memenuhi umur panen dipanen dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman kacang tanah.
Pengamatan:
1.      Mengamati tipe perkecambahan benih.
2.      Pada umur 1 MST, menghitung berapa persen benih yang berhasil tumbuh.
3.      Pada umur 3 MST, menentukan 5 tanaman sampel secara acak pada petak efektif. Melakukan pengamatan setiap seminggu sekali meliputi peubah:
·         Tinggi tanaman dengan cara mengukur dari permukaan tanah hingga ke titik tumbuh tertinggi.
·         Jumlah daun tetrafoliat yang telah tumbuh sempurna dan masih berwarna hijau.
·         Umur berbunga
·         Jumlah bintil akar dari tanaman pinggir yang dicabut pada umur 5 MST.
4.      Pengamatan pada saat panen meliputi peubah:
·         Jumlah polong bernas, polong hampa/muda dan total polong pertanaman
·         Bobot biji segar per tanaman dengan cara menimbang seluruh biji per tanaman.
·         Bobot 100 biji segar dengan cara menimbang 100 butir biji yang diambil secara acak.
·         Bobot polong segar per petak.
  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
 Tabel 1. Perlakuan M1 (kapur diberikan secara alur pada barisan tanaman)
Sampel
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Diameter Batang (cm)
Luas Daun (cm2)
Berat Atas (g)
Tanaman Akar (g)
Berat Polong (g)
1.
28
31
0.2
84.3
64.1
16.0
25.4
2.
39
53
0.215
79.9
95.9
20.9
30.7
3.
16.5
22
0.11
65.2
25.3
6.9
0
4.
20
20
0.235
95.7
27.4
4.0
0
5.
34.5
50
0.245
88.3
124.2
19.0
12.9
27.6
35
0.201
82.68
67.38
13.6
13.8
9.47
15.48
0.05
11.34
43.07
7.49
14.16

Tabel 2. Perlakuan M2 (kapur diberikan secara merata pada seluruh permukaan tanah)
Sampel
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun
Diameter Batang (cm)
Luas Daun (cm2)
Berat Atas (g)
Tanaman Akar (g)
Berat Polong (g)
1.
39
40
0.13
86.7
80.8
7.8
22.1
2.
36
82
0.175
109.8
65.3
5.8
3.7
3.
51
141
0.215
93.1
270.7
30.8
7.6
4.
34
35
0.115
96.1
47.0
5.2
50.8
5.
43
88
0.21
105.3
171.4
20.4
24.3
40.6
77
0.169
98.2
127.04
14
21.7
6.73
42.93
0.045
9.32
93.49
11.25
18.55

B.     Pembahasan
Acara ini akan membandingkan respon tanaman kacang tanah terhadap dua metode yang berbeda, yaitu metode M1 (kapur diberikan secara alur pada barisan tanaman) dan M2 (kapur diberikan secara merata pada seluruh permukaan tanah). Variabel atau peubah pertumbuhan yang akan diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, luas daun, berat atas, berat akar, dan berat polong. Tanaman kacang tanah yang akan diamati merupakan sampel yang diambil secara acak pada petak efektif. Sampel yang diambil sebanyak 5 buah untuk masing-masing metode.
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ke titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan mistar. Setelah diukur, dicari rata-rata tingginya.
Pada metode M1, rata-rata yang didapat adalah 27.6 cm , sedangkan pada metode M2, rata-rata yang didapat adalah  40.6 cm. Kedua rata-rata tersebut dibandingkan, dan pada metode M2 rata-rata tingginya lebih besar.
Jumlah daun tetrafoliat yang dihitung hanya yang telah tumbuh sempurna dan masih berwarna hijau. Tiap-tiap tanaman sampel dihitung jumlah daunnya, kemudian dicari rata-rata jumlahnya.
Pada metode M1, rata-rata jumlah daunnya adalah 35, sedangkan pada metode M2, rata-ratanya 77. Jumlah daun pada metode M2 lebih banyak dari pada metode M1.
Diameter batang tanaman kacang tanah diukur menggunakan jangka sorong. Tiap-tiap sampel tanaman dipilih yang paling besar diameternya untuk diukur, kemudian dicari rata-rata diameternya.
Luas daun diukur menggunakan kertas milimeter blok



BAB V
KESIMPULAN
Pertumbuhan tanaman kacang tanah lebih baik pada metode pengapuran M2 (kapur disebar merata pada seluruh permukaan tanah). Tanaman kacang tanah pada metode ini lebih tinggi, lebih banyak jumlah daunnya, lebih luas daunnya, berat atasnya lebih besar, berat akarnya lebih besar, dan berat polongnya lebih besar.


DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hu, Frank. 2008. Kacang Tanah from http://www.scribd.com/doc/4908012/kacang-tanah, 30 Desember 2011.
Warintek. 2010. Budi Daya Kacang Tanah from http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=35., 30 Desember 2011.
Sudjadi, Muhammad dan Yati Supriati. 2001. Perbaikan Teknologi Produksi Kacang Tanah di Indonesia from http://biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/pdf/agrobio_4_2_62-68.pdf, 30 Desember 2011.
Tim Pengasuh Praktikum. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Agronomi. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

0 Responses to “Laporan Praktikum Dasar-Dasar Agronomi”

Posting Komentar